10 ✔

872 45 0
                                    

“Loh, Nesa. Kok pulangnya telat?” tanya ayah Nesa yang sudah stand di teras rumah. Tadi, ayah Nesa juga sempat melihat orang yang mengantar Nesa.

“Nesa abis jenguk Anya, Yah,” jawab Nesa. Ayah Nesa mengangguk. Lalu dia mengelus rambut Nesa dengan sayang.

“Lain kali kalau mau pulang telat bilang sama bunda. Dia khawatirin kamu terus, tuh,” ujar ayah. Nesa mengangguk.

“Yaudah ayah, Nesa mau masuk dulu," ucap Nesa. Dia langsung masuk ke dalam.

“Asalamualaikum, Bunda,” salam Nesa. Dia mencium tangan bundanya.

“Nesa, kamu bikin bunda khawatir aja tau nggak,” ucap Tia. Nesa hanya melirik kakaknya itu.

“Yaudah, lain kali kabarin dulu kalau mau pulang telat. Sekarang Nesa ke kamar dulu gih, bersih-bersih.” Nesa mengangguk. Dia bergegas ke kamarnya.

Setelah Nesa keluar dari kamar mandi, dia merebahkan badannya sebentar di atas kasur empuknya.

“Anya kenapa yah? Kenapa sikapnya berubah?” ujar Nesa pada dirinya sendiri. Dia mengambil ponselnya yang ada di atas meja belajar. Lalu duduk di sofa. Dia mengetikan sesuatu di ponselnya.

Me:

Hai Anya

Udah sehatan belum?

Besok mau berangkat
Atau masih nggak enakan?

Semoga kamu cepet sembuh
yah.

Kamu udah tidur yah?

Ya udah, selamat beristirahat Anya.

Nesa hanya menghela napasnya. Lalu beranjak dari duduknya untuk pergi ke meja makan.

*****

Keheningan melanda di meja makan, tidak biasa-biasanya meja makan itu sepi. Biasanya diisi dengan candaan bila tidak maka akan diisi dengan pertikaian antara Tia, Nesa dan Wulan. Tapi, hari ini sepertinya mereka sedang memikirkan masalah masing-masing.

“Nesa.” Panggilan Ayah membuat seluruh mata kini tertuju Ayah.

“Iya, kenapa yah?” tanya Nesa sambil menatap ayahnya.

“Sebentar lagi kamu akan menghadapi ujian loh. Kamu udah tentuin mau masuk di kampus apa,” ucap ayah. Topik yang berat.

“Hem... Sebenarnya udah lama Nesa tentuin.” Nesa menarik napas dalam-dalam. Mungkin, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.

“Sebenarnya yah, ujian Nesa itu masih lama. Tapi Nesa udah pikir mateng-mateng dan Nesa juga udah ambil tindakan.” Ucapan Nesa membuat suasana makan malam menjadi tegang.

“Sebenarnya, Nesa...” Nesa ragu untuk mengatakan pada ayahnya. Ini adalah rahasia besar Nesa. Bahkan Anya sama sekali tidak mengetahui hal ini.
Hanya pak Arya selaku kepala sekolah serta Nesa yang tau.

“Nesa, emm... Nesa mau mikir mateng-mateng dulu deh yah,” ucap Nesa berbohong. Ayah hanya mengangguk, walau dia merasakan hal mencurigakan dari putrinya itu.

“Yaudah, Nesa ke kamar dulu ya," ucap Nesa. Lalu dia beranjak dari meja makan menuju kamarnya.

“Bun, Nesa kenapa?” tanya ayah pada bunda.

“Bunda nggak tau yah,” ucap bunda.

“Kak, adek kenapa?” tanya bunda pada Tia.

“Paling juga masalah cowok, Bun,” ucap Tia asal. Bunda menghembuskan napas berat.

"Kakak! Aku masih denger yah! Aku nggak mikirin soal cowok! Jangan pikir aku nggak tau kakak udah punya cowok!"

Tis bungkam, rakasianya terbongkar juga. "Benar kak? Kakak udah punya cowok? Kenalin dong," ujar Wulan meledek kakaknya.

Bunda dan Ayah mengembuskan napasnya dengan berat.
____________________________________

Best Friends [END]Where stories live. Discover now