27. Misi Menaklukkan Hati Alisa (2)

Start from the beginning
                                    

Aku melirik Pak Shaka sebentar, pria itu menyenderkan bahu kanannya di palang pintu, satu tangannya masuk dalam kantong celana setelah jas-nya. Dia menatapku tanpa ada tatapan menindas seperti kemarin lalu. Perasaanku saja atau memang benar, sikap bossy pria itu menghilang.

"Tumben."

"Hm?" Dia menaikan satu alisnya.

"Tumben tidak memaksa."

Dia tertawa sebentar, "Aku hanya menepati kesepakatan yang kita buat. Jika show berhasil dan sukses, you can doing anything what you want. No more my rules. Remember?"

Ah, iya, benar juga. Merasa aneh saja, biasanya pria itu tanpa tedengaling memerintahku melakukan ini itu, bahkan mengatur penampilanku tanpa mau menerima penolakan.

"Show-mu menggegerkan dunia fashion. Kau langsung masuk daftar perempuan insipratif di dunia menurut Women's Choice. Shabiru mode juga langsung masuk nominasi Best Magazine, Best Designer, Best Fashion Show di Golden Fashion Award. Dan, kita menerima banyak tawaran kerja sama. Itu berkat kau."

Aku langsung menggeleng, "Berkat kerja keras kita semua," koreksiku.

"Ya. Kau benar."

Setelah itu sunyi, Pak Shaka masih di posisinya. Aku menarik selimut sembari berkata, "Kalau tidak ada yang dibicarakan, boleh saya beristirahat?" Usirku secara halus.

"Hm, beristirahatlah."

Aku melirik pria itu dan melihat tubuhnya berbalik sembari menarik pintu. Setelah pintu itu benar-benar tertutup, aku membuka selimut lalu turun dari tempat tidur. Ada beberapa hal yang harus kusiapkan untuk menaklukan hati Alisa.

"Oh, ya, kau-," suara itu terdengar bersamaan dengan suara pintu dibuka.

Kontan aku menghentikan langkahku, bak manekin yang terdiam di tempat. Sial!

"Cih," decihnya sambil tersenyum miring.

"Aku mau ke kamar mandi," sahutku beralibi, "ada apa lagi sih?"tanyaku dengan nada kesal.

"Untuk sementara jangan keluar sendirian selain bersamaku. Banyak wartawan yang memburumu."

"Oke. Sudah? Sana pergi!"

Dia terkekeh sumbang mungkin dia tidak menyangka bahwa dia bisa diusir di wilayahnya sendiri, meski ini kamarku dia punya hak lebih banyak. Tetapi, aku bukan perempuan yang mudah ditindas, apalagi oleh manusia sombong sejenisnya.

"Kau ingin melihatku mengompol di sini?" desakku meminta segera pergi.

Dia hanya tersenyum tipis sembari menutup pintu. Setelah memastikan dia menutup pintu, buru-buru aku menguncinya. Lalu bergerak menuju laci lemari, mengeluarkan 'dunia keduaku' yakni sketchbook, pensil, dan spidol. Sudah lama tidak memegang benda-benda ini, beberapa saat dunia keduaku teralihkan oleh kehadiran Alisa yang kini gadis itu menjadi bagian dari dunia keduaku.

Aku pernah mengatakan, kan, bahwa aku merencakan sesuatu dengan kerangka konsep, apa yang aku lakukan selanjutnya, plan A,B,C,D atau opsi-opsi dan sebesar apa risiko terburuk dan takaran keberhasilan rencana tersebut. Aku menulis itu semua di atas kertas sketchbook.

Hampir tiga jam aku menghabiskan waktu diatas meja dengan segala pemikiranku tentang menaklukan hati Alisa part dua, kali ini aku tidak boleh ceroboh, apalagi sampai dicampuri oleh duda gila itu. Rencana ini sudah matang, jangan sampai aku harus memilih opsi terakhir dan memilih risiko kegagalan yang lebih besar. Waktu tinggal tiga bulan, aku harus bekerja lebih keras lagi.

Kedai CinderellaWhere stories live. Discover now