"Hey..." Rebecca hanya memanggilnya, dia tidak bisa berkata apa-apa.

"Aku masih ingin minum, lagi pula tidak ada yang melarangku untuk minum sampai mabuk! Kau tidak minum? Jika tidak, pulang saja! Dan jangan pedulikan aku!" Alice tidak lagi memedulikan keberadaan Rebecca di sampingnya, tangannya mengambil gelas yang di sodorkan bartender dan meneguknya hingga kandas.

Rebecca hanya bisa pasrah dan duduk di sampingnya,"Aku tidak akan pulang karena aku juga akan minum, tolong buatkan minuman yang sama dengannya." Dia segera memesan kepada sang bartender dan langsung membuatkan untuknya.

"Buatkan untukku juga!" Sahut Alice.

Dengan pandangannya yang semakin berat, dia menolak jika dirinya sedang mabuk karena dia masih merasa sadar. Sebenarnya dia tidak pernah minum sampai mabuk seperti sekarang, karena biasanya dia bisa mengendalikan dirinya jika sedang mabuk. Tapi sekarang dia ingin minum sampai tak sadarkan diri, sehingga bisa melupakan semua masalahnya!

Dia melampiaskan kemarahannya dengan pergi ke club, karena itu bisa membuatnya kembali tenang dan melupakan masalah yang dipikirkannya. Dan saat ini dia merasakan bahwa semua rasa kemarahan, kesedihan, kekecewaan dan masalahnya seketika hilang.

Alice membanting gelas minumnya ke atas meja,"Kenapa?! Kenapa harus mereka?!" Dia semakin tidak terkendali.

Rebecca yang melihatnya mencoba menenangkannya, dia tidak mau Alice membuat masalah di sini. Itu akan menarik perhatian semua orang yang ada di sini,"Tenang... kau harus tenang." Dia menepuk bahu Alice untuk menenangkannya.

Alice menatap Rebecca dengan pandangannya yang tidak jelas,"Mereka... Mereka yang membunuh ibuku! Kau tak tahu apa-apa!" Raungnya.

Rebecca tertegun sesaat sebelum kembali melihat mata Alice yang mengandung kesedihan dan kemarahan, semua bercampur aduk. Dia tahu semuanya dan dia juga merasakan kesedihannya. Jadi dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menenangkannya.

"Ayo kita pulang, kau sudah mabuk." Rebecca membantu Alice untuk berdiri, tetapi Alice sama sekali tidak berniat untuk bergerak. Dia menghela nafas panjang dan berusaha untuk tetap sabar dengannya. Dia tidak boleh melakukan apa-apa padanya,  karena Alice adalah Nonanya.

"Aku sudah bilang, bahwa aku tidak akan pulang! Aku akan terus minum!"

Alice masih pada pendiriannya, dia tidak mau pulang sebelum dia merasa puas atau hingga tak sadarkan diri. Tangannya meraih gelas minumannya dan meneguknya, dia masih ingin terus minum. Dia juga ingin menikmati keramaian yang ada di sini, mereka semua terlihat bahagia dan tidak memiliki masalah dengan  menggerakkan tubuhnya di bawah lampu yang bersinar dengan berbagai warna. Dia ingin merasakan rasa senang seperti mereka yang seakan tidak pernah memiliki masalah.

Rebecca dengan cepat menahan pergelangan tangan Alice yang akan turun ke lantai dansa, dia jelas tidak akan mengijinkannya untuk berdansa bersama orang-orang yang ada di sana.

"Kau tidak boleh ke sana!" Tegasnya, dia tidak mau membuat Alice dalam bahaya. Karena di sana bisa saja Alice di lecehkan atau di goda oleh para pria brengsek.

Alice kesal dengan perlakuan Rebecca padanya dan menghempaskan tangannya,"Kenapa kau selalu melarangku, sih?! Aku yang melakukannya! Kau tidak ada hubungannya denganku, pulang saja jika kau kerepotan denganku. Aku juga tidak perlu bantuanmu!" Dia sedikit meninggikan suaranya, karena amarahnya. Untungnya orang lain tidak mendengarnya, karena suasananya cukup ramai dan berisik.

My Bastard CEO [S1 Geofrey] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang