12 ✔

765 44 0
                                    

Nesa duduk di kursinya sambil bermain ponsel. Saat membuka kabar berita hari ini, matanya langsung terbelalak, bahkan seperti ingin keluar.

"Akhhh ...." jerit Nesa membuat beberapa murid yang ada di kelas menatap ke arahnya.

"Lo kenapa Anesa? Lo baik-baik aja,' kan?" tanya teman sekelas Nesa. Nesa hanya mengangguk.

Lalu Nesa beralih pada ponselnya lagi. Di sana tertera kabar berita tentang KING AND QUEEN TER–ROMANTIS.

Disana juga ada foto Nesa dan Arkan yang sedang berdansa saat-saat terakhir. Saat mereka berpelukan, dan foto lain yang diabadikan.

Dan kabar itu menjadi sampul utama di media sosial.

"Gawat," ucap Nesa dengan raut wajah yang tak bisa terbaca.

Sepertinya teman satu kelas Nesa belum ada yang tahu. Nesa melirik teman-temannya yang ada di kelas, mereka terlihat biasa saja.

Satu persatu murid mulai memasuki kelas. Nesa menghembuskan napasnya lega karena mereka tidak mengetahuinya. Bukan 'tidak mengetahui' tapi 'belum mengetahui'.

Anya masuk ke dalam kelas. Wajahnya tampak jengkel dan sedih. Dia lagi-lagi duduk disamping Dea. Nesa hendak menemuinya. Tapi, seseorang mencegatnya.

"Anesa, buku matematika lo mana?" tanya Noval. Nesa memutar bola matanya jengah.

Dia mengambil buku matematikanya dari dalam tas kemudian memberikannya kepada Noval.

Sekarang Nesa tau kenapa mereka belum mengetahui hal itu. Ini pasti karena mereka sedang memikirkan tugas dari bu Tiyas karena kesalahan Luna minggu lalu.

Semua orang sibuk mencatat, kecuali Nesa. Dia kembali bermain ponselnya, tapi ketenangannya terganggu karena Arkan. Dia mendekati Nesa dengan membawa bukunya.

"Nes, buku kamu mana? Aku pinjem dong." Nesa menatap Arkan tajam.

"Bukunya lagi di robek," ucap Nesa asal. Dia lebih memilih fokus pada ponselnya.

Sementara Arkan, dia terkekeh melihat wajah kesal Nesa.
Arkan duduk di samping Nesa dan memperhatikan Nesa.

Nesa yang merasa risih menatap Arkan tajam.

"Kenapa sih Kan?" ucap Nesa sesabar mungkin.

"Aku tau, buku kamu sekarang pasti lagi sibuk. Jadi, aku minta ajarin kamu aja," ucap Arkan.

Nesa memutar bola matanya.
"Minta ajarin bu Tiyas sana. Lo itu kan pinter, sekali-kali pake dong otaknya. Kalau cuman dianggurin gitu, percuma Tuhan kasih otak," cibir Nesa. Arkan terkekeh melihat wajah sebal Nesa. Tapi Nesa tetap melakukan apa yang Arkan minta.

Sekarang Arkan paham. Entah kenapa saat Nesa yang mengajari, dia langsung paham. Walau beberapa kali dia dibentak oleh gadis itu.

Sementara seseorang disana menatap mereka jengkel.
Dia langsung keluar kelas entah untuk kemana.

****

"Anesa, kantin bareng yuk," ajak Luna pada Nesa. Nesa menatap ke sekeliling kelas. Anya tidak ada. Nesa menghembuskan napasnya, lalu mengangguk.

Saat Nesa dan Luna sudah duduk di meja kantin, Nesa merasa kalau banyak yang sedang memperhatikannya.

Nesa menatap ke sekeliling. Benar saja, mereka sedang menatap Nesa dan hp atau majalah yang mereka pegang. Nesa tau apa yang mereka lihat.

Pasti itu foto Nesa dan Arkan yang sedang berdansa. Saat Nesa sedang makan makanannya, dia melihat Anya yang sedang berjalan dengan Dea dan teman yang lain.

"Anesa, lo sadar nggak sih kalau banyak yang ngeliatin meja kita?" tanya Luna yang ternyata belum tahu soal hal itu.

"Nggak tau," ucap Nesa acuh. Luna hanya mengangguk, ia juga mencoba acuh dengan hal itu.

                      
                     *******

Bel sudah berbunyi lima menit yang lalu. Dan sekarang Nesa sedang duduk di halte menunggu bus yang searah dengan arah rumahnya.

Nesa memainkan ponselnya sambil menunggu. Tanpa Nesa sadari, seseorang sudah duduk di sampingnya. Nesa menatap orang itu.

"Nunggu bus, yah?" tanya orang itu basa-basi.

"Nggak, lagi nunggu kereta," ucap Nesa asal. Orang di sampingnya itu bodoh atau apa.

Orang itu hanya terkekeh.
"Kabar tentang lo yang pacaran sama Arkan itu bener?". Dia menanyakan sesuatu yang sedari tadi Nesa hindari.

Nesa membuang mukanya acuh. Kenapa pula dia menanyakan hal seperti itu.

" Gue salah ngomong, yah?" tanya nya yang merasa tidak enak.

"Nggak kok, sebenarnya gue males jelasin. Tapi ya mau gimana lagi. Kemarin gue sama Arkan nggak sengaja ikut kompetisi yang ada di mall. Dan lo bisa menebaknya sendiri," ucap Nesa. Dia mengangguk.

"Kanap lo nayain hal itu, Daf?" tanya Nesa yang merasa heran dengan Daffa. Ya, dia adalah Daffa.

"Nggak pa-pa," ucap Daffa sambil menggelengkan kepalanya.

"Oh iya, lo mau bareng sama gue nggak?" ajak Daffa. Nesa berpikir sejenak, kemudian mengangguk.

Daffa menggandeng tangan Nesa menuju parkiran SMA. Karena mobil Daffa masih berada di sana.

Tanpa mereka sadari, ada yang mengawasi mereka sejak awal. Dia menggenggam tangannya kuat-kuat. Dia benar-benar kesal.
Lalu pergi dari sana.

Best Friends [END]Where stories live. Discover now