"Selesai, juga."

"Mana berkasnya? Kau sudah menyelesaikannya bukan?" Tanya Caitly yang sudah datang, meminta tumpukan berkas yang sudah di kerjakan oleh Alice. Dia segera mengambilnya tanpa mengucapkan terima kasih pada Alice.

Alice mendengus melihatnya, memang Caitly tidak tahu malu. Meminta bantuannya tanpa mengucapkan tolong atau punt erima kasih padanya, ia memang angkuh dan sombong. Dia memilih untuk tidak mempermasalahkannya, karena saat ini dia ingin makan bersama Rebecca. Dia melihat sekeliling, tidak menemukan keberadaan Rebecca. Apa ia meninggalkannya karena terlalu lama?

"Alice, apa kau bisa menggantikan ku? Aku akan ke luar sebentar untuk suatu masalah, apa kau mau menggantikanku untuk menemui Tuan Geofrey?" Seorang laki-laki datang menghampiri Alice yang akan pergi ke kantin untuk makan siang. Dia adalah salah satu karyawan di sini, namanya Tris. Ia bersikap baik pada Alice, jadi tentu saja Alice tidak bisa menolak permintaannya.

Alice melihat Tris yang memiliki wajah yang sangat pucat. Apa masalahnya sangat serius? Sehingga membuatnya cemas. Dia tidak bisa menahan untuk tidak bertanya,"Apa kau sakit? Lihat wajahmu sangat pucat."

"O-Oh ya, aku memang sedang tidak enak badan."

"Kau harus periksa ke dokter," Alice menyarankan.

Tris mengangguk pelan dan menyerahkan dokumennya,"Ya, aku akan. Jadi bisakah kau membantuku?"

Alice mengangguk dan menerima dokumen itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Tris terburu-buru keluar dari perusahaan. Dia hanya diam saat melihatnya yang berlari, terlihat seperti sedang terburu-buru. Mungkin ia akan menemui dokter untuk memeriksa. Tapi tetap saja aneh di saat ia sakit tetapi ia bisa berlari dengan cepat. Dia sendiri saja jika sedang sakit tidak akan memikirkan untuk berlari, yang dipikirkannya untuk segera berbaring di atas kasurnya.

"Ada apa dengannya?" Alice bertanya denga heran dab menatap dokumen yang tadi di berikan olehnya, apa dia harus memberikan ini pada Tuan Geofrey? Dia saja tidak tahu orangnya seperti apa, karena selama dia bekerja di sini dia tidak pernah bertemu.

Lalu mengingat ucapan Rebecca kala itu, membuat tubuhnya merinding. Apakah Tuan Geofrey memang semenakutkan itu? Sehingga membuatnya penasaran dengan tampangnya yang katanya sangat tampan, lalu bagaimana jika ia tampan? Tetapi ia berhati kejam kepada karyawannya!

Alice melupakan pikirannya itu, dia menyiapkan mentalnya dan segera menuju ruangannya. Dia sudah tahu seluruh ruangan yang ada di perusahaan ini, mana yang boleh di masuki dan mana yang tidak boleh. Perusahaan ini memiliki total 30 lantai dan dari lantai 20 ke atas, tidak boleh di masuki oleh karyawan biasa. Hanya para petinggi di perusahaan yang bisa memasukinya terutama sang CEO sekaligus pemilik perusahaan ini. Jika tidak ada izin dari CEO mereka tidak bisa memasukinya, tapi jika untuk mengirimkan dokumen karyawan biasa bisa masuk. Dan dia akan menuju lantai 28, dimana ruangan CEO berada.

Dia terdiam saat melihat pintu di ruangan itu, tidak ada yang menjaganya. Lalu tanpa membuang waktu dia segera mengetuk pintunya, meminta izin untuk masuk ke dalam.

"Masuk." Alice sedikit merinding mendengar suara berat dengan nada dingin yang berasal dari dalam. Dia harus bertemu dengan pemilik perusahaan ini, karena ini memang tujuannya datang ke sini. Dan dia harus menemukan rahasia dari perusahaan ini, untuk menjatuhkannya.

Dia segera membuka pintunya, saat dia telah membukanya tiba-tiba vas bunga terlempar ke arahnya. Membuatnya sangat terkejut sehingga tanpa sadar menjatuhkan dokumen yang di pegangnya dan melihat pecahan vas bunga yang dekat dengan kakinya. Untungnya tidak mengenai dirinya, jika tidak mungkin dia yang akan terluka.

Albert terkejut melihat orang yang dia lempar dengan vas bunga bukanlah Tris, karyawannya. Lebih tepatnya penghianat, di perusahaannya. Dia menatap tidak percaya pada Alice yang tampak masih terkejut karena ulahnya. Selama ini dia telah mencarinya, tetapi kini dia berada di sini, di depannya. Dengan keadaan baik-baik saja.

"Alice." Suara yang tak asing membuat Alice membeku, jelas dia mengenal suara ini. Dia juga tidak berpamitan padanya saat pergi. Dan semenjak dia datang ke sini, dia tidak pernah berhubungan lagi dengannya atau sekedar menghubunginya.

Alice melihat orang yang telah memanggil namanya dan benar ia adalah Albert. Entah kenapa dia sangat menyesal pernah bertemu dengannya dan mengenalnya, karena dia akhirnya menyadari bahwa Albert adalah musuh kakaknya dan juga  keluarganya. Keberadaannya di sini juga untuk menjalankan misinya, tetapi tidak tahu apakah dia bisa melanjutkannya atau tidak.

Albert bergegas dan memeluk Alice dengan sangat erat, dia merasakan tubuh Alice yang membeku dan menatapnya kosong. Alice jelas tidak membalas pelukannya, itu membuatnya sedih. Tapi tidak apa, karena dia bisa memeluknya lebih dulu.

"Kau kemana saja, aku mencari mu."

Alice diam, tidak membalas pelukannya. Dia tidak tahu harus berkata apa padanya, dia tidak mungkin memberi tahu padanya bahwa dia adalah adik dari Steven. Dan dia sedang menyusup di perusahaannya, untuk mencari rahasia di perusahaannya itu. Dia tidak pernah berpikir bahwa Albert juga memiliki perusahaan di berbagai negara. Dia tidak menyadarinya sedari awal.

Kalau begini apakah dia bisa melanjutkannya? Atau dia menolak misi dari Steven? Meskipun kakaknya memang tidak memaksanya, dia harus melakukannya karena ini terkait dengan perusahaan kakaknya. Keduanya jelas saling bersaing dan menjatuhkan, dia tidak ingin perusahaan kakaknya jatuh begitu saja. Apalagi jika Albert yang melakukannya. Bisakah dia membencinya?

Dia ingin sekali kabur dan kembali ke indonesia sehingga dia bisa menjalankan kehidupannya yang biasa saja. Tanpa ada kematian ataupun musuh. Tapi itu tidak mungkin, karena kakaknya tidak akan membiarkannya pergi lagi kesana.

Albert melepaskan pelukannya pada Alice, dia menatap khawatir padanya karena ia terus diam."Apa kau terkejut karena ulahku tadi? Aku minta maaf padamu, aku kira dia penghianat itu. Tanpa melihat siapa yang datang, aku minta maaf." Dia berucap dengan tulus dan penyesalan karena hampir melukai Alice dan membuatnya terkejut dengan apa yang dilakukannya.

Alice tersadar dan memandangnya dengan bingung,"Penghianat?"

Albert mengangguk,"Dia membuat kerugian pada perusahaan dan dia juga penyusup di sini. Mungkin dia mata-mata yang di kirim oleh musuh ku."

Deg

Alice terdiam mendengarnya, dia juga salah satu orang yang di kirim musuhnya itu, Steven. Dia pikir hanya dia yang ada di sini karena katanya orang-orang suruhan kakaknya telah tertangkap dan mungkin terbunuh, tidak mengira jika Tris juga orang suruhan kakaknya. Dia mungkin juga yang akan membuat kerugian seperti yang Tris lakukan.

"Alice, kenapa kau ada di sini?"

Alice melihat Albert yang ada di depannya, menatapnya dengan lembut dan khawatir. Dia jelas bisa melihat matanya tanpa ada kecurigaan terhadapnya yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia tidak curiga? Dia sedikit merasa sakit dihatinya saat melihat mata lembut itu yang menatapnya. Albert seharusnya tidak pernah bertemu dengannya, karena suatu saat dia akan menghianatinya. Suatu saat, entah kapan hari itu akan terjadi.

Dia terdiam untuk memikirkan jawaban apa yang harus dia katakan? Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, karena sekarang dia akan menganggap Albert sebagai musuhnya juga.

"Apa kau karyawan baru itu?"

"Ya, aku salah satu karyawan baru itu." Alice berucap dengan cepat untuk menghilangkan kegugupannya, entah kenapa dia merasa gugup saat di tatapnya. Dia ingat bahwa ada beberapa orang lagi yang menjadi karyawan baru, bukan hanya dirinya saja.

"Alice kenapa kau bisa ada di sini dan bekerja di perusahaanku?"

°•°•°•°•°•

Jangan lupa tinggalkan jejak!!!

See you in the next chapter...

My Bastard CEO [S1 Geofrey] REVISIWhere stories live. Discover now