15. Perihal Widya

32 3 0
                                    

•Jangan Lupa Vote, Komen dan Saran. GBU 🌈🧚🏼‍♀️🙏🏼
•••

Saat bel berbunyi, Diana memasukan negatif filmnya ke kotak dan menyimpannya di lemari tempat penyimpanan dengan sangat lambat karena dia ingin menunggu Brian.

Akhirnya Brian keluar dari ruang gelap. Diana mencari kesibukkan saat siswa yang lain mulai keluar dari laboraturium.

Banyak sekali gerak-gerik yang dilakukan oleh Diana, seperti menjatuhkan negatif filmnya ke lantai dan sengaja berlama-lama mengambilnya. Diana juga memoles kembali bibirnya dengan pewarna bibir dengan lambat.

Diana menggaruk sikunya dengan waktu yang sangat lama. Saat Brian hendak pergi, Diana sengaja berjalan keluar dengan mendahului lelaki itu.

Brian mengejar Diana. "Hai, Diana," panggil Brian dengan tergesa-gesa. "Maafkan aku, tapi aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu dan aku tahu sekarang sudah terlambat tapi..."

"Menurutku semuanya belum terlambat," ujar Diana dengan cepat. Diana merasakan wajahnya merona. Kekosongan hatinya seperti terisi kembali hanya dengan berbicara dengan mantannya.

"Aku cuma mau bilang, aku benar-benar minta maaf karena memutuskanmu secara sepihak dan secepat itu. Mungkin semua terlihat mendadak untukmu, semua berakhir begitu saja. Aku hanya ingin kamu tahu jika..." Brian membungkam kembali. "Jika semuanya terasa mendadak. Hanya itu saja," Brian berbicara dengan suara lembut yang biasanya digunakan untuk memuji Diana. Tapi kalimat itu membuat hati Diana rapuh.

Kemudian mata mereka bertemu. Brian tersenyum sedih. Diana menyadari bahwa itu pertama kalinya Brian melihatnya sungguh-sungguh menatap matanya sejak Brian pergi untuk liburan semester.

Saat itu, kontak mata terasa begitu berarti. Tidak ada kata yang terucap. Pada saat itu Brian menatap langsung ke tengah mata Diana. Mereka berdiri di sana dan mata mereka saling terkunci. Perasaan yang dulu seperti muncul dengan sendirinya, seperti air terjun yang meluap dari hatinya. Pupil mata Diana melebar untuk memancarkan perasaannya pada Brian.

Brian, lelaki yang pernah mengambil fotonya, menceritakan banyak hal padanya, mengajari banyak hal padanya. Lelaki yang pernah memeluknya. Lelaki yang mampu membuatnya jatuh hati saat pertama kali mereka bertemu.

Tapi saat ini, Diana menyadari bahwa lelaki yang ada di depannya tidak pernah benar-benar dikenalinya. Tidak utuh dan sepenuhnya.

Jika Diana masih mengenal perasaannya terhadap seseorang yang berada dihadapannya, pasti dia paham tentang bagaimana mereka bisa berdiri di sana dengan mata saling terkunci dan baginya situasi itu sama seperti biasanya. Brian tidak merasakan hal yang sama. Tapi mungkin semua belum terlambat.

"Aku tak ingin membicarakannya lagi," kata Diana. Diana ingin bertanya apa yang dimaksud lelaki itu dengan 'mendadak'. Bagaimana mungkin semua terasa mendadak untuk Brian, padahal lelaki itulah yang memutuskannya. Brian tidak berbicara apa pun. Brian juga tidak menatap Diana lagi.

Brian berbicara dengan seseorang di belakang Diana. Diana berbalik. Ternyata Widya ada di belakang Diana. Widya berdiri di sana dengan dua gelas kopi yang ada di masing-masing tangannya. Diana merasa wajahnya merah karena malu. Mungkin saja dari tadi Widya mendengar pembicaraan mereka.

"Hai Widya," Diana tahu dia terdengar bersalah. Widya menatap Brian. Kemudian Widya dan Brian seperti sedang berusaha memahami sesuatu.

Widya menatap Brian sampai lelaki itu mengangkat bahu dan kemudian berbalik untuk pergi. "Sampai ketemu ya." Mata Brian bertemu pandang dengan mata Diana untuk terakhir kalinya sebelum lelaki itu beranjak pergi.

(TAMAT) The Truth About Broken Heart (PART 1)Where stories live. Discover now