Naruto rasa begitu. Penyerangan kemarin pasti hanya untuk balas dendam saja. Jika benar Shitenshounin merencanakan penyerangan kedua, itu pasti untuk mencuri gulungan emas yang tetua Konoha sembunyikan.
Terlalu banyak dendam yang desa lain pendam karena Konoha. Bukan tidak mungkin setelah Akatsuki dan Shitenshounin tidak akan ada lagi kelompok penjarah seperti mereka. Kesalahan Konoha di masa lalu terlalu banyak. Mungkin karena itulah Desa Konoha adalah desa yang paling sering diserang oleh kelompok nuke-nin seperti Akatsuki atau Shitenshounin.
"Sasuke-san, kulihat kau tersenyum?" Sai berucap setelah melihat dengan sekilas jika Uchiha Sasuke tersenyum. Hanya sebentar, dan itupun sangat tipis.
"Kurasa tersenyum untuk saat ini tidaklah buruk." Dan Sasuke semakin tersenyum lebar. Hingga membuat Naruto dan Sai ikutan tersenyum.
Beberapa menit mereka lewati dengan keheningan. Sai yang memutuskan untuk tidur sebentar. Dan Naruto yang diperintah oleh Sasuke untuk menuliskan laporan kepada Rokudaime-sama terkait misi ilegal mereka.
Sasuke memejamkan matanya. Masih betah dengan posisi memeluk istrinya dari belakang. Semilir angin semakin membuatnya mengantuk. Karena ia akui, beberapa hari istrinya menghilang ia menjadi tidak dapat tidur. Sebelah ranjangnya kosong, meja makan rumahnya tidak lagi hangat, dan pakaian kotor menumpuk di keranjang sudut kamar mandi.
Sasuke akui ia tidak bisa memasak, mencuci pakaian hingga bersih, atau mengganti sprei ranjangnya sendiri. Ia benar-benar tidak dapat mandiri. Jadi selama istrinya menghilang dia berubah menjadi sosok yang tidak rapih.
"Sssttt..." Hinata mendesis saat kesadarannya mulai muncul. Hal pertama yang ia rasakan adalah sakit di seluruh persendiannya. Kakinya terasa pegal, dan tangannya terasa ingin patah. Memang terdengar manja, tapi itulah yang Hinata rasanya.
Tak lama, perutnya serasa bergejolak. Ia langsung melepaskan pelukan yang melilit pinggangnya dan berlari menjauh.
"Huekkk..."
"Ugh." Hinata bertumpu pada sebatang pohon. Perutnya mual, dan baru saja dirinya muntah darah. Kepalanya terasa pusing.
Tubuhnya juga terasa sakit, namun dirinya merasakan seseorang tengah memeluknya dari belakang.
"Sasuke-san," lirih Hinata saat indra penciumannya mencium wangi aroma sang suami, apple mint.
"Okaeri..." Lirihnya tepat di telinga kanan Hinata. Membuat sang pemilik telinga terkejut lalu membalas dengan nada pelan.
"Hmm, tadaima, Sasuke-san."
"Hn, seharusnya kau dulu yang mengucapkan 'tadaima'." Sasuke berucap dengan suara serak karena tenggorokannya terasa kering.
Hinata tidak menjawab. Dirinya malah melepaskan pelukan Sasuke dan berbalik menatap mata sang suami. Tangan kirinya menyibak rambut sang suami yang menutupi dojutsu rinnegan tunggalnya. Lalu dengan perlahan telapak tangannya turun, menelusuri pipi sang suami yang berakhir di rahang tegasnya.
"Arigatou gozaimasu." Ucap Hinata lalu mengecup pipi sang suami pelan. Meninggalkan semburat kemerahan karena suaminya merasa malu dan terkejut.
Mereka berdua berangsur duduk.
Hinata terkekeh, lalu memeluk leher Sasuke dan menyenderkan kepalanya di bahu sang suami.
"Kini aku tahu, kalau aku telah mencintai sosok Uchiha Hinata yang penuh kejutan dan misterius." Sasuke berucap sambil memeluk pinggang Hinata erat. Mengabaikan Naruto atau Sai yang mungkin meliriknya dan Hinata.
Sementara tubuh Hinata menegang. Dirinya terkejut dengan pernyataan suaminya hingga tak sadar mencengkram kerah jubah sang suami.
"Kenapa, hmm? Kau takut dengan ucapan ku?" Sasuke bertanya dengan nada datar. Tangan kanannya telah berpindah kegiatan menjadi mengusap rambut Hinata.
Sementara Hinata menggeleng kecil. Tidak setuju dengan ucapan suaminya.
"Jujur, aku juga menyukaimu. Tapi maaf, perasaanku belum sepenuhnya cinta. Tapi aku berjanji, seorang Uchiha Hinata akan tetap menjadi Uchiha hingga usianya habis."
Sasuke tersenyum, lalu menundukkan kepala hingga dahinya menyentuh dahi sang istri. Hinata sendiri mendongak, menatap netra berbeda milik suaminya.
' Chup '
Sasuke mengecup bibir Hinata lama. Hingga membuat istrinya tersebut terkejut dengan wajah memerah.
"Kenapa malu, seharusnya kita sudah melakukan lebih dari ini."
Baiklah, sekarang Hinata memilih menunduk daripada harus bertatap muka dengan wajah sang suami yang menurutnya mesum.
"Sasuke-san no baka." Umpat Hinata dalam hati.
TBC
Maaf kalau jelek
Kritik dan saran dibutuhkan
Komen yang banyak supaya cepat update
Meskipun saya sudah bilang akan slow update bulan February. Tapi saya gatel waktu pegang laptop terus masuk ke account Wattpad.
Meski bukan laptop milik sendiri 😅
NB:
Komentar tembus 1k lebih baru saya akan ketik part baru. Inget ya, "KETIK" part baru bukan update.
K
omentar semua chapter lho ya. Bukan cuma chapter ini. Pokoknya komentar 23 part harus tembus 1k.
Author say goodbye 👋
YOU ARE READING
Red String [End]
FanfictionWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...
Part 22: Finally
Start from the beginning
![Red String [End]](https://img.wattpad.com/cover/195722217-64-k82083.jpg)