with you 10 ▶

323 96 8
                                    

Happy Reading..!!!!

****

Hari demi hari perubahan terjadi pada diri Al. Setiap hari ia jatuh pingsan dan darah dari hidung terus jatuh. Kondisi nya semakin melemah membuat kedua orang tua Al semakin khawatir dengan keadaan Al.

Sampai suatu ketika Al harus di larikan ke rumah sakit, karena kondisi nya tiba-tiba drop.

Ia tak sadarkan diri, dan harus masuk ke ruang ICU untuk di rawat secara intensif.

Orang tua Al tak bisa berbuat apa-apa, karena bagi mereka itu percuma karena kanker sudah menggrogoti seluruh tubuh Al.

Hampir semua rumah sakit sudah di periksa, hasilnya tetap sama.

Hanya mukjizat tuhan yang bisa mengangkat penyakit Al.

Sebuah rumah sakit besar dan terkenal.

Al menjalani perawatan intensif, di temani oleh kedua orang tua Al.

Tubuh Al terbaring lemah tak sadarkam diri dengan selang oksigen yang terpasang serta monitor untuk mendeteksi detak jantung pasien.

Pak marko duduk disamping ranjang Al. Ia menatap anaknya dengan sejuta kekhawatiran. Sedangkan bu Karin duduk di sofa.

"Al..!! Maafin papa ya, papa gagal ngejagain kamu, papa gak bisa ngelindungin kamu. Papa gak nyangka kamu mengidap penyakit kanker. Harusnya bukan kamu yang terbaring lemah disini, tapi papa sayang.
Kamu itu jantung hati papa, papa bener-bener gak tega liat kamu sepertinya." ucapan sendu pak Marko di hadapan Anaknya yang sedang terbaring lemah.

Pak Marko menggenggam erat tangan Al sembari sesekali menghapus ingus yang terus mengalir dari hidungnya.

Bu Karin bangkit menghampiri suami nya. Ia berusaha menenangkan pak Marko, namun apa daya ia juga tak bisa menahan airmata nya saat melihat putri kesayangannya mendapatkan cobaan begitu berat.

"Pa..!! Mama yakin Al pasti kuat, Al pasti bisa melewati ini semua. Kita gak boleh menunjukan kesedihan kita di depan Al. Kita harus tetap tersenyum, biar ini bisa menjadi kekuatan Al." dengan begitu pelan ia berusaha menenangkan pak Marko. Namun airmatanya tak bisa di bendung. "Mama juga sedih pa, tapi kita harus kuat, harus beri kekuatan untuk Al."

Bu Karin memeluk pak Marko, pelukan itu di balas oleh pak Marko.

Setelah satu jam Bima pun datang sembari membawa seikat bunga di tangannya.

Bima menghelaikan nafas, seolah ia lagi berusaha untuk menenangkan diri nya sendiri, dan menguatkan diri nya.

pak Marko dan istrinya menoleh ke samping.

"Bima..!!" panggil papa Al.

"Ya om. Gimana keadaan Al?" tanya Bima yang berusaha menahan air mata nya agar tidak jatuh, namun semakin ia berusaha untuk mengontrol diri nya sendiri, itu semakin sakit. Ia harus melihat orang yang begitu ia cintai terbaring tak berdaya.

"Masih belum stabil Bim. Ya kita doain aja semoga Al cepat sadar."

"Titip Al ya. Om sama tante pulang dulu ya." pinta bu Karin sambil berdiri sembari menjinjing tas nya. Begitu juga pak Marko.

Bima tersenyum kecil.

Pak Marko dan Karin menuju pintu keluar.

Bima menarik kursi kemudian ia duduk di samping ranjang Al.

Ia menaruh bunga di atas meja. Dia kembali duduk.
Ia meraih tangan Al dengan lembut, lalu ia genggam dan di taruh ke samping pipi nya.

"Hai sayang, kamu apa kabar? Aku bawain bunga kesukaan kamu. Kamu cepet bangun ya, aku kangen sama kamu." ucap Bima.

Bima mengelus pipi Al menggukan telunjuknya dengan lembut.

"Kamu jangan lama-lama ya tidurnya. Ntar siapa yang bakal nyuekin aku kalo kamu gak bangun." ucapan konyol yang keluar dari Bima. Membuat ia tersenyum kecil.

Bima mencium tangan Al dengan penuh sendu. Airmatanya jatuh dengan sendiri nya.

****

Sebuah perusahaan besar, di tempat Lala bekerja sebagai orang yang paling berpengaruh di perusahaan tersebut.

Lala yang sibuk di depan laptop serta berkas-berkas di tangan. Seketika ia mengingat Al, kemudian ia mengambil sebuah foto dari dalam tas nya.

Ia menatap foto itu dengan rasa tak percaya. Bahwa saat ini ia merindukan Al.

"Gue kangen sama loh Al, loh lagi apa sekarang? Loh pasti udah bahagia sama Bima. Hidup gue serasa sepi tanpa loh Al." raut sedih yang begitu jelas terlihat dari Lala. Ia terbuai dengan lamunannya mengingat masa kecil nya bersama Al.

Lamunannya pecah saat seorang karyawan masuk ke ruangannya.

Lala menghapus airmata menggunakan punggungnya.

"Ada apa Ton?" tanya Lala sembari menaruh foto ke dalam tas nya.

"Pak Rama memanggil ibu ke ruangan nya..!! Seru Toni, salah satu karyawan kantor.

"Okey, nanti saya akan menyusul."

Toni mengangguk. Kemudian pergi meninggalkan Lala.

Lala merapikan rambutnya, kemudian ia beranjak keluar.

***

Maaf guys part terakhir² ini singkat. Lagi gak fokus soalnya.

Irreplaceable ( Sudah Terbit )Where stories live. Discover now