Seketika Atha menghampiri dengan segala rasa yang ada.

Nata yang sedang bersama Vanno itu tiba-tiba memunculkan gelak bingungnya.

"Kok lo disini sih curut?" Vanno berucap setelah melihat Atha sampai ditempat ini dengan ngos-ngosan.

"Gue.." Atha meletakan kepalanya di bahu Nata lalu menangis sejadi-jadinya.

Nata lantas bingung, ada apa dengan ini, Vanno juga tak kalah bingung, gadis ini datang lalu menangis, ada ada sajalah.

"Arrma Athalia, lo nangis?" tanyanya cengo.

"Bego lo!" Nata memukul bahu Vanno kencang.

"Gue gak tahu kalo Revan cuma bisa mempermainin hati cewek doang!" keluhnya dengan sesenggukan. Lalu ia menutup mulutnya karna sudah keceplosan.

"Hah? Revan, ngapain tuh bocah!"

"Pokoknya gue benci, gue benci banget sama dia, gak bisa banget hargain perasaan gue dari dulu, gue cuma jadi sampah doang buat dia!" Atha diam dengan wajah datarnya, mengusap air matanya sejenak, ia benar benar tak bisa menahan ini sendirian.

"Nah kan, apa gue bilang, dia itu gak baik buat lo, lo yang terus maksain cinta sama dia" ucap Nata kesal.

Lelaki beralis tebal itu mendengarkan dengan seksama dibelakang Vanno? kapan dia datang?

Dan Vanno juga tak menyadari kehadiran Revan yang tiba-tiba ini, hingga akhirnya Revan berdehem keras

Sontak mereka  bertiga menoleh kearahnya.

"Anjir, kodok dateng" Vanno terkejut, "Pangeran kodok maksud gue" Vanno terkekeh.

"Paan sih lo" Revan melayangkan pukulan keras di wajah Vanno, lalu mendorongnya untuk segera menyingkir.

"Nenek lampir lo juga minggir sana" ucapnya pada Nata yang masih memegang bahu Atha.

"Hiks, dasar dedemit sinting" Nata berdiri kesal.

Atha masih terdiam, untung saja air matanya tak lagi jatuh.

"Mau main basket sama gue ?" tanya Revan mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Atha.

Dasar gak peka, udah tau gue kesel sama lo malah diajak main basket?!

"Ish, apaan sih lo, dasar laki-laki gak pengertian?!" Atha mendorong wajahnya menjauhi Revan.

"Lah terus lo ngapain kesini? cewek aneh" Revan memegang kerahnya cool.

"Lo paham gak sih sama mereka" Nata berbisik pada Vanno.

"Kagak tau gue" Vanno mengendik.

"Lo diem! gue gak mau lihat muka lo lagi, gue benci sama lo, titik" Atha menyilangkan tangannya dan cemberut.

Hatinya terasa panas, ia kira Revan akan menyatakan perasaanya. Namun ia hanya di permainkan saja, hatinya sangat keram bahkan hancur bergitu saja, tak dipungkiri rasa ini jelas semakin bertambah dengan perlakuan manis + jutek cowok ini, tapi untuk saat ini ia benar benar kesal.

"Ikut gue, gue bakal bikin lo benci sama gue terus—." Revan menggantung kalimat ucapannya namun ia langsung menarik Atha keras.

Terus lo cinta sama gue.

Atha bingung dan mengikuti alur lelaki ini menariknya.

Vanno dan Nata saling menatap, lalu tertawa, melihat kelakuan kocak kedua orang yang jarang bersatu itu.

"Kok si kodok jadi cowok genit gitu sih, tapi tetep aja judes" ucap Vanno.

"Atha juga gitu, biasanya kan jingkrak sekarang jadi judes juga" Nata tertawa heran.

"Jodoh kali.."

"Yaudah makan aja yuk, gue laper, itu masalah mereka" ucap Nata mengajak.

"Iya iya tuan putri.." Vanno mengangguk.

Kok Vanno dan Nata bisa sedeket itu? Kok Vanno ada disekolah ini? ada-ada saja tingkah mereka ini.

Revan dan Atha sampai ditaman.

"Ngapain kesini? lo tuh sadar gak sih, bisa gak lo hargain perasaan orang lain, kena karma baru tahu rasa lo!" ucap Atha menyelocos.

"Sst!" jari telunjuk itu mendarat di bibirnya,namun ia terdiam sejenak dan menepisnya cepat.

"Lo tadi kenapa lari?kan gue belum selesai ngomong! bisa gak lo hargain gue?" ucap Revan santai namun dengan tatapan yang tajam.

"Lo juga kenapa ketawa? emang lucu, gue sakit hujan-hujan gini gue relain demi lo, tapi lo malah jadiin ini lelucon? lo kira lucu,ha?!" balas Atha tak mau kalah.

"Lo bisa gak gak bikin asumsi sendiri, suasana tadi lagi sepi, bosen gue gak ada yang ketawa jadi gue ketawa lah, mau ngambing hitamkan gue lo?" jawab Revan tak terima.

"Tau ah, terserah lo aja," Atha duduk dikursi taman sekolah itu, didalam hatinya begitu banyak pertanyaan yang muncul, kapan Revan bisa berbicara sepanjang ini dengannya? senang? jangan ditanya.

Revan menatapnya lalu ikut mendudukkan dirinya dan mengarahkan badannya tepat diwajah gadis cemberut ini.

"Yaudah serah apa kata lo deh, gue minta maaf"

Anjir mimpi apa gue semalem?

Atha masih diam dan terkejut, namun ia kaget ketika wajah Revan tiba-tiba ada didekatnya.

"Ke pantai aja yuk, temenin gue"

Hatinya semakin berbunga-bunga, rasanya ingin berteriak dengan sekencang-kencangnya.

"Jam segini? yakin lo" tanya Atha masih datar.

"Iya, temenin gue nyatain rasa ke seseorang" ucapan itu menohok hati Atha, bertahun-tahun menyukai Revan namun ini lah hasilnya, seketika rasanya menjadi lenyap namun masih mengganjal di hati gadis ini.

Dalam hitungan detik ia menahan tangis, dan menghapus semua tujuan dengan paksa, melihat Revan bahagia itulau tujuannya? bukan mendapatkannya lagi, baru kali ini ia melihat Revan yang bertahun tahun tak ingin membuka hati, namun ingin menyatakan rasa? perempuan seperti apa yang ia inginkan?

Atha menahan semua kehancuran di dirinya, semangatnya patah untuk mendapatkan lelaki ini.

Ia tertunduk lesu, matanya merah dan bibirnya pucat, namun ia mengangguk.

"Lo mau? yaudah ayo cabut" Revan tersenyum puas.

Mungkin ini jalannya, gue bisa deket tapi gak bisa dapetin lo buat selamanya, makasih.

TBC

Heart disclosure [completed]Where stories live. Discover now