BAGIAN LV: PENGAKUAN DAN KEBERSAMAAN

Mulai dari awal
                                    

Wanda pun maju ke depan. Berdiri di hadapan semua rekan-rekan kerjanya. Dengan rasa takjub sendiri. Ia tak pernah menyangka, dirinya bisa berdiri di hadapan teman-temannya tanpa sindiran, ejekan atau cemoohan. Bahkan semuanya memberikan senyuman penuh kebanggaan padanya.

"Cobaaa...", mulai Igor. "Kamu bagi'in... apa rahasia kamu... bisa dapet SPK dan D.O. terbanyak di bulan ini...?"

Wanda mengerenyitkan dahinya. Ia tak merasa punya resep khusus apapun. "ng... gak ngerti, Pak..." Wanda mulai buka mulut, "Selama ini... yang saya lakukan... cuma lakukan apa yang Jerry... ng, Pak Jerry lakukan... juga apa yang...", Wanda menahan nafasnya sejenak untuk berkata-kata di bagian ini, "Rudy lakukan... waktu di Cabang Jakarta Timur... mereka yang banyak ngajarin saya..."

Igor tampak lesu wajahnya.

"Dan juga...", Wanda masih menyambung, "Saya banyak belajar dari Pak Igor di sini... juga di bantu sama Rino sebagai jongos kampret saya... ma kasih ya, Rin..." Wanda melambai pada Rino, di susul gelak tawa yang bergemuruh dari semuanya yang ada di ruangan. Sementara Igor tersenyum bangga mendengar namanya di sebut juga oleh Wanda. Dada Igor mulai membusung lagi. Hendrik, Dani dan anak buahnya yang juga berada di ruangan yang sama ikut tertawa senang, melihat hasil yang mereka capai.

"Bro...", Dani berbisik di telinga Igor. "Kalo aja, gue gak kepaksa tanding,,, gue gak bakal nikmatin jadi bagian dari sejarah di cabang ini... tenkyu, ya..." Dani menepuk-nepuk bahu Igor. Igor mengangguk-angguk. "sama-sama", sahutnya. Hendrik pun memberi tepukan penuh kebanggaan di bahu Igor.

"Nah..." Igor buka mulut lagi sambil menyuruh Wanda kembali ke mejanya. "Kita jangan seneng dulu... masih ada 3 bulan lagi... tapi,,," Igor mulai senyam-senyum. "Manajemen udah kirim tambahan meja baru dan kursi buat kita... printer baru... komputer baru... bahkan..."

Semuanya tampak menunggu dengan harapan hati masing-masing.

"Showroom kita... di perbaikin..." Igor bertepuk tangan sendirian saja. Sementara anak-anak buahnya masih melongo. Belum mendengar apa yang mereka mau. Igor pun melenguh sambil geleng-geleng. "Dan kalian dapet sebagian insentif saya..."

"Hore!!!", teriak semuanya serempak. Hendrik berdehem. Lalu maju ke sisi Igor. "Berhubung, kalian bikin rejeki saya bertambah... saya juga kasih sebagian dari insentif saya..."

Semuanya pun semakin riuh bertepuk tangan. Kemudian, semuanya mulai melirik pada Dani yang berlagak tak sadar, bahwa dirinya juga di tunggu-tunggu untuk mengatakan sesuatu. Tapi ketika Hendrik dan Igor yang memandangnya, Dani pun melenguh kecil dan maju ke sisi Hendrik sambil mulai membuka mulutnya... "Oke... saya juga...", mulainya dengan berat, "Akan memberikan..."

Semua yang sedang menunggu, sudah bersiap-siap untuk bertepuk tangan lagi, dengan senyuman lebar yang tak mengatup juga.

"UCAPAN SELAMAT!!!" Dani menyelesaikan kalimatnya dengan di susul sorakan riuh. "Tungguuuuu,,, saya belom kelarrrr...", sambung Dani. "Sama deh,,, sama kayak yang di samping saya, nih... sebagian insentif saya, buat kalian..."

Tepukan tangan pun kembali bergemuruh...

Wanda pun bangkit berdiri, mengundang perhatian semuanya untuk menoleh ke arahnya. "Saya gak mau basa-basi untuk ngaku kalo saya udah kaya", mulai Wanda acuh tak acuh, di susul sorakan teman-temannya, "Beneran", kata Wanda masih acuh tak acuh, "Saya gak butuh insentifnya. Jadi... buat kalian aja... atau buat jalan-jalan bareng,,, terserah..."

"Wah! Boleh, tuh!", celetuk Dani. "Kita mesti jalan bareng, nih... ngeraya'in..."

Hendrik dan Igor pun mengangguk-angguk setuju dengan senyuman lebar mereka. Semua pun kembali bertepuk tangan sambil menyorakkan yel yel...

"Wanda! Wanda!!!", mulai Alex dan Stanley sambil menghampiri Wanda, mengapit Wanda dan mengangkat pinggang Wanda ke atas. "Eh! Eh! Apa-apa'an, nih?!", jerit Wanda. Tapi dengan sekali sentakan lagi, Alex dan Stanley sudah membuat Wanda terduduk di antara apitan bahu mereka yang tegap. Sementara yel yel semakin meriah... "Wanda!!! Wanda!!!"

Igor pun senyam-senyum. "Gak apa-apa, Wan...", katanya. "Kamu sekarang jadi ratu sejagad... enjoy aja... biarin pada jadi jongos kampret kamu, semuanya nih..." Igor menunjuk pada semua anak buahnya yang laki-laki. "Kan kita udah janji sama kauuuu, Waaan..."

Alex dan Stanley memboyong Wanda hingga ke area parkir, mengundang banyak perhatian orang di luar. Dan yel yel semakin meriah saja saat staff administrasi berikut staff CRO ikutan keluar...

"WANDA!!! OOOO WEEEE OOOOO... WANDA!!!! OOOO WEEEE OOOO... WANDA GO WANDA GO GO!!! WANDA GO WANDA GO GO!!!"

Wanda tertawa senang dengan sumringah. Ia teringat, terakhir kali ia di angkat oleh papanya seperti ini... dan di elu-elukan oleh mamanya di masa kecilnya dulu...

Wanda menemukan salah satu bagian hidupnya yang dulu terhilang... kebersamaan dan keceriaan sebuah keluarga...

***

AUTHOR

Jangan menyerah... ^_^ ada waktunya menuai, seburuk apapun kejadian yang pernah terjadi...

but,,, ceritanya blom abis, ya... masih ada beberapa bagian inti yang mesti di upload lagi untuk membuat cerita ini lengkap.

Jangan lupa amal votingnya en commentnya... (Saya gak pernah menyerah untuk s'lalu ngarep) wkwkwkwkk...

MENIKAH DENGAN INTEGRITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang