2# Problem [Telah Revisi]

356 18 0
                                    

Hanya kepada Allah kita bisa bergantung, hanya kepada Allah kita bisa meminta, hanya kepada Allah kita bisa percaya, Al malikul Quddus, maha yang merajai segala alam semesta ini.

Selamat membaca bag. 2, semoga kalian suka dan menginspirasi.

Tulungagung, 18 Januari 2020

Revisi : Jum'at, 18-12-'20

Azifah Azka

************************************

"ini di taruh dimana ya mbak?" tanya pak Tukang dekor pernikahan, membawa meja akad

"Oh ini disitu aja mas, depan dekor pas, nyamping gitu" , "nah mantap" ucapku

Alhamdulillah, H-2 pernikahan mbak Laila, berhubung mbak Ara balik ke Malang sementara ini, maka yang mengurusi hubungan-hubungan desain dan saran-saran adalah aku dan mbak Linda, perempuan yang suka mendesain, haha.

"Khadijah" teriak mbak Laila di depan ruang tamu, dan menghampiriku,

"Iya mbak" jawabku,

"Wah bagus ya, Alhamdulillah" ucapnya dengan senyum khasnya,

"Eh mbak jangan keluar, kan mbak lagi di pingit" ledekku pada mbak Laila, dia tertawa dan ku teruskan tawanya,

"Ara pulang kapan?" tanyanya,

"Belum tau, katanya besuk malem" jawabku

"Iya deh, oh iya udah berapa persen ini? Kurang apa? Aku bingung dek, mbak Linda mana? Mas-mas sama adek-adek mana? Oh ya Al setoran hafalan ya?" ucapnya dengan kebingungan, aku hanya melongo dan mengikuti lagak mulutnya, sambil memainkan tangan, meledek mbak Laila.

"Ngapain sih dij? Dasar Ijah" ucapnya dengan kesal, dan lari masuk kerumah, aku tertawa terbahak-bahak dan mengikutinya lari ke dalam rumah.

Setelah aku menenangkan mbak Laila kami malah tertawa terbahak-bahak juga, kemudian kami bercerita banyak tentang pertemuannya dengan Futuh, memang belum sempat kami membicarakannya karena sibuk mengurus pernikahan yang jaraknya hanya 50 Hari, hingga belum ada kesempatan kami mengobrol pasti tentang nya.

Mbak Laila bercerita pertemuannya Futuh ketika ia sedang berada di yayasan untuk mengantarkan Umi untuk absen sidik jari, kemudian mengatarkan umi ke dokter untuk memeriksa badannya yang kurang fit saat itu, posisi itu mbak Laila pandangan pertama dengan Futuh yang sedang duduk di meja Ayahnya selaku kepala yayasan tersebut, mereka saling senyum sambil menganggukkan kepala.

Beberapa hari kemudian Umi dipanggil Ustadz Sholeh, yakni Ayah Futuh, di ruang kepala yayasan dengan maksud membicarakan tentang mbak Laila juga memberikan maksud untuk mengajak taaruf Futuh dengan mbak Laila, yang terjadi 2 bulan yang lalu dari pernikahan besuk lusa ini, dengan taaruf yang diam-diam tiada orang yang mengerti dari orang-orang bahkan dengan kakak-kakak maupun Al, jadi yang tau hanya Umi, Abi, mbak Laila, Futuh, Ayah dan Ibu mereka saja, emang bener-bener mbak Laila, Abi, Umi nih, ternyata telah di rencanakan mereka sendiri untuk tahap-tahap menuju pernikahan ini.

Hal itu adalah pertemuan yang sangat singkat, namun berkesan, hanya dengan tatapan mata mbak Laila sudah yakin Futuh bisa menjadi calon suaminya, Subhanallah, Allah memang begitu baik, skenario unik, namun romantis jika di angan-angan.

"Makanya aku ngebatin, kok tiba-tiba udah dateng aja kerumah, langsung khitbah dan mbak Laila kok langsung nerima aja, kan kepo" ujarku

"haha.. la kamu mikirnya gimana?" tanya mbak Laila sambil tertawa

Alam Beda Satu Tujuan [SELESAI]Where stories live. Discover now