"Naruto, Sasuke-san, apa kita perlu pertarungan untuk meminta jawaban darinya?" Sai bertanya setelah matanya melirik ke arah Sasuke yang sedang mengontrol emosi dengan mengatur napas.
"Gunakan cara lain."
"Kau, katakan dimana Chouji?!" Naruto berteriak bertanya kepada Suiko yang malah berdiri di atas pohon sambil menyenderkan bahunya, menatap Naruto dengan pandangan menantang.
"Dia sudah aku suruh pergi. Kalian terlambat beberapa menit. Aku sudah mengetahui keberadaan kalian sebelum mode Sennin mu mendeteksi cakra Chouji. Aku memang menggunakannya untuk memancing kalian supaya datang kesini. Dan, tadaa~ berhasil bukan?" Suiko menjawab diakhiri nada riang gembira. Membuat Naruto sweatdrop dibuatnya.
Bagaimana bisa dia masih bisa bercanda saat tau sedang menghadapi tiga musuh yang terkenal kuat. Hey, mereka bertiga adalah Jounnin elit Konoha yang lolos tanpa cacat saat perang Dunia Ninja Keempat. Bagaimana mungkin mereka diremehkan?
"Istrimu merindukanmu eh, Uchiha." Suiko berucap dengan nada mengejek. Dia ingin tahu apa reaksi Uchiha tunggal ini.
"Katakan!" Jawaban Sasuke terdengar menuntut. Emosinya telah meluap-luap. Bahkan Mangekyo Sharingan miliknya telah aktif. Menandakan jika sang pemilik mata tengah menahan amarah.
"Umm, dimana Ryuugan menyembunyikannya ya? Aku lupa." Suiko menjawab sambil bergaya seolah dirinya tidak tahu sama sekali. Dan hal itu cukup membuat Naruto mendapatkan alasan untuk menyerangnya saat ini.
"Suiko-san, kami bertanya baik-baik padamu. Tolong kerja samanya." Sai mulai mengeluarkan suara saat dirasa Sasuke dan Naruto tidak kunjung menggertak kalimat Suiko.
"Aku ingin bertanya. Apakah kalian saat ini pergi bersama keluarga Chouji? Atau bersama keluarga Aburame? Atau ayah Hinata datang kesini? Tidak kan! Mereka bertiga dibuang, tidak diinginkan, Konoha hanya mementingkan keinginan desa. Konoha adalah sekumpulan orang-orang egois yang tidak memikirkan masalah warganya!! Mereka memandang dari satu sisi dan mengabaikan sisi yang lainnya. Kami benci orang-orang seperti mereka." Suiko berteriak, memaki mereka bertiga dengan kalimat-kalimat nyata.
Mereka bertiga terdiam. Seolah tidak memiliki tenaga untuk membalas kalimat Suiko. Yang dikatakannya memang benar. Hiashi-sama tidak pernah sekalipun menyinggung pasal penculikan putri sulungnya. Yang dia takutkan hanyalah bagaimana jika byakugan Hinata sampai diambil.
Klan Akimichi juga sama. Bahkan Chouza hanya sedikit khawatir. Dia mengatakan jika putranya pasti baik-baik saja. Jadi, tidak perlu dilakukan pengejaran setelah penyerangan kemarin. Cukup atasi masalah Desa Konoha saja. Karena penyerangan kemarin membuat banyak kerusakan yang cukup serius.
Mungkin hanya Klan Aburame yang peduli. Pasalnya Shino adalah pewaris klan yang dinilai layak. Selain itu, Klan Aburame juga keberatan jika harus kehilangan salah satu anggota Klan yang berbakat seperti Shino. Namun karena dua klan bangsawan lainnya tidak setuju bila diadakan pengejaran, alhasil Klan Aburame kalah suara. Apalagi ditambah perintah dari tetua yang mengatakan mereka harus fokus pada kerusakan Desa Konoha terlebih dahulu.
"Aku." Sasuke angkat bicara. Dia menggantungkan kalimatnya, membuat Sai dan Naruto menoleh ke arahnya dengan tatapan bertanya.
"Aku kesini untuk istriku!! Aku kesini untuk Uchiha Hinata dan bukan Hyuuga Hinata!" Sasuke berteriak, kemudian melesat ke arah Suiko dengan Kusanagi yang telah dialiri elemen petir.
' Tranggg '
"Sejak kapan Teme berani mengambil keputusan mendadak seperti ini?" Naruto berucap dengan heran. Sasuke itu orangnya tertata dalam hal strategi. Namun kini dia malah maju sendiri tanpa koordinasi dengan rekan timnya.
"Sejak barusan, Naruto."
Naruto merasa jijik dengan ekspresi wajah Sai yang menjengkelkan. Akhirnya dia memutuskan melihat pertarungan Sasuke dan Sai yang masih bertahan menggunakan kenjutsu, ilmu pedang. Tanpa mengeluarkan jutsu lainnya.
' Tranggg '
' Tranggg '
"Sialan, Katon! Gokakyu no Jutsu!" Sasuke meniupkan kobaran api tepat di depan wajah Suiko.
"Doton! Doryuuheki." Suiko membuat perisai dari tanah. Menghalau semburan api milik Uchiha Sasuke hingga dinding tanahnya terbakar.
"Wow, api milik Klan Uchiha memang terkenal panas. Bagaimana jika aku harus berhadapan dengan api hitam abadi milikmu? Pasti jutsu milikku dengan mudah kau patahkan.
Tak heran Hiashi-sama memilih Uchiha tunggal sepertimu untuk menjadi menantunya. Kau pantas bersanding dengan gadis Uchi-Hyuu yang hebat itu. Cukup, aku pergi dulu." Suiko mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum sinis. Dia lalu menghilang dibalik kepulan asap. Menyisakan Uchiha Sasuke yang terdiam sambil mengatur napas yang tersengal.
"Sasuke, kau tak apa?" Naruto bertanya pada Sasuke sesaat setelah melihat Suiko menghilang dari balik kepulan asap. Bahkan, dia tidak dapat mendeteksi cakranya. Seolah hilang begitu saja.
"Aku baik." Sasuke menjawab singkat kemudian berjalan pelan menuju batang pohon. Menyenderkan punggungnya kemudian memejamkan mata. Membiarkan Naruto dan Sai terdiam dan hanya melihatnya.
"Sepertinya, kita akan melanjutkan perjalanan ini besok. Terlalu banyak hal yang baru kita ketahui." Naruto memberi saran. Melihat Sasuke yang terdiam sehabis bertarung dengan Suiko membuatnya bertanya-tanya. Apa yang mereka katakan saat beradu pedang tadi?
Lagipula, cakra Sai juga belum kembali sepenuhnya. Jadi dia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Sekedar memulihkan tenaga mungkin.
"Naruto, Hinata--"
"Sttt, dia pasti baik-baik saja. Shitenshounin tidak akan menyakitinya. Bukankah aku sudah bilang." Naruto berusaha meyakinkan perasaan khawatir Sasuke.
Sementara Sasuke terdiam. Benar yang dikatakan Naruto, Hinata adalah gadis hebat. Dia menahan kekuatannya karena rasa kasihan pada musuhnya. Ia suka mengalah. Ah, bukan, lebih tepatnya lebih baik mengalah.
Dia biarkan Neji mengalahkannya. Dia dengan suka rela menyerahkan jabatan ketua Klan Hyuuga kepada adiknya. Dia mengalah pada Sakura tentang Naruto. Dia biarkan sang ayah dan kakek mencacinya. Dia biarkan seluruh tatapan kasihan mengarah padanya. Karena sesungguhnya, dia hanya merasa kasihan.
Karena, mengalah adalah bagian dari hidupnya. Bagian dari perasaannya.
TBC
Maaf kalau jelek
Kritik dan saran dibutuhkan
Komen yang banyak supaya cepat update
Yuhuuu~ Author yang tingginya 200 cm come back 🤣.
Ada yang kangen?
Kangen Sasuke?
Hinata?
Atau Sasuhina?
Disini ada yang pernah main flaying fox di tiang PLN?
Kalau pernah, jawab di kolom komentar ya. Please, saya butuh keterangan.
Author saying goodbye 👋
YOU ARE READING
Red String [End]
FanfictionWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...
Part 19: Another True
Start from the beginning
![Red String [End]](https://img.wattpad.com/cover/195722217-64-k82083.jpg)