BAGIAN XXXXXII: TETAP YANG TERINDAH

3.1K 114 14
                                    

BAGIAN XXXXXII: TETAP YANG TERINDAH

Jerry menyibukkan dirinya dengan merapikan data SPK dan D.O. harian yang di dapat oleh cabangnya sejauh ini. Juga merapikan daftar prospek yang ia dapat dari relasinya dan mediatornya. Ia berniat melempar beberapa point pada beberapa anak buahnya yang di anggap sudah bekerja keras dan sudah memberikan hasil yang baik atau pada anak buahnya yang meski sudah berusaha keras, tapi belum juga mendapatkan hasil. Jerry memiliki kerinduan hati agar setiap anak buahnya bisa turut menikmati hasil kerja keras mereka bersama.

Jerry merasakan bahwa pemasukan yang mengalir ke rekeningnya sudah sangat berlebihan... karena ia hanya hidup berdua saja dengan Wanda. Sementara keluarga Jerry pun juga sudah hidup berkelimpahan.

Jerry sudah menyumbangkan sebagian hasil kerjanya untuk biaya kehidupan orang-orang yang ada di panti jompo dan di panti asuhan. Juga untuk membantu dana pembangunan rumah-rumah ibadah. Sebagian lagi dia simpan untuk bekal Wanda pribadi jika Wanda mau membuka usaha di suatu saat nanti. Ia juga membayar premi untuk asuransi jiwa, untuk jaga-jaga, kalau-kalau ia mengalami musibah yang bisa membuat Wanda mendadak menjadi janda. Semuanya sudah Jerry persiapkan di sepanjang jerih lelahnya, demi menjamin masa depannya bersama Wanda.

Jerry mulai meluruskan punggungnya yang nyeri, sambil melirik ke jam dinding di kamarnya. Pesan di telepon genggamnya belum di balas juga oleh Wanda. Sementara hari sudah semakin larut malam. Sudah pukul 12 malam tepat. Hujan pun mulai turun dengan derasnya.

Jerry pun segera menghubungi telepon genggam Wanda lagi. Tapi,,, sudah berkali-kali pun Jerry mencobanya, terus saja mendapat gangguan signal atau pemberitahuan kalau lokasi wanda sedang berada di luar jangkauan. Jerry pun mulai mondar-mandir dengan resah. Ia mulai melangkah keluar dari ruang kerjanya. Menunggu di kursi jati berukir di teras rumahnya. Sambil mengusap bahunya yang terciprat oleh derasnya hujan dan kencangnya angin yang bertiup. Di mana kamu, sayang?, batin Jerry. Tak biasanya Wanda belum pulang juga hingga selarut ini...

Bahkan hingga jam sudah menunjuk ke pukul satu dini hari,,, Wanda belum juga pulang. Tanpa kabar. Jerry pun tak mau diam menunggu di rumah lagi. Ia langsung menuju ke mobilnya di garasi. Ingin mencari Wanda ke tempat-tempat yang biasa Wanda kunjungi. Soneta, nama itu muncul di pikirannya... meskipun ia tahu, tempat makan itu hanya buka sampai jam sebelas malam saja...

***

Jerry sudah tiba di kawasan Semanggi yang masih penuh dengan tempat makan atau tempat tongkrongan yang cozy hingga lewat tengah malam. Berhubung malam ini adalah malam minggu. Hanya saja... terasa lebih sepi karena hujan begitu lebatnya.

Jerry terus memutar matanya. Setiap ia menemukan sosok yang mirip-mirip dengan Wanda, ia langsung menepi. Tapi bukan Wanda. Jerry juga berusaha menghubungi Rudy. Tapi telepon Rudy pun juga berada di luar jangkauan. Membuat dahi Jerry mulai berkerut. Memikirkan berbagai macam hal yang tak sanggup untuk dibayangkannya sebelumnya...

Jerry mengingat-ingat gelagat Rudy yang agak aneh belakangan ini. Rudy Menghindari kontak mata langsung dengan Jerry. Sikapnya juga lebih tertutup. Juga tidak melaporkan kegiatannya dengan rutin, tak seperti biasanya. Tapi tak ada yang aneh dengan Wanda. Sikapnya tetap seperti biasa-biasa saja...

Jerry pun menepiskan pikiran negatifnya itu jauh-jauh. Rudy dengan Wanda? Gak mungkin... Jerry menggelengkan kepalanya. Ia terus berusaha mencari istri yang sangat dicintainya itu...

Melewati sebuah taman, Jerry menemukan kembali sosok yang mirip sekali dengan Wanda. Jerry pun langsung menepikan mobilnya dan tanpa pikir panjang lagi, langsung saja berlari keluar dari mobilnya, menapaki trotoar menuju ke taman... di tengah derasnya hujan, mengejar sosok itu sebelum menghilang... "Wanda!!!", panggilnya, dengan suara yang tenggelam oleh keriuhan angin kencang dan derasnya hujan. Jerry terus mengejar. Dan ia sempat terpeleset di atas rerumputan taman yang licin. Ia memegangi pinggangnya yang terasa nyeri sambil berusaha bangkit berdiri. Sosok itu sudah menghilang. Hanya menyisakan keburaman sejauh mata memandang dan keadaan Jerry yang sudah basah kuyup. Jerry pun segera kembali ke mobilnya. Meraba-raba ke dalam dashboard mobilnya, mencoba menemukan handuk kecil yang biasa ia taruh di situ. Ia menyeka seluruh permukaan wajahnya yang sudah memucat dengan handuk tersebut.

MENIKAH DENGAN INTEGRITASOnde histórias criam vida. Descubra agora