|27| Romansa Anak Kuliah

154 23 23
                                    

"Kupikir kamu sudah menikah, makanya nggak pernah masuk!"

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Kupikir kamu sudah menikah, makanya nggak pernah masuk!"

Gelak tawa menyambutku ketika menginjakkan kaki di dalam kelas. Azel si ketua kelas menjadi provokator olok-olok pagi itu, sedangkan yang lain semangat menyoraki.

"Gimana liburanmu, asyik? Udah ada yang melamar ceritanya ini?" komentar salah seorang kawan.

Aku menggeleng. "Apaan, sih! Lamar, lamar! Kita masih semester 6, heh!"

"Ya, nggak pa-pa kali, Sha! Semester 6 itu udah pantas! Berarti ada peningkatan topik. Daripada si Azel, dari maba sampai sekarang kerjaannya PDKT mulu, kode-kode, nggak pernah dianggap."

"Kenapa aku ikut kena, hah?" Azel menyahut sewot.

Seluruh ruangan riuh lagi. Dosen belum datang. Aktivitas saling ledek ini tampaknya masih akan berlanjut.

"Maksudmu, Azel PDKT sama siapa? Eza?" Aurel bahkan tertarik menimpali.

"Siapa lagi?"

"Kamu salah perhitungan kalau gitu. Azel itu udah naksir Eza sejak kecil."

"Oi, Aurel, kenapa tiba-tiba bahas masa kecil?" Azel menggebrak meja. Kami terbahak, sedangkan Eza hanya cengar-cengir saja.

"Seriusan, Rel? Kasihan sekali kalau gitu ketua kelas kita ini," sahut teman-teman Azel sesama cowok. Aurel mengacungkan jempol.

Seru-seruan itu semakin jadi sampai dosen masuk. Kegiatan semacam ini sudah sering dilakukan sejak tiga tahun lalu usai kami saling mengakrabkan diri.

Rasa-rasanya, semua orang kena kecuali Aurel. Gadis ini memang sudah menunjukkan perbedaan sejak pertama kali masuk. Susah sekali menemukan cacat Aurel selain kata-katanya yang terlampau pedas, apalagi untuk urusan percintaan.

Selama tiga tahun ini, belum pernah kudengar Aurel menyinggung-nyinggung masalah lawan jenis. Bahkan, ketika kemunculan Pak Alvarendra menghebohkan nyaris seluruh mahasiswi, Aurel cuek saja. Aku jadi penasaran, apakah Aurel pernah jatuh cinta?

Seringaiku mengembang. Kutanyakan saja hal itu padanya. "Rel," bisikku sambil tetap awas mengamati dosen. Aurel bergumam. "Kamu pernah jatuh cinta?"

Aurel menoleh. Dahinya berkerut samar. Memandangku agak lama. "Menurutmu, aku nggak normal?"

Aku menyengir bodoh. Redaksiku salah. Kugaruk pipi pelan. Aurel sudah kembali fokus mendengarkan perkataan dosen. Aku kehilangan momentum. Tekadku bulat. Lain kali aku harus berhasil mengorek kisah romantisme Aurel. Anggap saja sebagai amunisi bila dia mulai mencecarku dengan argumen-argumennya, pengalih perhatian. Sayang, Aurel terlalu ahli dalam mengabaikan orang, aku belum berhasil mengulik-ulik kisah cintanya.

*

Pagi memelesat cepat, siang menjelang, begitu pula sore berganti malam. Kesibukan tiada terkira membunuh waktu. Tanggung jawab akademik kian berat. Seluruh mahasiswa semester 6 diwajibkan mengambil mata kuliah Seminar Proposal.

This Is Our Way | ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat