26. Botol Hitam dari Vonny

22 2 0
                                    

Diana menguatkan dirinya sendiri agar dia tidak takut lagi pada keadaannya. Tapi saat Vonny datang tengah malam, Diana merasakan ketakutan yang aneh di dalam pikiran dan juga tubuhnya.

Saat mata mereka bertemu di tengah cahaya bulan yang tertutup awan, tangan Diana mulai gemetar. Diana pun menahannya dengan mengepalkan tangannya.

"Kalian semua tidak memiliki hati," kata Diana. Diana menarik napas. Sekarang sekujur tubuhnya gemetar, bahkan dia sampai lupa bernapas. Dadanya terasa tertekan. Tapi itu bukan masalah.

"Lalu?" Vonny memiringkan kepalanya ke samping, terlihat penasaran.

"Setelah kamu menjelaskan tentang proses patah hati, aku pikir aku bisa melihat sisi positifnya. Tapi semua yang kamu katakan padaku tentang apa yang kamu lakukan hanyalah perlakuan yang penuh kejahatan dan tidak memakai hati. Dan aku tidak membutuhkan sihir untuk mengetahui apa yang harus aku lakukan. Semua sudah jelas."

"Dan mulai sekarang, aku akan melakukan segala sesuatunya sebisaku. Aku juga ingin kalian berhenti menyakiti orang lain lagi. Kalian memang tampak kuat. Dan, aku sadar, aku hanya gadis yang menyedihkan, aku hanya gadis yang patah hati tanpa pacar, tanpa teman dan tanpa sihir." Diana berhenti. Dia merasa lega sudah berani mengatakan apa yang dia rasakan.

"Itu saja, kamu bisa pergi dari sini. Selamat malam." Kata Diana.

Kemudian Vonny tersenyum. Vonny bertepuk tangan perlahan. "Luar biasa." Suara tepukan itu mulai bergema. "Kamu berhasil, mendapatkan semua sihirku sekarang."

"Vonny, aku tidak menginginkannya!" tegas Diana.

Diana berbohong. Tentu saja dia menginginkannya. Tapi bukan dengan cara seperti itu.

Dengan cepat Vonny mengulurkan tangan untuk meraih lengan Diana. Tapi Diana menolak untuk melangkah.

"Diana," panggil Vonny. "Apa yang kamu lihat semalam. Semua itu tidak nyata."

"Cukup Vonny. Kamu tidak perlu menjelaskan lagi padaku. Aku tidak bisa percaya padamu."

Vonny menggelengkan kepala. "Kita menguji kamu dengan hal itu. Karena aku ingin memberikan sihir pada orang yang memiliki nilai moral sehingga tidak menyalahgunakannya. Semalam adalah rangkaian percobaan untukmu. Lelaki yang kamu lihat hanya ikut memainkan peran yang aku perintahkan."

Diana belum bisa menyimpulkannya. Dia juga tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis atau terkesima. "Lalu?"

"Sebelum kita memberikan kamu sihir untuk kamu gunakan seorang diri, kita harus mengujiimu. Kita harus tahu apakah kamu pantas memiliki itu dan bisa mengatasinya atau tidak." Vonny tersenyum.

Vonny mengambil kotak hitam yang ada di dashboard mobilnya. Lalu dia mengulur tangannya kehadapan Diana. "Kumohon ambilah," kata Vonny. Suara Vonny terdengar berbeda dan seperti memohon.

"Baiklah." Sahut Diana.

Diana membuka tutup kotak hitam itu. Keadaan di dalam kotak tersebut berhasil membuat mata Diana silau.

Terdapat botol kecil seperti sampel parfum. Ada cairan di dalamnya. Diana mengambil botol kecil itu. Di sana dia melihat bayangan wajah Brian. Lekukan pipinya dan cekungan matanya.

"Apa ini?" bisik Diana.

"Minumlah," saran Vonny. "Setelah itu kamu akan melihat segalanya."

"Kamu pikir aku bodoh? Sehingga kamu bisa seenaknya menyuruhku?"

"Mohon, minum saja. Itu tidak akan menyakitimu. Aku tidak berencana meracunimu."

Meskipun kedengarannya gila, Diana tetap mempercayai Vonny. Diana mengangkat botol itu seperti akan bersulang tapi untuk dirinya sendiri. Apa pun yang terjadi, Diana menegak isi botolnya.

(TAMAT) The Truth About Broken Heart (PART 1)Место, где живут истории. Откройте их для себя