15 : Complicated

2.3K 225 9
                                    

Author's PoV

Pintu lift apartemen baru akan tertutup jika sebuah tangan tidak menahannya. Kineta. Dia datang bersama dengan Anna yang memeluk erat Kineta.

Kineta sedikit kaget melihat ada Sherin di dalam lift itu. Dia menyapa dengan canggung. "Hai, Sher."

Pasalnya, ini pertama kalinya mereka bertemu lagi sejak Kineta memutuskan menuruti permintaan Sherin untuk tidak berteman.

Sherin tidak memikirkan hal itu. Ia lebih fokus pada Anna. Dahi Sherin mengernyit melihat kedatangan Kineta dan Anna yang menyembunyikan wajahnya di dada Kineta. "Anna kenapa?" Sherin bertanya khawatir karena menurut Sherin sepertinya Anna sedang tidak baik-baik saja.

"Panjang ceritanya. Kamu punya es batu atau kompresan ga, Sher? Kalau boleh aku mau minta."

"Ada sih. Untuk apa?"
Kineta mengisyaratkan menunjuk Anna dengan ekor matanya. Dalam hatinya Sherin bertanya-tanya ada apa dengan Anna.

"Boleh tolong anter ke tempat Anna, Sher? Sorry banget ngerepotin, tapi ini urgent," kata Kineta saat keluar dari lift. Ia memapah Anna menuju unitnya.

"Oke aku ambilin dulu, nanti aku kesana."

Setelah menyimpan tas, Sherin mencuci tangan lalu mengambil es batu serta handuk kecil. Ia menyempatkan diri membuat dua cangkir teh manis hangat untuk Anna dan Kineta. Setelah selesai Sherin segera menuju unit Anna.

Pintunya apartemen Anna terbuka, Kineta sengaja tidak menutupnya agar Sherin mudah masuk. Sherin tetap mengetuk pintu sebelum masuk.

"Masuk aja, Sher."

Anna sedang duduk di sofa. Ia menangis dan berusaha mengelap air matanya saat Sherin melihatnya. Sherin duduk di sofa kemudian menyimpan bawaannya di atas meja.

Dari jarak yang dekat, Sherin dapat melihat memar di pipi kiri Anna, di sudut bibirnya pun ada darah yang mengering. Sherin semakin penasaran dengan kondisi Anna.

"Sorry kamu liat aku dalam kondisi gini, Sher," ucap Anna.

"Ga pa-pa An. Do you need something?"

Anna menggeleng.

"Ini aku buatkan kamu teh manis hangat. Kalau mau minum pakai sendok kecil aja sedikit-sedikit, supaya pipi sama bibir kamu ga sakit."

Anna mengangguk.

"Thanks ya, Sher. Sorry ngerepotin."
Kineta menghampiri lalu mengambil handuk kecil yang kubawa dan membungkus 2 balok es batu.

"Ngga kok," jawab Sherin.

"Sini kompres dulu pipinya, An." Kineta menyibakkan rambut panjang Anna ke belakang telinga agar tidak menghalangi. Ia menempelkan handuk dingin itu ke pipi Anna dan Anna meringis.

"Siapa yang lakuin ini sama kamu, An?" refleks Sherin bertanya karena jelas terlihat cap lima jari pada pipi Anna.

"Citra." Kineta yang menjawabnya.

Sherin tidak mengira, karena menurutnya Anna dan Citra terlihat sangat akrab saat keduanya berkunjung ke Sense Cafe. Ada masalah apa diantara mereka yang membuat Citra tega berbuat kasar pada Anna?
Bukannya kepo, namun Sherin tidak tega melihat kondisi Anna seperti ini. Bagi Sherin, masalah apapun yang sedang mereka berdua alami, tidak membenarkan salah satu atau keduanya untuk berbuat kasar.

"Aku pesenin bubur ya buat kamu? Pipi sama bibir kamu pasti sakit kalo kamu buka mulut atau ngunyah. Jadi sebaiknya makan bubur aja," tawar Sherin pada Anna.

Anna menggeleng.

"An, we care about you. Kamu harus makan meskipun sedikit. Soal tadi, jangan kamu pikirin dulu." Kineta memberikan pengertian agar Anna mau menurut.

Mengejar HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang