12 : Citra - Sial

2.2K 234 6
                                    

Citra's PoV

"An, kok lo disini? Kirain udah pulang."
Aku menghampiri Anna yang masih berada di lobby kantor.

"Nunggu Kineta jemput," jawabnya tanpa melihat padaku. Ia sedang fokus pada ponselnya.

"Oh. Tumben lo mau sama Kineta?"

"Hm."

"Sejak kapan?" Aku penasaran karena heran Anna mau pergi dengan Kineta. Biasanya kan dia selalu menghindar.

"Apanya?" Dia baru menoleh padaku.

"Lo sama Kineta."

Anna tertawa kecil. "Kepo ih. Udah ah, dia udah di depan. Bye." Anna berjalan  meninggalkanku menuju pintu keluar. Aku menyusulnya.

"Hai Kin," sapaku pada Kineta yang sedang memberikan helm kepada Anna. Sangat terlihat Kineta tersenyum bahagia. Pastilah. Sudah sejak lama dia mengejar Anna dan tidak pernah digubris. Baru kali ini aku melihat Anna memberi respon pada Kineta.

"Hai, Cit. Long time no see," sahutnya.

"Jemput Anna?"

"Heeh. Hehe..."

"Pake jaket gue, An. Nih." Aku melepas jaket yang kupakai dan memberikannya pada Anna yang sudah naik ke atas motor.

"Ga usahlah deket ini."

"Iya tapi mau ujan."

"Pake jaketku aja." Kineta turut melepaskan jaket dan memberikan pada Anna.

Ah, aku lupa. Masa aku perhatian pada cewek yang dia incar sejak lama? Kineta pasti tidak mau kalah.

"Ga perlu Kin. Kan kamu nyetir, aku sih di belakang aman."

Aku-kamu? Wow! Kemajuan bagi mereka. Anna sudah tidak ketus lagi terhadap Kineta. Tapi sejak kapan ya? Aku tidak menyadari kalau mereka menjadi dekat.

"Cit, kita duluan ya." Kineta pamit padaku. Akhirnya Anna mau memakai jaket Kineta.
Aku mengangguk. Tatapanku mengikuti mereka berdua hingga mereka hilang dari pandangan.

* * *

"An, pulang yuk. Gue anter." Aku menawarkan diri untuk mengantar Anna yang masih serius bekerja padahal ini sudah lewat jam pulang.

"Lo duluan aja. Gue lagi nunggu Kineta."

"Lo lagi kasih kesempatan buat dia?"

"Mungkin."

"Kenapa?"

"Apanya kenapa?"

"Ya selama ini kan lo ga suka sama dia, lo juga sering bilang terganggu sama sikap dia. Kenapa baru sekarang lo kasih kesempatan?"

Anna menghentikan kegiatannya. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi lalu menatapku. "Pertama, gue pikir sikap gue selama ini salah. Ga seharusnya gue memperlakukan dia dengan kasar. Udah waktunya gue menebus kesalahan gue sama dia. Kedua, mungkin karena gue juga berpikir lebih baik bersama seseorang yang sayang sama kita dan mau berjuang untuk kita," jelasnya panjang lebar.

"Lo ga jadiin dia pelarian karena gue nolak lo kan?"

"Ngga."

"Kalo gitu, perasaan lo ke gue ga serius?"

"Emang lo mau serius sama gue? Apa hati lo udah rela lepas dari bayang-bayang Diana?"

Aku diam mendengar pertanyaan yang diberikan Anna. Kenapa aku harus bertanya seperti tadi?
Aku hanya merasa heran. Belum lama ini Anna menyatakan perasaannya padaku, tapi belum sampai satu bulan dia sudah berniat memberikan kesempatan pada Kineta.

"Apa lo udah siap menjalin relasi yang baru? Atau lo masih mau bertahan sendiri dalam rasa sakit lo itu?" Anna bertanya lebih lanjut.

Aku masih mencerna pertanyaannya.

"Gue yakin dan serius sama perasaan gue terhadap lo, Cit. Tapi kalo lo sendiri ga yakin dan lo juga ga kasih gue kesempatan, gue ga mau ambil resiko. Jadi sebaiknya gue berhenti mumpung gue belum terlalu dalam sayang sama lo."
Anna meninggalkanku setelah berkata seperti itu.

Sial! Balasan telak. Pertanyaannya membuatku harus berpikir keras. Jawabannya tadi juga sedikit melukai hatiku.

Hampir satu bulan ini aku merasakan adanya perubahan dari Anna. Dia tidak secerewet biasanya. Dia sering menolakku jika aku mengajaknya pergi makan atau saat aku ingin mengantarnya pulang. Kalaupun sesekali kami pergi, dia juga tidak lagi bersikap manja padaku.

Kami masih mengobrol seperti biasa. Tapi kalau diingat-ingat, intensitasnya sudah berkurang. Apa mungkin ia ingin menjaga jarak dariku?

Kuakui, perlahan aku mulai merasa kehilangan dirinya. Dan aku merindukan sosok Anna yang sebelumnya.

Anna yang dulu sering mencuri pandang padaku. Anna yang dulu sering manja kepadaku. Anna yang dulu sering mencariku saat ia membutuhkan bantuanku.

Anna yang membuatku merasa nyaman berada di dekatnya. Anna yang dapat menenangkanku ketika aku gelisah karena Diana.

Oh ya, mengenai hal itu, aku pernah menginap lagi di tempat Anna saat listrik dan air di rumahku mati selama tiga hari gara-gara banjir.

Di malam pertama aku menginap, lagi dan lagi aku masih memimpikan Diana.
Aku terbangun karena kaget. Keringat bercucuran dan nafasku terengah. Anna pun terbangun karena terganggu oleh gerakanku yang tiba-tiba. Saat itu Anna langsung memelukku karena dia pasti sudah mengetahui apa alasan aku terbangun. Setelahnya, aku tertidur kembali dan baru bangun di pagi hari.

Malam kedua, (katanya) aku tertidur pulas. Saat bangun di pagi hari, aku mencoba mengingat apakah semalam bermimpi buruk atau tidak. Setelah kuingat, sepertinya memang aku tidak bermimpi. Waktu itu Anna mengatakan bahwa aku tidur dengan memeluknya sepanjang malam. Dia bilang dia yang menjadi tidak bisa tidur karena perbuatanku.

Malam ketiga, aku tertidur pulas lagi. Dan ya, pagi hari kucoba mengingat lagi, rasanya aku tidak bermimpi. Anna tidak tau apakah aku memeluknya saat tidur atau tidak, karena ia tertidur pulas gara-gara malam sebelumnya tidak bisa tidur. Tapi yang aku tau, aku terbangun dengan posisi tangan yang berada di perut Anna serta wajahku yang dekat dengan wajahnya. Aku merasakan ketenangan ketika aku bangun dan mengetahui ia ada di dekatku.

Di malam itulah pertama kalinya aku benar-benar tidak memimpikan Diana, setelah satu tahun lebih. Bisa jadi karena ada Anna di sampingku. Aku tidak tau dan tidak bisa memastikannya.

Haruskah aku memastikannya? Haruskah aku memastikan perasaanku?

Mengapa aku tiba-tiba merasa kesal karena dengan tiba-tiba pula muncul bayangan jika Anna dan Kineta akan bersama?

Jika mereka bersama, maka Anna akan bersikap manja pada Kineta, bukan padaku.
Jika mereka bersama, maka alasan Anna tertawa ialah karena Kineta, bukan karenaku.
Jika mereka bersama, maka Kineta yang akan memeluk Anna saat tidur, bukan aku.

Rasanya...tidak rela. Siaalll!!!

Aku tersadar dari lamunanku dan langsung mencari Anna. Kulihat komputernya masih menyala dan tasnya masih berada di kursi.
Jika tidak sedang berada di toilet paling-paling Anna ada di rooftop karena akhir-akhir ini aku sering melihatnya ke rooftop.

Setelah yakin Anna tidak berada di toilet kantor, aku segera menuju tangga ke rooftop. Hari sudah hampir gelap dan ia masih betah di sana? Gadis bodoh!

Dari bawah aku melihat pintu rooftop terbuka. Aku menaiki tangga satu persatu hingga sampai di atas. Kutengok tempat dimana Anna biasanya bersandar di tembok pembatas.

Sh*t!

Aku melihat Anna mendekatkan wajahnya pada Kineta dan... menciumnya.

Sial! Sial! Sial!

To be continue

Published : 20 Januari 2020

Mengejar HadirmuWhere stories live. Discover now