21 | Perang Saudara

Start from the beginning
                                    

"AARRGGHHH MOMO!!" amuk Melody lalu terbirit mengejar langkah sang kakak yang entah sudah mencapai mana. Awas saja kalau bertemu nanti Melody akan membalas menggigit anunya sampai tak tersisa satu cm pun.

"Kejar Mel, kejar!" Nayya mengompori sahabatnya ini.

"Awas aja lo Momo! Gak akan gue kasih jatah malam ini!" dengus Melody seraya menghentak-hentakkan kakinya kesal. Ia sudah dibuat emosi di pagi hari ini.

"Mel, kayaknya dia sembunyi deh. Lo ngadu aja sama mami lo bilang kalau si Timo udah ngecabulin lo depan anak-anak kelas. Entar juga tuh cowok bakal kena hukuman," usul Nayya cemerlang. Benar juga, tinggal ditambah ia dihamili Timothy pasti dengan begitu mereka akan mudah dibawa ke KUA.

"Sip, gue setuju sama lo. Kali ini gue gak ak- AAA ANJING SAKIT!"

"WOY ANJIR LEP-" ujar Nayya tercekat. Saat membalikkan badan, kedua gadis itu dikejutkan oleh kehadiran sang guru titisan durjana. Kedua matanya memelotot sempurna. Bibir tebal sedikit kehitaman efek samping dari rokok terlihat komat-kamit.

"KALIAN BUDEK APA GIMANA?? BEL SEKENCANG ITU GAK KEDENGERAN?! BUKANNYA MASUK KELAS MALAH ASYIK KELUYURAN!" amuk Pak Anton ngeri. Baik Melody maupun Nayya tidak berani mengeluarkan sisi nakalnya. Mereka secara kompak menelan ludah bulat-bulat.

"I-i-ini ini m-ma," gugup Melody kemudian sejurus kemudian ia mengangkat jari telunjuknya. "MALAIKAT JAMAL!!"

Pak Anton mengikuti arah telunjuk gadis di hadapannya. Ia sempat memicingkan mata, tidak ada siapa-siapa disana. Kemudian guru itu mengucek matanya, ingin memastikan kebenaran omongan Melody.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"DIANTARA SEPULUH MALAIKAT GAK ADA YANG NAMANYA JAMAL!!" geram Pak Anton baru ngeuh. Saat ia membalikkan badan, kedua siswi yang menjadi bulan-bulanan emosinya sudah menghilang entah kemana. "MELODY, NAYYA! SIAP-SIAP NILAI KALIAN MERAH!"

"Hosh ... Hosh ... Hosh ...." sementara itu, dua gadis kini sudah tak kuasa menahan sesak di dadanya akibat berlarian terbirit-birit. Jarak yang ditempuh memang tidak jauh, hanya dari koridor utama sampai kelas. Tapi tegangnya itu lho bikin arwah melayang duluan sebelum dicabut nyawa.

"Be ... Ngek! Na ... Hosh ... Fas ... Gue habis ..." ujar Melody lalu tanpa basa-basi ia berbaring di atas dinginnya lantai. Berbeda dengan Nayya yang kini sudah meneguk habis air minum pemberian Ficka.

"Dikejar apaan sampai kayak gini?" heran Ficka. Melody enggan menjawab, nafasnya saja masih memburu. Terpaksa, Nayya yang harus angkat suara.

"Pak Anton ngamuk anjir! Untung aja ada malaikat Jamal yang tolongin kita," cetus Nayya setelah menetralkan deru nafasnya.

"Kenapa bisa Pak Anton tiba-tiba ngamuk?"

"Kita disangka keluyuran gara-gara bel udah bunyi. Tapi gue sama sekali gak dengar bunyi bel anjir. Apa iya gue budek?"

"Masih ada sepuluh menit lagi ke jam pelajaran pertama," beber Daffi santai. Secara kompak, Nayya dan Melody membelalakkan mata terkejut. Aish, ulah siapa ini? Sudah bikin jantung hampir copot, paru-paru olahraga pagi, nyawa hampir melayang, dan lebih parahnya lagi hari ini ada jadwal pelajaran Pak Anton! Sial.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Where stories live. Discover now