25. Hujan Deras

18 2 0
                                    

Hari itu semua amat runyam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari itu semua amat runyam. Dia merasa sangat lelah. Saat dia menaiki tangga, dia berkata kepada ibunya bahwa dia merasa sakit kepala. Diana menjatuhkan diri ke atas tempat tidurnya. Hanya suara jarum jam yang terdengar. Dia merasakan dirinya terbawa ke alam mimpi. Hanya kegelapan yang dia lihat.

Berjam-jam kemudian, dia kembali ke alam sadar oleh suara gemuruh di luar rumahnya.

Diana terbangun dan jantungnya berdetak cepat. Diana memperhatikan keadaan langit malam itu. Hanya kegelapan dan sesekali langit berkilat. Hujan turun sangat deras hingga tak terdengar nyata.

Diana juga tidak yakin jika dia sudah sepenuhnya bangun. Ponselnya bergetar lalu Diana mengambilnya tanpa berpikir.

'Hai, temanku.'

Petir mengguncang rumah dan jendela bergetar. Mendengar suara dari ponselnya seraya matanya terbuka lebar. Dia sadar.

'Aku bukan temanmu,' tegas Diana. 'Dan aku bukan siapa-siapamu lagi!' Diana merasa amarahnya bergejolak dan setiap kata terasa seperti uap dari mulutnya.

'Jadi begitu,' kata Vonny. Vonny tertawa. 'Aku, memiliki sesuatu yang baru untukmu'

Tawaran demi tawaran bermunculan. Selama perjalan pulangnya kemarin malam, Diana sudah meyakinkan dirinya untuk tidak lagi berbicara pada Vonny dan Widya. Dengan setiap langkah yang diambilnya, Diana mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia berjalan semakin jauh dan semakin jauh pula tekad Diana untuk melepaskan tali pertemanan mereka.

Tapi saat itu pula, Diana menyadari bahwa ada banyak hal yang harus didengar Vonny. Bagian diri Diana yang kukuh, sesuatu yang dia sendiri tidak tahu ternyata dimilikinya.

'Aku memiliki seseorang yang tahu siapa kalian sebenarnya,' kata Diana. 'Dan aku ingin berbicara denganmu secara langsung.'

'Bagus.' Sahut Vonny. 'Karena aku juga harus berbicara dengan orang yang tidak pernah mengerti dan hanya pura-pura mengerti tentang cinta.'

'Baik, temui aku di luar pada tengan malam.' Perintah Diana.

'Baik, Diana,'

Kemudian mereka menutup telepon.

Diana duduk di tepi kasurnya. Dia mencoba untuk menormalkan kembali napasnya. Dia akan menemui Vonny untuk terakhir kalinya. Dia akan mengakatan pada Vonny apa yang perlu dikatakannya. Lalu, selesailah semua.

Diana akan kembali ke dunia biasa tanpa masalah sihir, dengan Remi yang masih marah padanya dan satu hal yang sulit diterima Diana yaitu Brian yang tidak mencintainya. Entah itu memang kenyataan sesungguhnya. Entah bagaimana dia akan berhasil bertahan atas semua kenyataan itu. Hanya itu yang bisa diharapkannya.

***

Keep Reading Babes 🌈
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️

Jangan lupa meninggalkan jejak (vote, komen dan saran) untuk mendukung akun ini :)
Dukung juga sosok Diana yang lemah. Tapi ingat di balik kelemahan seseorang, pasti ada kekuatan lain.

Maka dari itu, author juga butuh kekuatan dari kalian para readers.
FYI: author ini Single. Itu saja. Single dari lahir. Itu saja.

Maka beri aku kekuatan. PLEASE!!
Semesta akan memberi berkat bagi kaum-kaum baik hati seperti kalian

-Cinta, Author.

(TAMAT) The Truth About Broken Heart (PART 1)Where stories live. Discover now