Part 45 [Open your heart]

Start from the beginning
                                    

Tangan Arli mencengkeram kuat pada kedua sisi pipi Shelly. Kini dia bisa melihat bola mata Shelly yang merah karena habis menangis. Matanya yang sembab.

"Kau habis menangis Lily-ku?"

"Sorry, I'm so sorry." Shelly berucap parau. "Aku memang stupid. Tidak seharusnya aku begini."

Shelly rapuh. Dia sedih, kecewa, dan merasa bodoh. Bodoh karena lagi-lagi dia tidak bisa memilih orang yang ingin dia inginkan. Dulu Martin lalu sekarang Yuda.

Apa takdirnya memang sekejam itu? Atau memang sejak awal Shelly hanya perlu menerima takdirnya? Tanpa harus memilih takdir sendiri?

Arli kah takdir yang digariskan untukku?

Kenapa Arli? Kenapa harus Arli? Pria kejam yang sejak awal tertarik denganku karena rupaku.

Pria yang melakukan segala cara untuk mendapatkan aku.

Shelly membatin perih di pelukan Arli. Pria itu memeluknya.

"Kenapa kau mengatakan bodoh? Jangan bilang gitu Lily. Kau tidak bodoh Lily-ku."

Shelly terisak. Sesenggukan. Tentu saja Shelly merasa bodoh. Di saat Arli mengatakan begitu mencintainya dengan sangat tapi di saat itu pula dia begitu mudah berpaling ke arah cinta pertamanya. Meninggalkannya.

Apa cinta memang seperti itu?

"Lepaskan aku Ali...hiks," suara serak Shelly bercampur tangis. "Aku lelah...hiks. Aku mau tidur..."

Shelly ingin memejamkan melupakan penatnya pikiran dan tubuhnya. Jika bisa dia juga ingin melupakan semua tentang kejadian hari ini dan bangun dengan ingatan tanpa masa lalu.

Seandainya bisa seperti itu, mungkin Shelly sedikit hidup tanpa kesedihan.

Arli mengerti istrinya itu sedang tertekan batin dan bercampur lelah. Tanpa banyak bicara dia menggendong istrinya menuju tempat tidur mereka.

Arli membaringkan Shelly sangat lembut dan hati-hati di sisi bantal sambil menghapus sisa air mata Shelly.

Dia mengecup pipi chubby Shelly.

Cup!

"Mimpi indah Lily-ku. Besok akanku jelaskan semuanya," bisik Arli lembut.

"Tidak perlu," Shelly berkata ketus dengan mata masih terpejam.

"Eh!" Arli tersentak kaget dan bergumam. "Maksudnya?"

Mata Shelly terbuka dan dia melihat serius ke arah Arli. Kini tatapannya tanpa air mata lebih terlihat menusuk bagai pisau yang siap menyayat hati Arli.

"Aku tau kenapa kau pergi meninggalkan-ku. Kau pergi menemui wanita itu," tegas Shelly.

Sekarang Shelly bangkit dari tidurnya. Duduk berhadapan dengan Arli yang tengah duduk di sisi tempat tidur. Tatapannya masih sama tajam.

"Kau menemui Rena! Cinta pertama-mu itu! Mengabaikan panggilan-ku! Kau tinggalkan aku karena kau tidak terima Yuda bersamanya, iya'kan?"

"Apa itu yang mau kau katakan setelah aku bangun tidur Ali?" nada suara Shelly meninggi.

Arli tampak bingung lebih ke arah tidak mengerti kenapa Shelly seperti wanita yang tengah mengamuk.

"Iya kau benar, tapi kenapa kau semarah ini?" Arli masih tampak bingung dengan sikap Shelly.

"Apa katamu!" bentak Shelly tidak terima. Shelly mulai mengibaskan selimut dan turun dari tempat tidur berdiri di hadapan Arli yang juga ikut-ikutan berdiri dengan wanita itu. "Jadi maksudmu aku tidak perlu marah melihatmu lebih care dengan Rena di banding aku?"

Project Big Boss / PBB [END]✅Where stories live. Discover now