9. Makan Malam

1K 150 3
                                    

S E L A M A T M E M B A C A

















Sejak pulang sekolah Ali tak berbicara dengan ayahnya, hanya ada hening dan tak ada sapa.

Pertengkaran seperti ini memang sering terjadi tak aneh dan mungkin nanti mereka akur lagi.

Ali enggan membuka suara karena takut menyakiti hati ayahnya begitupun Harlan yang takut menyinggung perasaan anak itu.

Ali hanya berdiam diri di kamar, ia tak tahu apakah motornya akan disita atau tidak biasanya disita, ia juga tak diundang diacara launching restoran ayahnya.

Ali jadi merasa bersalah tapi ia juga masih keras kepala, kenapa takdir selalu mencuranginya.

Ali mengusap wajahnya gusar, kok berasa setres ya?

"Den Ali belum mandi? Air hangatnya udah siap," ujar bi Tina membuka pintu kamar Ali yang setengah terbuka.

Ali mengerjap kecil lalu menoleh dan mengangguk, biasanya ia akan menggoda bi Tina tapi kali ini moodnya sedang memburuk.

"Mau bibi buatin teh atau kopi?"

"Susu cokelat aja bi." Jawab Ali sopan.

Kata orang cokelat itu bisa membuat mood menjadi lebih baik, mungkin Ali harus mencobanya.

"Ya udah bibi buatin, tapi den Alinya mandi yah."

Ali menipiskan bibi dan bergumam kecil sebagai jawaban.

Sekitar lima belas menit Ali keluar dari kamar mandinya. Susu cokelat yang ia minta tadi sudah tersedia serta cemilan disana.

Perhatiannya beralih pada pakaian yang dilipat diatas kasur.

Sebuah jas berwarna hijau tua berukuran pas dibadanya serta celana jeans hitam.

Ali merasa itu untuknya karena ukuran dan warnanya pas untuknya. Lalu beberapa detik kemudian sebuah pesan muncul.

Papah: bentar lagi supir suruhan papah jemput kamu, pake jasnya. Papah mau kenalin kamu sama teman-teman papah.

Ali tersenyum kemudian segera mengenakan jas yang sudah disiapkan tadi.

•••

Kafe Januar

Nama yang tercetak jelas diatas pintu utama bangunan tersebut.

Acara yang dihadiri orang-orang penting serta keluarga terdekat Harlan.

"Makannya biasa aja jangan kayak gembel," ejek Satya melihat Gina yang tak santai menyantap hidangan disana.

"Sumpah ini enak banget, gue yakin nih resto bakalan laris," puji Gina dengan sewotnya.

"Gina jaga image lo! gak tahu apa ini tempat apaaan?" Intan merasa risih.

"Udah berasa kantin sekolah kali." Timpal Putra.

Gilang yang daritadi diam hanya mengamati dan mencicipi satu persatu hidangan. Bagi seorang yang memiliki hobi memasak, akan sangat gatal rasanya jika tak mencicipi makanan yang ada.

"Eh Ali kira-kira bakalan dateng gak?" tanya Satya mengingat ada perselisihan antara Ali dan Harlan.

Semua hanya menggeleng kaku mendengar itu.

Tiba-tiba para tamu dan pengunjung berdesakan ke dekat pintu membuat Satya dan teman-temannya jadi ingin tahu.

"Apaan?" tanya Putra.

Gina hanya menggelengkan kepala sementara yang lain diam tak tahu.

Tiba-tiba seseorang turun dari mobil sport lalu berjalan baik model diantara para pengunjung. Semua terpesona melihat pemandangan itu.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang