Selama itu pula Pak Shaka menggenggam tanganku, begitu erat. Kemeja dan tangannya ternodai darah, bahkan kulihat ada noda darah di pipi kanannya. Rambutnya tampak acak-acakkan, peluh keringat membasahi seluruh wajahnya.

Baru kali ini aku melihat air muka kekhawatiran seorang Arshaka Shabiru.

•••

Samar- samar aku melihat wajah seseorang dengan senyuman lebar, dia tidak sendiri. Ada seorang laki-laki berdiri di samping tempat duduknya. Aku menutup mata sejenak, kemudian membuka lebar-lebar untuk memperjelas pandangan.

"Nania?"

"Thanks God, kupikir kau akan lupa ingatan." Nania terlihat mengembuskan napas lega.

"Sabella tertembak, bukan jatuh dari gedung," sahut David.

"Ya mungkin saja, peluru bisa membuatnya lupa ingatan."

"Kau pikir sinetron, tidak masuk akal," balas David.

"Peluru?"giliranku menyahut. "Tertembak? Aku?"

"Ya! Ya! Ya! Kau lihat, Kak? Sabella beneran lupa ingatan. Oh Tuhan, malang kali nasib sahabatku." Nania berdiri, lalu memegang tanganku, "Sabella, jangan khawatir ya? Aku akan selalu ada di sampingmu. Aku, akan selalu membantumu untuk mengingat semuanya. Ya? Kamu jangan khawatir." Nania mengusap rambutku.

"Nan, apa maksudmu? Kau sudah gila? Aku nggak lupa ingatan. Aku- aargh!" Aku merasakan nyeri hebat di punggung kanan atas saat aku berusaha untuk menarik punggung untuk duduk.

"Hey! Lukamu belum kering, kamu dianjurkan dokter untuk tetap di posisi itu sampai 6 jam ke depan," kata Nania.

Luka? Ah, aku baru ingat! Malam itu, terjadi sesuatu yang cukup mengerikan. Mobil, tabrakan, peluru, helikopter, darah, seperti rekaman yang berputar ulang di ingatanku.

"Pak Shaka mana?"

"Shaka berada di Singapura sekarang," jawab David.

"Singapura? Ngapain?" Setelah apa yang dia perbuat dengan melibatkan aku ke dalam masalahnya, sekarang dia malah pergi ke Singapura? Dasar, duga gila!

"Ada sesuatu yang harus dia selesaikan."

"Aku sangat bersyukur sekali kamu selamat, Bel. Aku nggak bisa bayangin kalo kamu kenapa-napa. Huhuhu..."

Aku melihat sekeliling, ini bukan rumah sakit? Ini,.... Kamarku? Aku pikir aku akan berada di rumah sakit setelah kejadian itu.

"Kenapa aku di sini?"

"Sebenarnya kamu tetap di rumah sakit setelah operasi selesai. Tetapi, Pak Shaka membawamu pulang dan memanggil dokter keluarga untuk memantau kondisimu. Pak Shaka masih khawatir jika orang yang menembakmu akan melukaimu lagi jika kamu tetap di rumah sakit,"penjelas Nania.

"Orang yang menembakku? Siapa?"

Nania menoleh kearah David, seperti memberi isyarat agar David mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

"Sebelumnya aku mau minta maaf karena kecerobohanku, kau terluka. Mungkin jika aku lebih teliti dan cermat, kau tidak akan sampai terluka seperti ini."

Aku mengangguk, memaafkan. Meski sebenarnya aku juga tidak begitu paham apa maksudnya.

"Terima kasih," jeda beberapa detik, "kau ingat murid Antartika Accademy yang dipulangkan ke rumah karena perundungan kepada Alisa?"

Aku mengangguk. "Kenapa?"

"Salah satu orang tuanya menaruh dendam kepadamu karenamu putrinya harus dipulangkan dari sekolah dan diblacklist dari sekolah-sekolah bergengsi. Dia mencoba untuk memberimu pelajaran," lanjut David.

Kedai CinderellaWhere stories live. Discover now