#8 Keputusanku [Telah Revisi]

239 11 0
                                    

Cinta terbaik datang dari Allah, dan tempat terbaik melabuhkan cinta hanya kepada Allah SWT. Dzat yang tak pernah mengecewakan hamba-hamba-Nya.

Barakallahu Fiik :)

Selamat membaca, dan maaf atas keterlambatan publish, semoga suka dan bermanfaat :)

Tulungagung, 12 Maret 2020

Revisi : Minggu, 20-12-'20

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ufuk timur bangun, bunyi gemuruh angin membuat goyahan pohon, riuh an suara burung berkicau, terang nya mentari pagi, ku buka tirai jendela, melangitkan do'a dan dzikir pagi, ku pergunakan tasbih digital ku dan muroja'ah sedikit juz dua puluh tujuh tepat pada surat ar-rahman, redup hatiku, bimbang seribu bimbang, lontaraan kata Ardi begitu menggema dalam telingaku, Bayangan Reza masih tersentuh, dan tamparan Siska mengiang di pipi kiriku, membuat air rintik-rintik jatuh tepat pada tanganku yang terus memencet i tasbih digitalku.

Plakkk!!! Sebuah tamparan tertuju pada pipiku,

"Apa yang membuatmu genit hingga suamiku mencintaimu?" sontak siska dengan tamparannya yang membuatku semakin terpuruk,

Rasa itu, suara itu, terus menyayat hati begitu dalam, spontan aku memejamkan mata. "Atagfirulloh" ucapku berkali-kali.

Aku berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Aku melihat seluruh keluarga disini, aku tak menghiraukan apa yang di bicarakan mereka, aku terus memanjukan langkah ku untuk ke kamar mandi,

"Khadijah" tegas mas Farel, sontak aku menghentikan langkah ku dengan menghembuskan nafasku, Allah ada apa lagi ini? Apakah harus aku menjawab perkataan Ardi kemarin untuk sekarang?

"Duduk sini!" tambah lagi tegas mas Farel, aku membalikkan badan dan duduk, teringat kalau hari ini hari Minggu, seperti biasa hari Minggu ini tiada yang berangkat bekerja, aku pun tidak ada kuliah.

"Apa yang terjadi dengan kejadian kamu? Hingga kamu di tunjuk sebagai perebut suami orang?" tanya nya yang membuatku sontak kaget.

Aku membulatkan mata dan melongo, "Siapa yang bilang mas?" jawabku dengan santai.

Mas Farel memperlihatkan SMS di ponsel Umi dari nomor tidak di kenal, namun itu pernyataan Siska untuk aku menjauhi Reza, berhenti mengurusi hidupnya, berhenti untuk mencintai Reza jika memang aku mencintainya. Gila Siska memang! Pandai membuat hati meronta-ronta, seharusnya dia jangan hanya menyalahkan ku, lihatlah sisi Reza juga, klarifikasilah dengan Reza, ya Allah kenapa Reza ini juga tidak mau memahamkan istrinya hingga menuduh-nuduh ku seperti ini.

"Reza yang mendekatiku, bukan aku" sentak ku pada keluarga

"Istighfar Dij" jawab Umi, "Jelaskan baik-baik" tambah umi selang beberapa detik.

Aku memperlihatkan chatting ku dengan Reza, tidak ada janggal memang, karena kami juga jarang chatting, chatting pun hanya seperti itu.

"Kami itu keluargamu, kamu kalau ada apa-apa, ingin apa, suka sama siapa, kamu juga harus bilang dengan kami" ucap mbak Laila

"Tidak semua harus aku ceritakan, aku juga punya privacy" tegasku,

Semua menatapku sedikit sinis, aku beranjak dari dudukku dan pergi ke kamar mandi, di dalam kamar mandi aku menangis, merasa hidupnya kini tidak berarti, hal ini lah yang membuatku memang harus segera menikah, semakin dewasanya aku, aku semakin memiliki nafsu untuk marah, ketika marah aku ingin di tenangkan dengan ia yang telah halal, ketika aku sedih aku ingin di hapus air mataku dengan tangannya yang selalu menggandengku, aku ingin bahagia dengan untaian dekapan yang menghangatkannya.

Alam Beda Satu Tujuan [SELESAI]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon