"Mels, sini bantuin mami."

"Woah. Boleh mami," balas Melody dengan semangat. Gadis itu bahkan bergerak secepat debu terbawa oleh angin. Langsung saja Melody memakai apron-nya yang kebesaran.

Timothy berjalan hendak membukakan pintu utama yang mengeluarkan bunyi saat seseorang mengetuknya dari luar. Ia tersenyum hangat menyambut orang itu lalu mencium tangannya sopan.

"Masuk, pa!" titah Timothy diangguki Harry. "Sini, Timothy bantu," tawar Timothy lalu tanpa permisi ia membawa segala dekorasi yang Harry bawa.

"Makasih Timothy." laki-laki itu hanya berdehem. Keduanya terus berjalan memasuki ruangan rumah.

"Hmm ... It's look nice." Emily serta Melody kompak membalikkan badan lalu tersenyum manis.

Sebagian besar kue telah Emily rampungkan. Sangat menarik perhatian saat warna yang mendominasi kue-kue itu adalah merah jambu dipadukan putih. Oh, ya, Emily juga membuat beberapa cupcake serta cake pop.

Sementara itu, raut bingung Timothy layangkan begitu saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sementara itu, raut bingung Timothy layangkan begitu saja. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil celingukan kesana-kemari.

"Sebentar-sebentar! Ini ada apa sih sebenarnya? Kue, dekorasi, gaun siapa tuh di sofa? Jangan bilang kalian mau nikah secepat ini?!"

Emily yang sedang berbincang bersama Harry memilih untuk mengalihkan perhatian sejenak pada Timothy. Entah hobi atau bagaimana sampai-sampai wanita itu kembali mengukir lengkungan bulan sabit.

"Adikmu pingin bikin pesta ulangtahun."

Saat itu juga Timothy mengernyit heran. Mereka kan, kembar jadi selisih usianya pun pasti tidak akan jauh. Dan beberapa bulan yang lalu Timothy sudah merayakan pesta kecil-kecilan dalam rangka menyambut tahun kelahiran. Sebenarnya disini siapa yang salah dalam mengartikan sih?

"Bukannya kita udah ulangtahun?" bingung Timothy. Melody yang sedang asyik memperhatikan lekukan kue yang indahnya melebihi ambang batas pun, akhirnya angkat suara.

"Gue kan, prematur," cetusnya tak masuk akal.

"Ngaco! Dahlah Timothy gak peduli. Timothy mau pergi, ada acara sama Dajatira," sinis Timothy. Pergerakannya terjeda tatkala melihat sang adik yang menatapnya penuh harap dengan mata puppy eyes.

Layaknya seorang anak kecil yang hendak menangis saat tidak dibelikan permen, manik hijau Melody sudah berkaca-kaca. Kan, kalau sudah begini Timothy jadi tidak tega. Mencoba bersikap tak acuh rasanya sesusah soal matematika.

Laki-laki itu membuang nafas berat. "Yaudah, iya. Gue gak akan pergi," putusnya seraya mengelus lembut rambut Melody.

"Serius?" pekik Melody menahan bahagia.

"Hmm."

"Aaaa makasih Momo!" ujar Melody riang lalu mengecup rahang kiri Timothy sekilas. Saking banyaknya dosa yang menumpuk, Melody sama sekali tidak merasa bersalah telah membuat kakaknya itu dag-dig-dug tak karuan. Ia malah kembali menghampiri setumpuk peralatan kue.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Where stories live. Discover now