|23| Kabar dari Rumah (b)

165 20 15
                                    

Mama menelponku lagi keesokan harinya

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Mama menelponku lagi keesokan harinya. Fauzan sudah pulang. Mama sengaja memasak makanan kesukaan anak itu. Bapak tidak banyak berkomentar. Kata Mama, suasana rumah berubah jadi canggung. Hampir tidak ada yang saling bicara di meja makan. Aku menenangkan beliau dengan mengatakan semuanya baik-baik saja. Mereka hanya butuh waktu untuk mengurai segala emosi negatif.

Sudah empat hari terlewati. Aku masih saja sibuk dengan tugas-tugas kampus dan kegiatan organisasi. LDK akan mengadakan bazar di awal September. Program tahunan yang digelar untuk umum.

Siang itu, kami tidak jadi kuliah. Dosen berhalangan hadir. Ada tugas di luar kota, begitu yang disampaikan Azel si ketua kelas. Oleh karena itu, aku dan Aurel memutuskan main ke sekretariat Kemuslimahan LDK. Kebetulan beberapa panitia sedang berkumpul untuk mendesain isi stand Bidang Kemuslimahan. Ada sekitar 7 orang termasuk kami.

Dalam organisasi yang kuikuti, laki-laki dan perempuan memang dipisahkan sedemikian rupa. Pemimpin tertinggi adalah Ketua Umum, dibantu Sekertaris Umum dan Bendahara Umum, serta lima Bidang penunjang. Salah satunya Bidang Kemuslimahan, tempat semua anggota perempuan berkumpul.

Selain struktur organisasi yang seolah terpisah, kantor kesekretariatan berbeda, jalur koordinasi juga dijaga sedemikian ketat. Antara laki-laki dan perempuan, hanya Ketua Umum dan Kepala Bidang Kemuslimahan yang boleh berkomunikasi. Lewat handphone, tentunya.

Di Bidang Kemuslimahan sendiri ada tiga departemen, Infokom, Kreativitas, dan Pembinaan. Aku dan Aurel ada di Kreativitas. Itulah kenapa urusan kami tidak jauh-jauh dari membuat konten.

"Ada yang punya lampu tumblr?" Kak Faira bertanya.

"Coba tanya ikhwan, Kak? Mungkin mereka punya?" Adiba menyahut santai. Gadis itu sedang menggunting huruf-huruf dari kertas.

"Alah, mana ada? Biasanya kalau agenda bareng, mereka selalu nyuruh kita yang nyari aksesori gini!"

Semua yang ada di sana tertawa pelan. Kak Faira adalah Kepala Bidang Kemuslimahan periode 2018. Tahun lalu menjabat sebagai Kepala Departemen Pembinaan. Aku menatap ganjil. Kak Faira sering terlihat kesal saat ada yang menyinggung-nyinggung ikhwan. Kabid Kemuslimahan 2017 tidak begitu. Kurasa ada sesuatu yang salah.

Aku hanya menduga-duga, Ketua Umum 2018 mungkin terlalu menyebalkan. Betapa perempuan lembut seperti Kak Faira berhasil dibuat sebal.

Tahun berikutnya aku baru menemukan jawaban. Angkatan 2015 sudah muktamar. Adiba terpilih jadi Kabid Kemuslimahan 2019. Benar saja, gadis sekalem dan seceria Adiba ikut uring-uringan. Sebagai teman dekatnya, aku tentu berani bertanya. Ternyata memang, dalam setiap koordinasi ikhwan-akhwat, tak selamanya berjalan mulus. Banyak perbedaan pendapat. Terlebih, media yang dipakai berkomunikasi kebanyakan lewat chatting. Bisa dibayangkan betapa rentan muncul kesalahpahaman.

Ah, tetapi itu hanya informasi selingan. Kembali ke saat ini, aku mengedikkan bahu. Fokus menempelkan huruf-huruf kertas ke atas karton. Ini akan jadi latar stand kami. Saat sedang asyik-asyiknya bekerja, tiba-tiba ponselku berdering. Sangat nyaring. Semua mata tertuju ke arahku.

This Is Our Way | ✔Där berättelser lever. Upptäck nu