34•- Sebuah Janji

1.7K 71 0
                                    

________

Aku tak menyuruhmu untuk berjanji, namun jika kau sudah berkata untuk berjanji, jangan lupakan jika aku akan selalu menyuruhmu untuk menepati.

________________

Berada disalah satu tempat teromantis mereka beradu dalam pandangan. Dengan senja yang menemani kedamaian.

Perlahan tangan Dhitto mengulurkan tangannya halus di wajah Atha, menyadari itu Atha langsung menepis keras.

"Inget ya, sekarang kita cuma temen dan gak ada hal hal yang romantis di antara kita" degus kesal Atha membuang muka.

Atha sangat kesal, mengapa Dhitto selalu mengartikan dengan kesalahan yang membuatnya bisa jatuh kedalam lubang yang lama?

Dan kini Atha tak akan diam saja, ia akan memeperjuang selalu untuk Revan dan akan selalu Revan.

"Gue paham, tapi lo yakin bisa dapetin Revan?" Dhitto menarik cepat bahu Atha, dan nyaris kedua wajah itu hampir bertabrakan satu sama lain, hidung mancung mereka pun sudah bersentuhan.

Gak boleh Tha, lo gak boleh jatuh sama tatapan giniian doang, bibir Atha seakan tak bisa berkutik dengan normal, dia bergetar, sungguh mereka berdua merasakan getaran yang sama LAGI.

"Dhit, please.. mau lo apa sebenernya" Atha menarik tubuhnya sendiri hingga berdiri tegak dan menyilangkan kedua tangannya menatap Dhitto yang kaget.

"G-gue, gue gak mau apa-apa" Dhitto menggaruk kepalanya pelan.

"Gue lagi gak mau nambah masalah, gue udah capek sama semuanya" Atha tak sadar mengucapkan kata yang tidak nyambung sama sekali itu.

"Maksud lo gue? gue nambah masalah lo? masalah lo apa sih emang, cerita aja kali" ucap Dhitto melongos tanpa henti.

"H-hah?" Atha tersadar dari lamunannya.

"Gue tadi ngomong apa?" tanya nya bingung dengan menepuk jidatnya pelan. Lalu meringis sakit.

"Capek" ucapnya pelan.

"Jiwa kekanakan lo masih aja ada sampe sekarang ya!" jawab Dhitto kesal namun bercanda.

"Ihh apaan sih, gue tadi ngomong apa?" Atha memukul tangan Dhitto yang tergeletak diatas meja itu. Refleks Dhitto menarik cepat tangannya.

"Duh, maaf.." ucap Atha dengan wajah tak kesengajaan itu.

"Gak jelas lo" sahut Dhitto cepat.

Atha mengerucutkan bibirnya dan membuang pandangannya dan kembali menatap Dhitto, seakan ada sesuatu yang ingin dia sampaikan namun tak kunjung tersampaikan.

Bola mata indah itu menatap dalam, "anterin gue pulang" ucap Atha polos walaupun ada sesuatu yang sangat mengganjal dihatinya.

"Sekarang?" tanya Dhitto membalas tatapan dalam itu.

"Tahun depan" jawab kesal Atha dan memundurkan kursinya dengan keras. Mengode bahwa dirinya kesal terhadal lelaki yang ia temui lagi beberapa jam lalu ini.

Dhitto menghela nafas kasar dan membangkitkan dirinya mendekati Atha.

"Yaudah ayo" ajaknya menarik tangan manis Atha.

Atha tercengang dengan tarikan yang membuat debaran hebat ini tak kunjung hilang. Dan melangkah mengiringi tarikan tangan ini.

Atha berusaha untuk tenang dan berharap tak ada ekspresi apapun yang bisa di artikan Dhitto bahwa ia sedang gugup.

Setelah menuruni tangga mereka menuju tempat parkir mobil Dhitto yang tak jauh dari tempat ia berjalan sekarang. Dan tiba-tiba Dhitto menyipitkan matanya.

Dhitto Melihat sosok yang menyiratkan amarah dari jauh. Lalu Atha mengikuti arah pandangan itu, sontak Atha tercengang dan wajahnya kian gugup, melihat Dean yang sepertinya akan mendekati mereka.

Dhitto tetap santai lalu kembali berjalan sambil menarik pergelangan tangan Atha.

Sesampainya Atha dan Dhitto didepan mobil, Dean lari kearah Dhitto dan menghempaskan pukulan bertubi-tubi dari mulut hingga perutnya, Dhitto yang kaget sangat sulit menepis pukulan itu. Atha menutup mulutnya kaget, lalu menarik tangannya dan sekuat tenanga menahan bahu Dean.

Mereka tak menghiraukan Atha yang bersusah payah melerai mereka.

Saatnya Atha berteriak "kalo kalian masih berantem, gue bunuh diri aja" ucapnya nekat, padahal kata-kata semacam itu hanya untuk menakuti mereka saja.

Dean dan Dhitto berhenti cepat dan menatap Atha yang gugup.

"Buat apa sih kalian berantem, kenapa kalian berantem sih?" tanya Atha padahal ia tau mereka sedang memperebutkan dirinya.

"Buat lo" jawab sinis Dean.

Atha semakin tegang, kenapa harus ia? Atha sampai bingung kenapa mereka selalu mendekat padahal mereka tau kalau Atha menyukai Revan.

"Aku mau pulang sendiri, awas kalian berantem lagi, nanti aku gak bakal mau nemuin kalian lagi, pokoknya awas aja kalo ketauan." Atha menujuk mereka berdua.

Mereka memandang Atha, Athapun menghela nafas kasar.

"Sorry" ucap Dhitto memandang.

"Apa kalian mau janji gak mau berantem satu sama lain?" Atha polos.

"Janji??" Atha menujukkan kedua jari kelingkingnya di udara, Dhitto dan Dean saling menatap.

"Cepet" tegas Atha, agar mereka mau membalas kelingkingnya yang masih mengambang di udara itu.

Mereka menurut dan melingkarkan jari kelingkingnya di senja yang terbenam itu. Mereka bertiga menjadi diam dalam keanehan yang terjadi. Sungguh Atha mampu menyelesaikan semuanya dengan caranya yang unik.

Atha terseyum manis dan mengucapkan kata manis untuk mereka "lo semua sahabat gue yang baik".

"Bentar lagi gue mau lari, lo berdua gak usah ngejar gue, banyak yang suka sama kalian, please dengerin gue ya, bye!.." Atha melambaikan dengan senyuman manisnya dan berlari sekencangnya dengan rambut yang indah itu.

TBC

Heart disclosure [completed]Where stories live. Discover now