-PART 26-

1.4K 81 5
                                    

Semua santriwati yang di kunjungi oleh keluarganya mengadakan makan bersama dengan pemilik dan pengurus Pondok pesantren Al Hidayah.

Setelah selesai makan bersama.Akhirnya perpisahan pun kembali terjadi.Maksud dari perpisahan kini adalah, semua santri yang menuntut ilmu di peruntukkan belajar hidup mandiri.Sebagimana orang tua wali telah menitipkan sang buah hati untuk menuntut ilmu agama di Al Hidayah ini.

Begitupun dengan Farhan.Walau bisa di bilang dia adalah cucu dari pemilik Pondok ini, tetap saja dia juga harus hidup mandiri seperti yang lainnya.

Farhan dan Fara adalah murid baru di Al hidayah ini.Bedanya Farhan sering berkunjung ke pondok ini, sehingga tidak membuatnya merasa asing.

Semua keluarga sedang berpamitan pada putra dan putrinya untuk kembali pulang.Terlihat di halaman Al Hidayah di penuhi oleh orang ramai yang sedang bercengkrama.

"Farhan.Bunda pulang ya.Insyaallah setiap satu bulan sekali kita mengunjungi kamu di sini." Ucap sarah seraya memegang bahu Farhan saat ia hendak berpamitan.

"Iya bun." Jawab Farhan.Padahal ia ingin berlama-lama bersama di sini.Namun, waktu telah menakdirkan.Karna memang peraturan di Al Hidayah seperti itu.Setiap satu bulan sekali, para santri di wajibkan di kunjungi untuk mengetahui keadaannya langsung dan melepas sedikit rindu.

Mata Sarah dan Fauzan saling berlirik.
Sepertinya ia ingin memberikan sesuatu pada Farhan.

"Bunda sama ayah kenapa?"

"Hmm.Farhan bukannya mau adik perempuan ya?" Tanya Fauzan pada Farhan sontak membuat dia terkejut dan mengerutkan dahinya.

"Maksudnya Bun-da?" Farhan mengerti apa yang ayahnya maksud.

"Iya!" Seru Sarah gembira dengan jarinya memperagakan sebuah mahkota di hijabnya menggambarkan seorang ratu.

"Masyaallah.Farhan mau punya Ratu." Ucap Farhan yang tak kalah gembiranya saat dia mengetahui Sarah, bundanya sedang mengandung bayi perempuan.

Memang pada awalnya Farhan ingin sekali memiliki seorang adik perempuan.Karna sejak Ka Annisa melahirkan dan tinggal bersama dengan Farhan, ia selalu mendengarkan tangisan bayi di malam hari.Bagi Farhan itu sebuah kehangatan.Kehangatan keluarga.

Tapi, ketika Fatimah, putri ka Annisa mulai berusia empat bulan.Fatimah dan keluarganya di bawa ke rumah barunya.Saat itu juga farhan merasakan kesepian.

Dia sering melihat teman-temannya menjaga adik perempuannya sejak kecil, salah satunya dengan mengajaknya bermain di taman.Namun, Farhan merasa di tidak punya adik perempuan untuk di ajak bermain.Karna Fatimah sudah beda kediaman dengan Farhan, itulah yang membuatnya jarang berpapasan wajah.

Tapi, semenjak Farhan menuntul ilmu di Al Hidayah ini.Dia bisa melihat Fatimah setiap hari.Dulu dia sering menggendong Fatimah di bawah pengawasan Ka Annisa.Sering mengajaknya mengobrol.Walaupun Fatimah menjawabnya dengan bahasa khas bayi, itu sangat lucu.
Sekarang Fatimah sudah beranjak tumbuh, di usianya yang menginjak lima tahun Farhan bisa melihat Fatimah mengaji, sholat, bershalawat bersama para santriwati membuatnya ingin memiliki seorang adik perempuan.

"Alhamdulillahirabbila'alamin..Bundaa."
Ucap Farhan bersyukur.

Sekian lama akhirnya akan hadir anggota baru di dalam keluarganya.

Umi Hayati yang posisinya berada di samping Sarah.Kini ia memeluk Sarah.
Pak Hamzah yang melihatnya tak mampu membendung rasa bahagianya.

"Kamu sudah besar.Sudah berusia Tujuh belas tahun.Harus bisa mandiri.Jangan manja terus.Lihat Bunda mu!" Seru pak Hamzah dengan jarinya menunjuk Sarah, dan Farhan memperhatikan arah tunjuk jarinya.

Imamku Seorang MuadzinDove le storie prendono vita. Scoprilo ora