Part 25

49 2 0
                                    

Hampir setahun gue hidup bersama seorang cewek super bawel dan manja di samping kamar gue, mau ga mau membuat gue sangat memahami karakternya. Dia adalah tipe cewek yang kolokan, mau menang sendiri, ngotot, tapi di sisi lain dia adalah seorang yang cerdas, ramah dan sangat perhatian.

Suatu pagi di hari Sabtu, gue baru saja kembali dari kos-kosan teman gue, cowok, tentu saja. Semalam gue ditantang main PS, dengan taruhan bermacam-macam, mulai dari jongkok sampai menang, hingga ke minimarket cuma mengenakan sarung tanpa yang lain. Sepertinya semalam bersama mereka cukup membuat gue gila, tapi senang punya sahabat-sahabat seperti mereka. Untung saja kos-kosan teman itu ga begitu jauh dari kosan gue, jadi ga perlu waktu lama untuk pulang. Bukan apa-apa, mata gue sudah terasa sangat berat karena semalaman ga tidur.

Setelah memarkirkan motor di tempat biasa, gue berjalan dengan gontai naik ke lantai dua, menuju ke kamar gue. Di depan kamar gue dapati kamar gue terbuka sedikit. Agak aneh, karena malam sebelumnya gue menutup rapat pintu kamar, dan menguncinya. Gue membuka pintu perlahan, dan benar saja dugaan gue. Sesosok cewek tampak tidur dengan nyenyaknya diatas kasur gue.

Gue meletakkan dompet dan handphone diatas meja, kemudian berkacak pinggang memandangi cewek yang tidur dengan wajah polos di hadapan gue, memeluk bantal dan meringkuk menghadap ke arah gue. Buat gue sih ga mengherankan Ara bisa masuk ke kamar, karena memang cuma dia yang tahu bahwa kunci kamar gue selalu gue taruh di ventilasi diatas pintu. Yang mengherankan gue adalah, ngapain dia pindah tidur di kamar gue?

Gue menghela napas, kemudian perlahan-lahan membuka lemari baju gue, dan mengambil baju ganti. Gue berniat mandi dulu, karena badan gue terasa lelah dan lengket. Tanpa suara, gue mengambil alat-alat mandi, dan kemudian keluar kamar. Ketika gue selesai mandi dan menjemur handuk gue yang basah di luar kamar, terdengar suara dari dalam kamar. Gue menoleh.

“eh, udah bangun, Tuan Putri…” sapa gue sambil tertawa.

Ara duduk bersila di kasur gue, dengan rambut acak-acakan yang menutupi sebagian wajahnya. Meskipun begitu, gue bisa melihat ekspresi wajahnya yang cemberut. Entah karena masih ngantuk, atau memang lagi bete.

“dari mana aja lo semaleman ga pulang??” semburnya sambil cemberut. Gue lagi-lagi tertawa geli melihatnya. Ini anak, masih ngantuk aja masih bisa ngomel-ngomel.

Gue melangkah masuk ke kamar, dan menyalakan dispenser.

“dari kosan Irfan sama Agung” jawab gue sambil menyiapkan gelas.

“kok ga balik kosan, ngapain aja semaleman?”

“main PS”

dia mendengus.

“betah banget main PS semaleman” dia menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya dengan jengkel. Gue cuma bisa tersenyum geli melihat ulahnya.

“yah namanya juga cowo-cowo kalo udah ngumpul ya gitu itu…”

“trus gue dilupain?”

“ya lo kan ga kemana-mana, lagi gue udah SMS lo kan tadi malem gue di tempat Irfan…”

“ya kan gue kira lo pulang!” dia ngomel sambil mengatur rambutnya lagi, “sampe ngantuk gue nungguin lo tau ga si…” gerutunya pelan.

gue tertawa. “iya iya, sorry…” gue menuangkan air panas ke gelas, dan menoleh ke Ara, “lo mau teh?” tawar gue.

Sambil cemberut dia menggeleng.

Dunia Yang SempurnaWhere stories live. Discover now