18•-Kode Sebuah Mimpi

1.7K 89 4
                                    

_______

Terimakasih untuk kamu yang selalu mengajarkan diri ini cara mencintai dan mengharapkan sesuatu yang lebih darimu- tapi sayang, bharapan itu tak kunjung datang:)

_______________

-Arrma Athalia.

"Kok bisa sampai gini sih Tha" ucap Aleta sambil fokus menyetir.

"Yah Atha lari-lari gitu deh terus kesandung jadi gini deh" jawab Atha sambil memainkan Ponselnya.

Ponselnya bergetar menunjukkan bahwa notifikasi masuk.

Nata: Kok lo balik sih
Clara: ga ngajak-ajak lo, dasar pcr repan.
Athalia: gue gak bolos ya bego, kaki gue nyungsep di lantai.
Nata: lo juga loncat-loncat kaya monkey.
Clara: Nata bego, kasian Revan ngelamun gitu .
Athalia: bodoamat.

Atha mengunci ponselnya, menatap lurus kedepan, hening dan hening.

"Kamu makan dulu, habis itu mandi terus tidur, lukanya bersihin dulu, gak usah keluyuran, mama gak bisa di rumah masih ada kerjaan banyak di kantor" ucap Aleta menatap Atha dengan memberikan nasihat pada Atha.

Atha mengangguk lalu membuka pintu mobil, Sedikit demi sedikit menghentakkan kakinya kehalamam rumahnya.

"Pedih amat" keluh Atha.

Atha merabahkan tubuhnya melemparkan tasnya kesembarang tempat, lalu beranjak memgambil antiseptik dan segera membersihkan lukanya ,ya padahal Stella sudah membersihkannya.

Lalu ia memperban kakinya dengan asal-asalan dan menatap cermin.

Lo tetep cantik.

"Hari ini gue santai aja lah" ucap Atha bosan.

Ia melemparkan ponselnya di kasurnya, lalu menyalakan siaran televisi favoritenya.

Dan menutup semua pencahayaan di kamarnya, terlihat gelap namun dingin.

"Gue suka nih" Atha tertawa.

"Kok ngeri gini sih film nya" Atha mengigit bibir bawahnya.

Segera ia membuka seluruh jendela dan gorden, lalu semilir angin masuk kedalam kamarnya.

Ia mengambil kursi lalu tangannya menopang dagunya didepan jendela kamarnya merasakan angin sore nan sejuk.

'Kapan kebahagiaan datang lagi'  Ucap Atha dalam hati.

"Apa lagi sih yang perlu gue lakuin supaya Revan bisa berubah sama gue!" Atha mengeluh pasrah.

Kepalanya benar-benar pusing, merelakan banyaknya orang yang mengejar hatinya untuk cowok dingin dan judes itu.

"Revan gue butuh lo" lirih Atha meneteskan air matanya.

Terdengar suara pintu terbuka, Atha menolehkan tubuhnya, lututnya ia perban dengan asal. dan membiarkan dirinya tampak kacau. dengan mata yang sedikit sembab.

"Sayang" sapa Aleta mendekati Atha.

"Iya?"

"Kenapa gak tidur?"

"Kenapa mama pulang lagi?"

Aleta bingung dengan keadaan Atha sekarang. Ia bahkan bingung kenapa Atha tiba-tiba bersikap seperti ini.

"Kamu kenapa Atha" tanya Aleta menatap puterinya.

"Gak papa? emang ada yang salah?"Atha sambil mengucek matanya.

"Kamu masih sakit? kita ke rumah sakit aja, kaki kamu kamu buntel asal-asal gitu"Aleta menatap Lutut Atha.

Atha menggeleng, merebahkan tubuhnya mendekap gulingnya.

Aleta mengelus kepala anaknya.

"Yaudah kamu istirahat aja" ucap Aleta menarik selimut berwarna abu-abu terang itu.

Aleta tau persis watak Atha, ia jarang sekali bersikap seperti ini. Dan Aleta hanya bisa membiarkan putrinya sendiri untuk menengangkan masalah yang memang mungkin tak ia ketahui.

'Maafin mama Atha' batin Aleta masih menatap putrinya yang sudah terlelap dan menutup pintu kamar Atha.

Revan mengepalkan kedua tangannya, melihat Atha dengan sangar dan membara.

Mendorong tubuh Atha jatuh ke kolam itu. Atha tenggelam dan Vanno menolongnya hingga ia sadar.

"Gue dimana?" tanya Atha menajamkan pandangannya.

"Lo aman Tha"  jawab Vanno terseyum.

"Banyak orang yang suka sama lo, lo sok jual mahal, lo gak tau diri, lo gak tau alasan gue lakuin ini ke lo, gue padahal gak tega sama lo, tapi ini semua juga karna perlakuan lo yang nyia-nyiain gue diwaktu itu. Sekarang gue bakalan bikin lo tau gimana rasanya gak dihargain bahkan gak pernah dilihat sama orang yang lo kagumin" ucap Revan terseyum sadis.

"Maksud lo!!" ucap Atha membangunkan tubuhnya menatap Revan. Dadanya sesak dan seakan seseorang menyumbat saluran pernafasannya.

Ia memegang kepalanya, Vanno melihat Atha khawatir.

"Lo cuma perlu sadar diri!" Revan menujuk wajah Atha kasar.

"GUE BENCI LO!" bentak Revan keras.

Atha semakin sesak untuk bernafas matanya kabur, Revan membencinya, Revan tak dihargai , Apa maksud semua itu.

Atha beranjak dari tidurnya, nafasnya terengah-engah.

"Anjir kaget gue" ucap Nata yang tengah berada dikamar Atha sambil memainkan Macbook Atha.

"Abis ngapain lo, kayak di kejar-kejar apaan aja" ucap Clara sambil membaca novel Atha.

Atha masih syok dan berusaha menelaaah apa yang ada di dalam mimpinya.

"Cuma mimpi" lirih Atha.

"Anjir, kamar gue berantakan gini," ucap Atha melotot, melepaskan selimutnya dan terlihat perban acak acakan dilututnya.

"Gila apaan tuh" ucap Nata menahan Tawa.

"Buset ngeri banget" sahut Clara tertawa.

"Ini sakit begoo!" jawab Atha kesal.

Nata dan Clara saling memandang, sepertinya merka ingin memberikan informasi yang berefek pada Atha, dan satu sama lain dari mereka hanya saling mengode untuk memberitau Atha.

Atha mengangkat alisnya "kenapa sih lo berdua, lagian tiba-tiba ada dikamar gue lagi"

"Dhitto disini!" ucap Nata spontan.

Mata Atha seakan hendak keluar dari tempatnya.

Ia berlari tanpa memperdulikan luka di luturnya yang justru akan tambah buruk jika ia paksakan untuk berjalan.

Ada Aleta dan Dhitto sedang berbincang di ruang tamu, sangat indah seperti 2 tahun lalu, suasana yang sama persis namun tidak untuk hati Atha yang penuh goresan dan belum pulih sepenuhnya.

Atha terdiam ditempat, Nata dan Clara hanya bisa melihat sahabatnya menyaksikan fakta yang terpampang nyata dihadapannya itu.

"Lo harus santai" ucap Nata gugup menghadapi Atha.

Mereka berdua sangat tau Atha, Atha sangat benci orang yang sudah ia beri kepercayaan namun alhasil dia menghancurkan kepercayaan yang berusaha ia bangun.

'Kamu yang lama kembali memunculkan kebencian yang sudah kusimpan dalam hingga aku lupa akan semua hal yang kau lakukan'

TBC

OKE BUAT CHAPTER KALI INI BAKALAN DISAMBUNG KE CHAPTER SELANJUTNYA.
keep reading and hopefully like it✨🥰

Heart disclosure [completed]Where stories live. Discover now