16 : Sherianne - Official

2.5K 230 38
                                    

"Aku temenin kamu ya, An? Kalo kamu keberatan, aku sama Sherin bisa tidur di kamar sebelah. Aku khawatir sama kamu kalo kamu ditinggal sendiri. Setidaknya untuk malam ini aja kita temenin."

Sherin’s PoV

Eh? Kenapa aku dibawa-bawa? Memang sih aku juga khawatir pada kondisi Anna saat ini. Tapi aku tidak harus menginap disini dan sekamar dengan Kineta kan?

Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya aku bertemu dan mengobrol lagi dengan Kineta sejak ia memutuskan untuk menuruti permintaanku agar kami tidak berteman. Ternyata kami bisa bersikap biasa saja. Mungkin karena ada kejadian Anna ini, kami jadi fokus pada Anna sehingga tidak memikirkan kecanggungan antara kami berdua.

“Sher, ada yang mau aku mau omongin,” kata Kineta setelah Anna masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

“Soal apa Kin?”

“Di balkon kamar aja ya ngobrolnya?”

Aku mengangguk lalu mengikutinya ke kamar. Ini serius aku sekamar dengan Kineta di apartemen Anna? Atau sebaiknya aku pulang saja ya? Biar Kineta yang menemani Anna malam ini. Lagipula kalau ada perlu denganku, tinggal mendatangi unitku yang hanya selisih beberapa pintu saja.

“Sini Sher…” suara Kineta menginterupsiku yang sedang berpikir. Aku berdiri di sampingnya yang sedang bersandar pada tembok balkon.

“Mau ngomong apa Kin?” tanyaku sambil menatap wajahnya. Wajah yang satu bulan ini selalu kurindukan. Wajah yang satu bulan ini tidak kulihat lagi. Yes, I miss her.

“Aku kangen kamu, Sher,” ucapnya ringan.

“Ha?” Aku sedikit terkejut dengan pernyataannya barusan. Aku tidak salah dengar kan?

“Aku kangen,” ulangnya. “Satu bulan ini aku selalu kepikiran kamu.”

Aku diam mendengarkannya.

“Sorry kalau waktunya ga tepat dan aku ngomong dalam kondisi seperti sekarang dimana Anna lagi punya masalah.” Raut wajahnya serius.

“Sher, kamu pasti tau kalo setiap kita lagi bareng, aku beberapa kali bahas Anna, karena aku memang memikirkannya pada saat itu.”

Aku mengangguk membenarkan omongannya.

“Tapi, satu bulan ini selama aku jauh dari kamu, percaya atau ngga, kamu yang selalu kupikirkan sekalipun aku sedang bersama Anna. Setiap waktu aku mikirin kamu, Sher.”

It surprised me. Jadi, kami sama-sama saling merindukan? Maksudku, dia juga merindukanku?

“Aneh ya? Padahal yang selama ini kukejar adalah Anna. Tapi saat hubunganku dengan Anna ada kemajuan, aku malah ga merasa excited. Aku malah merasa kehilangan kamu, Sher."

Aku masih diam karena selain tidak tahu harus menjawab apa, aku juga ingin mendengar pernyataan Kineta.

“Di situ aku tau kalo yang aku mau itu kamu.”

Setelah itu Kineta diam, menungguku untuk menjawabnya.

"Apa mungkin itu karena kamu merasa kehilangan aku sebagai teman, Kin? Atau karena akhir-akhir ini kita juga lagi renggang."

“Ngga, Sher,” jawabnya tegas. “Beberapa hari lalu, ada momen dimana Anna hampir kiss aku. Tapi aku menghindar. Itu karena lagi-lagi aku mikirin kamu. Aku takut kalo kamu sampai tau.”

“Kenapa kalo aku tau?”

“Karena aku ga mau kamu kecewa. Aku takut kalo kamu sedih atau bahkan cemburu. Iya aku tau hubungan kita sekarang memang belum ada kejelasan status. Tapi aku pengen jaga perasaan kamu, Sher.” Kineta melangkah mendekatiku.

“Lagipula, Anna suka sama orang lain. Kami berdua ga ada kesempatan.”

Dahiku mengernyit. Jadi, aku adalah… cadangan?

Kineta meraih tanganku dan menggenggamnya. “Tapi kamu jangan berpikir kalo kamu itu cadangan. Sedikitpun aku ga pernah berpikir begitu.” Dia menjelaskan jawaban dari pertanyaanku yang tak terucap.

“Kamu prioritas aku, Sher. Ga tau sejak kapan, tapi aku memikirkan kamu lebih dulu daripada Anna. Perasaanku ke Anna saat ini pure hanya sebagai sahabat, sebagai teman yang udah lama kenal. Soal Anna, nanti aku bakal cerita semuanya sama kamu. Aku ga mau nantinya kamu salah paham.”

Aku menatap kedua matanya untuk mencari kesungguhan dari apa yang disampaikannya sejak tadi.

“Mungkin sulit bagi kamu untuk percaya, tapi kalo kamu bersedia, kasih aku waktu dan kesempatan untuk buktikan kalo aku ga mempermainkan kamu. Kamu bukan pelarian, pelampiasan, atau apapun itu. Aku serius, Sher.”

Dia semakin mengikis jarak di antara kami. Aku senang sekaligus gugup.

“Aku ga mau kehilangan seseorang yang sayang sama aku karena aku terus-terusan mengejar seseorang yang aku suka. Aku ingin kamu yang hadir di keseharianku, Sher. Aku butuh kehadiran kamu. Satu bulan ini aku gelisah ga jelas karena kangen kamu tapi ga berani nemuin. Takut kamu usir. Takut kamu menolakku. Takut kamu sedih dan nangis karena aku.”

Satu tangannya menyentuh pipiku. “Aku sayang kamu, Sherin,” ucapnya sambil tersenyum dan menatapku dalam. Aku dapat melihat keseriusan dan ketulusan dari pancaran matanya.

Well, Sher… Would you be mine? Be my girlfriend, please.” Ekspresinya kini terlihat cemas. Entah apa yang dia cemaskan padahal dia tau aku menyukai juga menyayanginya.

Aku mengangguk, tentu saja aku mau. Kineta menghela nafas lega lalu memelukku. Sedari tadi mataku menahan air mata. Aku terharu dengan ungkapan perasan Kineta padaku. Aku juga tidak menyangka bahwa pada akhirnya, ia memilihku. Satu bulan ini akupun tidak bisa fokus, karena aku selalu memikirkan gadis ini, yang sekarang jadi pacarku.

Thank you, Kin.”

No, aku yang makasih. Akhirnya aku menyadari kalo kamu itu spesial buatku.” Ia melepaskan pelukannya dan menatapku. Ditatap begini aku jadi gugup. Yaa…kan kami sekarang sudah beda status. Masih canggung.

“Kamu kenapa jadi gemetaran? Dingin ya?”

“Umm…iya.” Aku mengangguk saja. Mana mungkin aku mengakui kalau aku nerveous karena berada sedekat ini dengannya? Apalagi karena ia telah menyatakan perasaannya. Lebih baik mencari alasan untuk menutupi rasa gugupku.

Kineta berpindah ke belakangku dan memelukku dari belakang.

Aduh! Perbuatannya ini malah membuat jantungku berdetak semakin kencang. Boro-boro kedinginan, yang ada pipiku terasa panas, tubuhku juga lemas.

“Kalo lagi dingin gini, enaknya diselimuti kekayaan ya, Sher?” suara tawa Kineta terdengar sangat dekat di telingaku.

Akupun tertawa karena omongannya. Kadang dia memang konyol. Tapi hal itulah yang kusuka darinya.

Aku berbalik menghadapnya. “Aku sayang kamu, Kin.” Fair kan? Aku juga perlu menyatakan perasaanku untuk menegaskan padanya bahwa aku menyayanginya.

Kulihat tawa bahagia dari wajahnya. Ia mengacak rambutku lalu mencium keningku.

Malam ini merupakan malam yang membahagiakan, tidak pernah terbayangkan sebelumnya olehku bahwa Kineta akan membalas perasaanku. Yeah, we’re official.

To be continue

Published : 23 Januari 2020

Mengejar HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang