Lima Belas (2)

161K 14.1K 348
                                    

Tadinya kupikir bocah tengil itu tidak lagi mengganggu kami setelah dua hari tidak menunjukkan batang hidungnya. Namun, Minggu pagi ini dia tiba-tiba muncul dengan membawa beragam bahan makanan-yang aku yakin sudah dibelinya sejak kemarin malam.

"Sebagai tetangga baru, kayaknya kita kudu perlu bikin keseruan bareng. Gue udah panggil lo Yoyon. Biar kita lebih akrab lagi, gimana kalau pagi ini kita ngadain lomba masak?"

Itu yang dikatakan Yuris saat Arion belum mempersilakan masuk. Mau tidak mau, Arion akhirnya membiarkan Yuris nyelonong menuju dapur ketika dia berujar, "Gue udah capek-capek belanja demi tetangga gue. Masa lo biarin semua bahan ini membusuk di kulkas?"

Dan pagi ini, dua laki-laki berbeda style itu saling bertarung menunjukkan masakan terbaiknya. Yuris memintaku menjadi jurinya. Sebagai juri, aku hanya duduk di stool sembari berpangku tangan menatap mereka yang bertarung menunjukkan keahliannya di dapur.

Chef Yoyon vs Chef Yuyu.

Aku hampir terkikik saat kembali mengingat panggilan itu. Dari belakang, aku bisa melihat aura persaingan keduanya. Terkadang kedua lengan mereka sampai bersinggungan saking sempitnya ukuran dapur untuk sebuah perlombaan memasak. Saat tidak sengaja bersinggungan, mereka seketika akan bertatapan tajam. Ah, ralat! Tatapan Arion tidak setajam Yuris. Namun, aku bisa melihat ada pandangan tak suka dari sorot matanya.

"Semalem gue mikir-mikir, lomba apa yang cocok kalau saingannya lo. Gue pasti bakal lihat kemampuan lo, kan? Gue nggak mungkin ngajakin lo panjat gedung tinggi, kalau lo naik gunung aja nggak pernah," kata Yuris memecah keheningan di antara mereka.

"Siapa yang belum pernah naik gunung?"

Yuris tampak terkejut. "Jadi, lo pernah daki gunung? Gue pikir, yang ada di pikiran lo cuman soal rumus pythagoras atau gaya gravitasi bumi." Dia mendesis pelan. "Gue jadi nyesel, kenapa gue nggak ngajakin wall climbing aja tadi?"

Laki-laki itu berbalik menghadapku. "Kalau gue ngajakin lo panjat gedung ini, gue yakin Vita Jelly bakalan nangis jejeritan nungguin lo di atas."

Aku berdecih seraya menatap kesal kepadanya. Sementara dia hanya terkekeh, lalu kembali pada bahan-bahan yang hendak dia masak. Dilihat dari caranya memasak, sepertinya dia masih amatiran. Aku yakin, dia sengaja mengajak Arion tanding di dapur sekadar ingin bermain-main.

Jawaban itu terbukti ketika dua laki-laki itu menghidangkan hasil masakannya. Arion membuat penne pasta dengan saus bolognese dan taburan keju-dihiasi daun seledri-di tengahnya. Sedang Yuris? Aku hampir tertawa melihat tampilan mie goreng buatannya. Dilihat dari sudut mana pun aku memandangnya, tidak ada bagian yang menarik. Sayur wortel dan brokoli hanya tertata asal dan tidak rapi. Di tengahnya ada telur mata sapi yang bagian pinggirnya sudah gosong.

Sudah kuduga, dia masih amatiran. Jika dikatakan ini hasil lomba memasak, mie goreng buatan Yuris ini masih jauh dari ekspektasi. Hasil masakannya selayaknya seperti dia memasak karena di rumah tidak ada bahan makanan lain selain mie instan. Bedanya, ini dilengkapi sayuran dan telur.

"Kamu cobain dulu mie goreng buatanku, Vit. Jangan ketipu sama tampilan luarnya. Kadang yang tampilannya tampak baik dan rapi, dia justru menyimpan banyak misteri." Yuris melirik Arion ketika mengatakan kalimat terakhir itu. Rupanya dia sedang menyindir Arion. Padahal yang disindir tetap memasang ekspresi tenang menghadap ke arahku.

Dari warna yang tampak kemerahan, sepertinya mie goreng buatan Yuris itu pedas sekali. Namun, untuk ukuran orang yang suka pedas, itu tidak menjadi masalah buatku.

Saat aku menyuap pertama kali, rasa asin langsung bergulir ke lidahku. Aku sampai memejamkan mata ketika mengunyah dan-susah payah-berusaha menelannya. Ini bukan saja asin, tapi sangat asin sekali. Seamatirnya dia memasak, aku yakin dia sengaja mengerjaiku. Untung saja rasa pedas yang serasa menyeruak memenuhi mulut ini seakan menyamarkan rasa asinnya.

Not a Dreaming Marriage (Completed)Where stories live. Discover now