15. Siapa Dia?

848 125 4
                                    


Ali menghitung sisa uang jajannya di mejanya, ditemani teman-temannya. Mulai dari Intan dan Satya sibuk main game bareng, ada Gina yang asik nonton k-pop sambil teriak-teriak tak jelas, juga ada Putra dan Gilang tengan makan sate.

Ini adalah malam minggu, biasanya mereka tak berkumpul seperti ini tapi berhubung merayakan kemenangan Gilang jadi semua berinisiatif ingin menginap kecuali Intan dan Gina.

"Gila sih Lang, lo sampai banyak nyetak gol kayak gitu," puji Putra sambil memakan satenya.

Gilang hanya tersenyum dan tak banyak menggubris, lagian ia tahu jika dirinya keren.

"Emang berapa skornya?" tanya Ali tak tahu.

"Tiga kosong!" sahut Putra.

"Lah kok lo gak tahu Al?" tanya Gina.

"Iya biasanya lo paling heboh," ujar Intan baru tersadar jika selama pertandingan tak melihat kehebohan Ali seperti biasanya.

"Si Ali tuh sibuk main sama gebetannya." Kini Satya yang menyahuti.

"Lah serius itu? Gue kirain main-main," ucap Gina yang diangguki Intan.

"Awalnya mau main-main tapi Alinya kalah dalam permainannya sendiri," kata Gilang santai.

Ali mengumpati Gilang tapi hanya diam saja dan menjadi tersadar akan sesuatu.

Bukankah ini hanya permainan tapi kenapa Ali merasa ini terlalu jauh bahkan Ali seakan tak bisa melangkah menjauh.

"Kalau lo emang naksir sama dia, gas aja. Kesempatan gak datang dua kali," ucap Gina menaik turunkan alisnya.

"Gak ah! Tadi seharian gue banyak ngobrol sama dia masa sekarang harus chat juga, gue gak mau dia ngerasa keganggu. Gue tahu dia punya banyak kesibukan." Ali memilih meneruskan menghitung uangnya.

Satya menghela nafasnya lalu meletakkan ponselnya dan bersandar pada kursi karena permainan telah berakhir, "pacar pengertian banget sih."

Ali bergidik ngeri lalu menyingkir menjauhi Satya, "jijik Sat!"

"Si Satya kebanyakan php-in cewek jadi belok," cibir Putra.

"Gak yah anj-" ucapan Satya terpotong karena Intan sudah melotot padanya.

"Gue normal! Cuma becandaan doang!"

"Tahu gak tadi temennya si Rara ngamuk-ngamuk gara-gara lo," ucap Ali serius.

"Si Naya bukan?" tanya Satya membuat Ali mengangguk. "Buat lo aja, udah bosen gue," ujar Satya pada Putra.

"Nasib aing dapet ampas mulu," decak Putra.

"Lo kira cewek makanan? Habis manis sepah dibuang!" cerca Ali.

"Iya lu! Sama si Diza aja gak ada yang kelar." Gina ikut serta dalam percakapan ini.

"Kalau si Diza beda lagi, dia spesies suci berhati iblis jadi dia buat stok terakhir," jawab Satya santai dan langsung mendapat timpukan bantal kursi oleh Gina.

"Tapi Iya bung! Dia terlalu suci kalau gak pake hati. Di kehidupan SMA kayak gini, prinsip pacaran gak usah terlalu serius karena ujung-ujungnya pasti putus," ucap Putra membuat Gilang diam-diam memahami ucapan itu.

Ali mencibir tak setuju, "dan lo gak pernah tahu berapa banyak sumpah serapah yang diucapkan korbanlo akibat tingkah brengsek lo itu!"

"Iya juga Put, setahu gue selaku cowok yang punya adek cewek. Coba bayangin cewek yang lo sakitin ternyata cewek yang mati-matian di bahagiain sama bokapnya," ucap Gilang larut dalam pembahasan.

Aliendra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang