37. Diana dan Perasaannya

16 2 0
                                    

Saat Diana merasa lelah, dia berbaring di tempat tidur. Dia mulai diam dan membisu. Pikirannya ikut beristirahat di dalam kepalanya. Jantungnya yang utuh berdetak dengan stabil di dadanya. Diana merasakan lembutnya selimut di kulitnya. Kelembutan sarung bantal di pipinya. Dia membuka jendela dan embusan angin masuk, menggoyangkan tirai dan membawa aroma bunga.

Saat Diana menghirup udara yang segar, merasakan selimut yang lembut, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang bisa dijabarkan dengan sederhana. Dia merasa seolah dia sedang jatuh cinta.

Jatuh cinta setengah mati dan dicintai setengah mati. Bukan oleh sosok Brian, bukan teman-teman barunya atau siapa pun itu. Bukan. Dia jatuh cinta pada dunia yang sepenuhnya baru dan seluruh alam semesta.

Diana berpikir mungkin perasaan inilah yang dia alami sebelum dia lahir, bukan tubuh atau jiwa, tapi perasaan itu, cinta itu.

Sisanya hanya lapisan yang membungkus perasaan itu, sesuatu dari orang yang kita pikir diri kita dan apa yang kita pikir diri kita. Tapi pada intinya, kita hanyalah ini. Sesuatu yang tidak penting bahkan tidak nyata.

Dia tersenyum oleh pemikiran itu. Dia bertanya-tanya kenapa dia tidak pernah menyadari itu sebelumnya dan merasakan itu sebelumnya. Semua yang pernah membuatnya khawatir, gugup, takut atau sedih tidak lagi penting.

Bukan karena kehidupan tidak lagi berarti, tapi karena kehidupan terlalu berarti, indah dan berharga untuk disia-siakan seperti itu.

Semua perasaan cinta yang pernah dimilikinya untuk Brian, perasaan yang gila, naik, turun hingga berputar-putar seperti roller coster terasa konyol dan tidak penting. Dia memang pernah mencintai Brian. Benar-benar mencintai Brian dengan segenap hatinya, tapi dia mencintai Brian dengan cara yang naif dan penuh dengan pendambaan.

Dan kini, dia tidak bisa lagi mencintai dengan cara seperti itu. Dia tahu itu dan dia merasa lega karenanya.

Malam itu, Diana memikirkan semua orang yang ada di semesta ini, hati mereka yang hancur berdetak saat mereka berbaring di tempat tidur mereka. Diana merasa tersentuh oleh semua ini, merasa sangat sedih untuk mereka semua, hingga dia ingin menangis tapi juga ingin tertawa. Dia ingin memeluk mereka semua dengan penuh kehangatan dan kemudian membiarkan mereka pergi.

Diana pun terseret ke alam mimpi. Lalu dia bertanya-tanya apakah perasaan ini akan permanen untuknya, apakah dia bisa hidup dengan hati yang sangat kuat padahal sebelumnya hatinya hancur berkeping-keping.

(TAMAT) The Truth About Broken Heart (PART 1)Där berättelser lever. Upptäck nu