10 : Anna - Ditolak

2.4K 235 5
                                    

Anna's PoV

Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta pada sosok Citra. Dia membuatku penasaran dan membuatku ingin lebih jauh mengenalnya. Diam dan dinginnya sangat membuatku penasaran.

Tidak pernah kualami rasa ini sebelumnya pada siapapun. Banyak makhluk indah ciptaan Tuhan dengan sosok wanita yang sangat cantik dan pernah menemani malamku, namun tidak ada yang mampu menarik perhatianku seperti pada Citra.

Citra tidak terlalu cantik, tapi aku menilai dia menarik. Dia sosok yang berkharisma. Apalagi saat dirinya menggunakan kacamata ditambah wajahnya yang selalu serius. Kedua hal tersebut memiliki ketertarikan tersendiri bagiku untuk terus menatapnya. Jatuh hati aku dibuatnya.

Citra terlihat keren saat menggunakan outfit feminim maupun tampil dengan style sedikit boyish.
Aku menyukainya dan rasa sukaku semakin besar semakin harinya.

Bodohnya, aku tidak berani mengatakannya. Ini juga salah satu hal yang tidak pernah terjadi di hidupku sebelumnya.

Saat aku menyukai seseorang, aku pasti dengan pede mendekatinya. Diterima atau tidak urusan belakangan. Ditolak pun tak masalah. Masih banyak perempuan kok, kenapa harus terpaku sama satu orang?

Tapi tidak pada Citra. Ada sesuatu yang membuatku ragu untuk mengatakan perasaanku. Mungkin, karena aku tau kalau ia masih menyayangi kekasihnya yang telah tiada. Secara teknis, dia masih pacar orang. Huufftt...

"An?" Terdengar suara seseorang yang dari tadi sedang kupikirkan. Aku membalikkan tubuh menghadapnya.

"Ngapain lo di rooftop? Udah sore begini kok belom pulang?" tanyanya sambil berjalan menghampiriku yang sedang bersandar di tembok pembatas.

"Menikmati sunset, mumpung cerah. Udah berapa hari kan hujan terus."

Citra berdiri di samping dengan menghadapku. "Yakin?"

"Apanya?"

"Cuma menikmati sunset?"

"Kenapa harus ga yakin?"

"Karena lo merokok. Gue jarang lihat lo merokok. Lagi ada masalah?"

Aku tertawa karena pertanyaannya. "Gue merokok bukan berarti sedang ada masalah. Itu karena lo ga lihat gue aja."

"Tapi saat ada masalah hampir dipastikan orang itu merokok."

"Sok tau lo, bocah."

"Jangan merokok ya? Rokok itu salah satu penyebab kanker. Ga baik untuk kesehatan." Nada bicaranya terdengar lembut di telingaku. Oh my God! Aku bisa melting jika ia berlaku lembut begini padaku.

"Cancer ga selalu disebabkan sama rokok."

"Hm. Terserah sih." Citra ikut menyandarkan tubuhnya pada tembok, menatap langit sore yang sebentar lagi akan menggelap.

"Ish... Lo niat ga sih ngasih tau gue untuk ga merokok?"

"Niat, makanya gue ngomong. Diturutin atau ngganya kan terserah lo."

Baiklah, aku mengalah. Kumatikan rokok yang sudah terbakar setengahnya.
Eh, tunggu. Permintaannya itu apakah karena ia peduli padaku? Bolehkah aku ge-er?

"Belom mau pulang?" tanyanya melihatku.

Aku menggeleng. Dia mengangguk pelan dan kembali menatap langit. Kami diam beberapa saat menikmati angin yang menerpa wajah.

"Cit?"

"Hm?"

"Masih suka mimpi buruk?"

Dia menoleh sebentar padaku lalu berpaling lagi pada langit senja.

Mengejar HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang