14 ✔

738 46 0
                                    

Hubungan Nesa dan Anya semakin menjauh. Mereka tak pernah saling bicara atau saling memandang untuk beberapa detik saja. Tak pernah sekalipun.

Ujian sudah hampir di depan mata. Nesa sudah sangat dekat dengan Arkan. Nesa pelan-pelan menyukai Arkan dan dia pun semakin merasa nyaman berada di dekat Arkan. Tapi, tak menutupi kalau separuh hatinya merasakan kosong karena hubungannya dengan Anya.

Saat Nesa sedang berjalan bersama Arkan menuju kantin mang Ujang, Nesa tak sengaja berpapasan dengan Anya dan Dea. Anya menatap Nesa dengan tatapan sedih dan benci. Nesa bisa merasakan seberapa rasa benci Anya dalam dirinya.

Nesa menunduk dalam. Tanpa sadar, matanya meneteskan air mata. Arkan yang melihat Nesa meneteskan air matanya menghentikan jalannya. Dia memegang pundak Nesa.

"Hey, kenapa?" tanya Arkan khawatir. Air mata Nesa semakin deras membasahi pipinya.

Arkan mengusap air mata Nesa dengan lembut menggunakan ibu jarinya.

Tiba-tiba, Nesa memeluk Arkan. Nesa melakukannya tanpa sadar. Dia tidak perduli apa kata orang. Hatinya sakit dan kosong. Dia merasakan pilu. Untuk ke sekian kalinya, ia merasakan diacukan sahabat yang dia sayang.

Arkan membalas pelukan Nesa, dia mengusap rambut tergerai Nesa dengan lembut.

Hal itu membuat seseorang yang tak jauh dari mereka merasa marah. Dia mengepalkan tangannya dengan kuat.
Dia Anya. Dia langsung meninggalkan tempat itu tanpa sepatah katapun.

Anya duduk di taman belakang. Sendirian.
Tanpa sadar, dia meneteskan air matanya. Anya menghapus air matanya dengan kasar. Terus seperti itu hingga pipinya memerah.

Entah kenapa, setiap dia melihat Nesa, dia selalu mengingat janji mereka. Anya ingat itu. Sangat ingat. Ingat ketika dia mengungkapkan ketertarikannya untuk seseorang pada Nesa.

Flashback on

Dua orang sahabat yang terlalu dekat itu sedang menghabiskan waktu mereka di taman belakang sekolah yang lumayan sepi.

"Eh, Anesa. Kamu inget nggak? Gimana tingkah konyolnya Dion pas di kelas?" tanya Anya sambil tertawa terbahak.

"Hahaha...." Nesa langsung tertawa tanpa menjawab pertanyaan Anya.

Dia tertawa karena teringat tingkah konyolnya. Dia juga mengingat bagaimana tingkah teman Dion.

Mereka itu adalah sahabat. Mereka selalu bertiga kemana pun mereka pergi. Mereka adalah 3D. Dion, Daffa, dan Dani.

Saat sedang jamkos di kelas, Dion, Daffa dan Dani sedang mencontoh aksi youtobers terkenal yang membuka tutup botol menggunakan kaki yang berputar. Itu adalah aksi yang nekat.

Kini giliran Dion yang memperagakan dan Dani yang memegang botolnya. Entah dimana otak mereka, hingga mereka memegang botol itu menggunakan tangannya.

Dion mulai berancang ancang. Dia melompat-lompat seperti hendak bermain tinju.

Nesa dan Anya yang sedang bosan, tanpa sengaja memperhatikan aksi mereka dari awal.

Dion mulai berputar, dia berputar sambil memejamkan matanya dan berputar dengan cepat dan kuat.

Detik berikutnya, Nesa dan Anya tertawa terbahak-bahak. Begitupun dengan Daffa.

Bukannya kaki Dion mengenai tutup botol itu, dia melah menendang wajah Dani. Hingga bibir Dani mencium lantai.

Sementar itu, Dion sedang berputar putar karena kepalanya yang pusing akibat putaran yang terlalu kuat.

Nesa dan Anya masih memikirkannya hingga sekarang. Bagaimana Daffa menertawakan sahabatnya hingga berguling-guling di lantai.

Mereka berdua benar-benar tertawa terbahak waktu itu.

"Sumpah, aku nggak pernah nglupain tentang kejadian itu," ucap Anya. Nesa mengangguki ucapan Anya sambil memegang perutnya.

"Aku pengen kita terus kayak gini tau nggak nya, aku nggak pernah berpikir sekalipun kalau persahabatan kita bisa sebahagian dan sedekat ini. Kita seperti saudara," ucap Nesa sambil menatap Anya.

Anya mengangguk. "Nes, janji yah. Kalau kita akan selalu bersama dalam keadaan tersulit sekalipun. Aku mau kita selalu bersama dalam suka ataupun duka." Anya menunjukan jari kelingkingnya. Nesa menautkan jari kelingkingnya di jari kelingking Anya.

"Kita berjanji akan selalu bersama dalam setiap masalah," ucap mereka bersama.

Mereka berdua tertawa bersama.
"Anesa, aku mau jujur sama kamu," ucap Anya. Nesa mengangguk.

"Aku suka sama seseorang," ucap Anya terlihat malu-malu.
Nesa menyenggol bahu Anya, lalu tersenyum menggoda.

"Ekhem, sepertinya ada yang ingin melepas masa jomblonya nih," ucap Nesa.

Anya menunduk dalam, menutupi rona merah di pipinya.

"Udah ah, aku mau ngomong sesuatu juga," ucap Anya yang mulai serius.

Nesa menghentikan tawanya. Lalu menatap Anya dengan serius.

"Iya, siapa orang itu?" tanya Nesa.

"Dia cowok yang baik, pintar, tampan, dan dia terkenal. Huh, tapi menurutku, dia terlalu baik untukku," ucap Anya menunduk.

Nesa memegang dagu Anya. Lalu menatap gadis itu lamat-lamat.

"Nggak, justru cowok itu yang terlalu beruntung menadapatkan cewek secantik kamu Nya," ucap Nesa. Anya menatap berbinar pada Nesa. Dia langsung memeluk Nesa, dan Nesa membalas pelukannya.

"Hem... Beritahu aku, siapa cowok itu yang berhasil memikat hati kamu Nya?" tanya Nesa sambil mengangkat alisnya.

Anya menunduk malu.
"Dia Arkan," ucap Anya. Nesa mengangguk, lalu tersenyum jahil.

"Hem... Dulu siapa yah yang bilang kalau Arkan itu cowok yang suka tebar pesona dan sok pinter?" ucap Nesa menyindir Anya. Pipi Anya kini benar-benar semerah tomat.

"Apaan sih Nes," ucap Anya. Dia sudah tak kuat lagi dengan godaan jahil sahabatnya itu. Dia langsung berlari dengan wajah semerah tomatnya menuju kelas.

Nesa hanya tertawa sambil menggeleng kan kepalanya.

Flashback off

____________________________________

Best Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang