Walaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya.
Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...
Sasuke melirik ke atas, dapat ia lihat sosok Hinata yang masih mengerucutkan bibirnya. Betah sekali istrinya tersebut mengerucutkan bibir untuk waktu yang lama.
"Aku tidak bisa tidur," ucap Hinata.
"Lalu?"
Hinata berdecak, kakinya ia hentakkan di lantai sambil berjalan menuju sofa di sisi lain. Mengambil posisi duduk dengan nyaman. Membuat Uchiha Sasuke terheran. Bukankah istrinya tadi mengatakan jika ia lelah dan perlu istirahat. Lalu bagaimana bisa ia tidak dapat tidur sekarang?
"Ayo tidur di luar!" ajak Hinata berbisik.
Di dalam pikirannya, terbayang ia dan suaminya tidur beralaskan karpet di atas rumput. Mengamati jutaan bintang di langit diiringi cerita suaminya tentang perjalanannya di Negara Iblis.
"Udaranya dingin," jawab Sasuke singkat.
"Tapi aku ingin tidur berdua dengan Sasuke-san, di bawah langit, berpelukan di bawah selimut, dan banyak lagi."
Hinata mulai menghapus air matanya. Isakan pelan mulai terdengar di telinga Sasuke. Dirinya meremas pelan sofa miliknya. Dan lagi-lagi menghela napas panjang.
"Baiklah, aku mengalah," putus Sasuke.
Hinata memekik senang. Dia segera berlari ke arah kamarnya. Kemudian kembali dengan tangan membawa tas berisi karpet berwarna putih berlambang Klan Uchiha. Senyum lebar terbit di bibirnya. Dengan senang ia segera menarik tangan suaminya keluar rumah. Udara dingin seketika menyambut mereka.
Hinata segera memilih tempat di halaman depan rumahnya. Di bawah pohon ginkgo adalah pilihan terbaiknya. Dia segera menggelar karpet miliknya dan mengambil posisi tidur ternyaman.
Uchiha Sasuke tidak bisa untuk tidak tersenyum. Dulu sekali, ia pernah tidur berdua dengan sang kakak di bawah pohon ginkgo. Hingga saat matanya terbuka, yang pertama ia lihat adalah langit-langit kamarnya. Karena sang ibu akan menggendongnya saat hari mulai larut.
"Bagaimana kalau menghitung bintang-bintang?" saran Sasuke saat dirinya berhasil mengambil posisi tidur yang nyaman.
"Dulu aku dan kakakku sering berlomba menghitung bintang di langit. Aku ingin mengulanginya," ucap Sasuke menambahkan.
"Kalau begitu ayo, kita buat kenangan menghitung bintang. Aku ingin menceritakannya pada anak sulung kita nanti."
Pipi Sasuke merona. Wajahnya yang semula menghadap Hinata ia palingkan ke arah lain. Setelah sekian lama, akhirnya ia kembali merasakan bagaimana rasanya malu. Dan itu sangat tidak menyenangkan menurutnya.
"Kau saja yang menghitung, aku mengantuk," ucap Sasuke.
Laki-laki tersebut beralih memeluk istrinya yang terlihat sedang menatap langit menghitung bintang yang Sasuke yakini tidak akan pernah selesai. Namun ia membiarkan Hinata berlaku sesuka hati.
"Aishiteru," ucap Hinata tersenyum dan mengecup bibir Sasuke singkat.
"Aishiteru yo, Hime," balas Sasuke.
Keduanya berpelukan erat. Di bawah langit berbintang. Di bawah pohon ginkgo yang rindang. Membuat kisah manis--seperti yang Hinata katakan--yang akan mereka ceritakan pada anak sulung mereka.
TBC Maaf kalo jelek Kritik dan saran dibutuhkan Komen yang banyak supaya cepat update
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Yawla, tolong dibaca ya. But, ini bukan Sasuhina. Ini NaruHina. Pahlawan tanpa rupa. Saya buat ini karena kemarin mood saya down. Jadi buatnya NaruHina. Yang nggak suka NaruHina nggak boleh baca!!
Don't like don't read!!!
Cerita ini diikutsertakan dalam kontesProtectingYouyang diselenggarakan olehFanficIndonesia