35. Wo Ai Ni

634 107 9
                                    

Ali berhenti di pekarangan rumah Rara dan dengan canggung Rara menaruh helmnya. Tak ada percakapan apapun diantara keduanya sejak tadi.

Rara tak tahu kenapa nalurinya masih sedikit terkejut dengan aksi Ali tadi, bukankah itu sangat menyeramkan dan seumur hidup Rara baru pertama kali melihat kebrutalan itu.

Saat hendak membelokan motornya tiba-tiba hujan turun tanpa aba-aba, aneh memang tadi panas sekarang hujan.

"Disini dulu masih hujan! Nanti demam."

Ali tersenyum tipis lalu membawa motornya masuk ke dalam garasi.

Rara dan Ali masuk bersama dan saat sudah di dalam Rara meninggalkan Ali begitu saja.

Dani yang melihat itu mengerjap bingung sementara Rani datang menyuguhkan susu jahe untuk Ali.

"Hujannya pasti deras, kamu disini dulu sampe reda."

Ali mengangguk menurut saja, Ali juga sedikit malas jika harus pulang menempuh hujan apalagi membayangkan dinginnya nanti.

Dani duduk di samping Ali dan memberi kode pada istrinya untuk memanggilkan Rara untuk Ali.

"Ada masalah apa?"

Ali mengerjap terkejut lalu dengan canggung menggelengkan kepalanya.

Dani menghela nafas, Dani adalah orang dewasa yang paham betul dengan keadaan anak muda jika sudah begini.

"Rara masih mandi, kamu tunggu dia sebentar lagi," ujar Rani lalu meninggalkan mereka.

Ali sedikit gugup bagaimana bisa ada masalah lalu ia ditantang untuk membahasnya sekarang juga.

Selang beberapa menit akhirnya Rara turun hanya mengenakan piyama tidur lalu dengan tenang duduk di sebelah Ali.

"Papah mau masalah kalian selesai hari ini juga." Dani meninggalkan mereka, memberi ruang untuk kedua remaja itu menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Maafin gue," ucap Ali membuat Rara menoleh. "Lo pasti pertama kali lihat gue kayak tadi."

"Gue sebenarnya agak tempramen, kalo emosi gue udah memuncak gue gak bakal segan-segan." Ali menunduk malu mengakuinya tapi bibirnya selalu ingin berceloteh jika dihadapan Rara.

"Kemaren gue ketemu nyokap, dan omongannya yang selalu memaksa ngebuat gue inget masa lalu, itu sakit banget. Hari ini gue bener-bener ngerasa sial, gue gak bisa ngontrol rasa marah gue saat ngeliat lo histeris ketakutan. Lo tahu gue sekarang, terserah kalo lo mau jauhin gue sekarang."

Rara tersentak lalu menggelengkan kepalanya, "jangan ngomong gitu, jangan bersikap seolah-olah dunia benci sama kamu. Aku cuma gak nyangka aja kamu bisa kayak gitu tapi aku mencoba mengerti."

Ali tak bisa menahan senyumnya, ia merasa lega dan perasaan ingin memiliki Rara semakin besar.

Hening beberapa saat sampai ponselnya tiba-tiba berbunyi berulang-ulang kali.

(Tukang Caper)


Satya: si Al dimana?

Gina: mana saya tahu kan saya ikan

Intan: au

Putra: paling lagi mojok sama Rara

Ali: gibahin orang ganteng mulu heran

Satya: lo dimana monkey? Bokap lo telpon gue mulu nanyain lo

Ali: rumah Rara

Putra: jangan bilang lo belum balik?

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang