with you 9 ▶

382 99 14
                                    

Happy reading..

Terkadang aku berpikir, untuk tidak memikirkanmu sedetik saja.

Namun rindu ini yang begitu kuat dan lama aku pendam, hingga
Aku tak mampu untk bisa menahan kerinduan ini.

******

Apakah ini sebuah pernyataan yang sesungguhnya. Al mulai merasa ada yang tidak benar. Namun Al tidak ingin berpikir apapun, karena sesungguhnya Al lebih tahu apa yang terjadi dalam tubuhnya. Darah yang terus mengalirkan dari hidung yang hampir masuk ke mulut. Namun Al hanya bisa bertahan untuk tidak membuat Al seolah sakit.

Ia baru tiba dirumah setelah sebelumnya jalan-jalan ke taman bersama Bima. Mama menyuruhku untuk masuk ke kamar dan beristirahat, kemudian mama juga masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Aku hanya berpikir untuk tidur dan beristirahat agar cepat sembuh. Sedangkan Papa menemani Bima di Ruang tamu.

Mama merenung di kamarnya sambil menangis, entah sudah berapa banyak airmata yang ia habiskan. Ia berdoa kepada tuhan untuk memohon petunjuk terhadap pilihan yang harus ia lakukan pada Al.

Setelah satu jam, Papa pun datang menghampiri mama dikamar.

Pak Marko berusaha untuk menenangkan istrinya, kemudian pak Marko memeluk istrinya.

waktu menunjukan pukul 17:00

sudah berapa lama tidak ada kabar dari Lala sejak kepergiannya. Mungkin Lala benar-benar marah kepadanya, hingga membuat Lala menghilang dari kehidupannya.

Al berbaring di atas kasur empuk sembari mengambil sebuah bingkai fotonya bersama Lala. Ia hanya bisa menatapi kepergian Lala. Meskipun dalam hatinya ia begitu merindukan sosok Lala yang selalu hadir dalam hidupnya.

Terus menatap foto nya bersama Lala, air matanya menetes seketika ingat kenangan manis nya bersama Lala.

"Laa..!! loh dimana? gue kangen sama loh. Kenapa loh pergi ninggalin gue. loh tau La, semua orang pada jahat sama gue, mereka tega menyembunyikan sesuatu dari gue. Kapan kita ngumpul lagi kayak dulu? kalo gue ada salah gue minta maaf La." Al menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya, kemudian ia keluar kamar menuju dapur.

***

Bu Karin mengaduk-aduk susu, kemudian ia berikan kepada Al. Al pun langsung mengambil susu tersebut dan di tuangkan ke mulutnya.

"Sayang gimana keadaan kamu nak?" tanya bu Karin sembari mengusap-usap kepala Al.

Al memeluk mamanya dengan manja. "Al gak papa kok. Emang Al sakit apasih ma?" tanya Al yang menunggu jawaban dari mamanya. Ia begitu penasaran, kenapa semua begitu khawatir terhadapnya.

"Lagi ngapain sih kesayangan-kesayangan papa?" tanya pak Marko yang baru saja datang.

"Ini pa, anak kamu lagi manja-manjaan sama mama." seru bu Karin.

Tokk..Tokk

suara ketuka pintu terdengar, Al bergegas keluar menuju ruang tamu. Saat pintu di buka, pak Rano beserta istrinya bu Tiara datang dengan membawa beberapa buah tangan seperti buah-buahan.

Al menyambut orang tua Bima sangat antusias, ia lalu mengambil buah tangan tersebut dan di berikan kepada bibi. Al mempersilahkan masuk pak Rano dan bu Tiara.

"Sayang kamu ke kamar dulu ya, Mama sama Papa mau ngobrol penting kepada om Rano dan tante Tiara." pinta Mama.

"Okey Ma." ujar Al untuk pamit dan pergi meninggalkan ruang tamu.

"Kami ikut prihatin ya atas cobaan yang terjadi kepada Al." ucap bu Tiara.

"Iya kami benar- benar gak nyangka cobaan yang begitu berat kalian hadapi." ujar pak Rano.

"Makasih ya Rano, Tiara. Ya kami sampai gak menyangka cobaan begitu berat di alami putri kami.

"Al udah tau belum tentang penyakitnya?" tanya bu Tiara.

"Belum."

"Yang sabar ya, saya yakin setiap cobaan pasti ada jalan keluar nya." pak Rano berusaha untuk menangkan keluarga pak Marko.

"Bima mana, gak ikut ya?" tanya bu Karin.

"Belum, katanya dia nyusul."

Blaa...Blaaa.

****

Waktu menunjukan pukul 9 malam. Pak Marko,bu Karin, pak Rano, bu Tiara dan Bima berkumpul bersama tanpa Al. Namun hanya Al seorang yang tetap dikamar.

"Nak Bima, kamu udah tau kan kondisi Al gimana sekarang. Apa kamu tetap mau melanjutkan perjodohan ini? Kita semua tau kalo kanker yang Al alami sekarang sulit untuk di obati." jelas Pak Marko ke pada Bima.

"Iya om, apapun keadaan Al. saya akan tetap menerima perjodohan ini. Karena saya sayang dan cinta banget sama Al. Apapun kondisi Al, apapun keadaanya Bima gak merubah keputusan kalo Bima akan selalu berada di samping Al." Bima berusaha meyakinkan keluarga Pak Marko, bahwa begitu mencintai Al.

"Tante percaya sama kamu, kamu bisa jagain Al."

Bima beranjak dari duduk nya dan berlutut di depan kedua orang tuanya. Ia memohon agar memberikan restu untuk hubungannya dengan Al

Bima tak minta apapun dari papa dan mama.

Kali ini Bima cuma minta satu hal, Bima ingin minta restu ke papa dan mama.

Izinkan Bima untuk menghabiskan hidup Bima bersama Al.

Apapun yang terjadi Bima cuma minta satu hal. Bima hanya mencintai satu wanita dan akan selamanya mencintai Al.

Ijin kan Bima untuk merawat dan menjaga Al, sampai pada akhirnnya tuhan mengambilnya dari Bima.

Ucapan Bima yang begitu menyentuh membuat semua orang menangis, termasuk Al yang mendengar di balik pintu. Ia tak menyangka bahwa Bima begitu mencintai nya.

Sekarang Al tau tentang penyakitnya, ia beranjak dari tempat ia berdiri kemudian datang menghampiri Bima dan keluarga yang sedang mengobrol di ruang keluarga.

"Apa bener Al mengidap penyakit kanker?" Airmata yang menetes di pipi Al, membuat semua orang terdiam. Hal sangat di tutup rapat-rapat akhir di ketahui oleh Al.

Pertanyaan Al, membuat orang terdiam.

Diam nya mereka membuat Al tau hal sebenarnya.

Saat itu hati Al benar-benar hancur, ia nangis histeris.

Yang ada di pikirannya cuma satu. Apakah sebentar hidup nya akan berakhir? Apakah ia akan kehilangan semuanya? Bagaimana hubungan nya sama Bima? Apa Bima menerima dia dengan kondisi yang sekarang?

Sejuta pertanya yang tertulis di benak Al.

*****

Part kali ini pendek dan biasa.

Lagi suntuk ide soalnya. Hehe

Irreplaceable ( Sudah Terbit )Where stories live. Discover now