Part 45

1 0 0
                                    

“belum keliatan lah, baru juga soft opening bulan lalu. Masih dalam tahap penjajagan nih, lagi riset makanan gw cocok ga sama selera orang-orang...”

“terus kira-kira cocok?”

“belum tau, cuma ya banyak feedback sana-sini. Itu yang nampung si Dita semua, gw cuma baca-baca sedikit..”

gw mengangguk-angguk. Dita adalah saudara sepupunya yang ikut mendirikan café itu. “menu spesialnya apa?” tanya gw lagi.

“sate ubur-ubur...” jawabnya lempeng. Gw cuma bisa melongo.

“ya engga lah, menunya yang spesial paling sandwich, burger gitulah...” dia tergelak.

“gw kira ubur-ubur beneran...” cibir gw, dan dibalasnya dengan menjulurkan lidah.

Sesampainya di kosan, dia langsung membuka kamarnya, dan membiarkan udara di dalam kamarnya berganti. Dengan berisik dia membersihkan seisi kamar yang mulai tertutupi oleh debu. Sementara gw melanjutkan bersantai dengan bermain gitar sambil berbaring. Gw cuma mendengar berbagai macam suara benda beradu dari kamar sebelah, yang beberapa waktu ini sepi.

“BANTUIN GW NAPA SIK!” teriaknya dari pintu kamar gw. Dia cuma melongokkan kepalanya.

“iya iya....”

Dengan malas gw bangkit dan menengok kamarnya, yang memang berbau udara lama. Kesannya beda dengan kamar gw yang setiap hari selalu gw buka pintunya. Gw melihat dia sedang mengganti seprei kasurnya.

“ambilin sapu gih” perintahnya. Gw menurutinya tanpa berkata apa-apa, mengambil sapu di pojokan selasar.

“nih...” gw menyerahkan sapu ke Ara. Dia memandangi sapu di tangan gw, kemudian memandangi gw.

“ya udah sapu lah”

“lah kok gw? tadi katanya suruh ambilin sapu doang?”

“bantuiiiiin!” lengkingan suaranya yang lama ga gw dengar secara langsung membuat telinga gw berdenging.

“iya iyaaaa.....”

Dunia Yang SempurnaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora