23. Helm-nya

779 106 1
                                    


Hari sudah mulai pagi namun Rara sama sekali tak bisa tidur memikirkan siapa yang sudah menerornya.

Rara tak bisa menduga-duga siapa yang sengaja menerornya semalam tapi Rara juga tak habis pikir ada orang yang sengaja mengganggunya. Ada perasaan takut di hati Rara tapi Rara tak tahu harus berbuat apa.

Rara menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan prasangka buruk dalam dirinya kemudian segera fokus berjalan keluar dari rumahnya. Hari ini ia tak berangkat bersama ayahnya karena pagi-pagi sekali ayahnya sudah pergi keluar kota dan ibunya juga sudah berangkat mengantarkan orderan brownis pada rumah sahabatnya sedangkan kakaknya sudah lebih dulu memesan taksi online.

"Woi!"

Lamunannya buyar seketika mendengar suara yang sangat familiar tiba-tiba berseru membuatnya mengerjap-ngerjap kecil.

"Ali, kamu ngapain?" tanya Rara saat melihat Ali yang sudah bertengger diatas motor dengan posisi kaki kanannya diangkat diatas paha kirinya.

"Ngajak lo berangkat bareng lah," jawab Ali sambil tersenyum.

"Tumben," gumam Rara kecil kamudian pandangannya beralih pada halaman rumahnya dan ia sama sekali tak melihat kotak semalam padahal Rara merasa tak melempar jauh kotak itu. Rara kembali menghela nafasnya kecil, siapa sebenarnya orang itu.

"Woi!" seru Ali mengibaskan tangannya di depan Rara membuat Rara mengerjap.

"Kenapa lo?" tanya Ali heran.

Rara menoleh kemudian wajahnya menyendu, ia belum menceritakan soal semalam pada siapapun karena takut orang-orang akan khawatir tapi ia juga tak bisa menyimpan ke khawatirannya sendirian.

"Aku-" Rara menipiskan bibirnya merasa sedikit takut juga untuk menceritakannya.

Ali mengerutkan keningnya melihat tiba-tiba bibir Rara bergetar kecil, "lo kenapa?" tanya Ali dengan suara lembutnya agar Rara sedikit tenang.

Rara menghela nafasnya kemudian membasahi bibir bawahnya pelan, "semalam waktu kamu udah pulang, tiba-tiba ada yang lempar kotak ke depan rumah dan isinya poto aku yang dicoret-coret sama tinta  merah ... mirip darah," ujar Rara pelan dengan hati-hati. "aku rasa ada yang neror aku."

Ali terkejut kecil melihat ke kiri dan ke kanan, "lo udah cerita sama orang tua lo?" tanya Ali memastikan.

Rara menggelengkan kepalanya, "aku takut mereka khawatir, Papah lagi banyak kerjaan, Mamah juga sibuk banyak orderan terus kakak juga sibuk skripsi. Jadi aku bingung." Rara menciut kecil, ia tak bisa membayangkan betapa akan khawatir keluarganya jika tahu ada yang macam-macam pada Rara.

Ali menipiskan bibirnya mencoba mengerti, "lo jangan khawatir, gue pasti bakal bantu lo." Ali mengusap pelan pundak Rara.

Ujung mata Rara melihat tangan itu mengusapnya dengan lembut, diam-diam tubuhnya berdesir merasakan tangan hangat Ali menembus kemeja sekolahnya.

Ali mengerjap kemudian menurunkan tangannya salah tingkah, "ayo berangkat!" serunya sambil memalingkan wajahnya.

"Nih," ucap Ali sambil menyodorkan helm berwarna merah muda pada Rara.

Rara menatap helm tersebut bingung lalu beralih menatap Ali, "apa?" tanyanya bingung.

"Topi saya bundar! Ya helm lah, pake nanya lagi," ucap Ali gemas, entah kenapa ia jadi sedikit ngegas begini. Intinya Ali sedang salah tingkah.

Rara berdecak, "aku juga tau ini helm!" balas Rara tak kalah gemas, "maksud aku, sejak kapan kamu punya helm pink gini?" tanya Rara dengan sebalnya.

Aliendra [SELESAI]Where stories live. Discover now