"Masa sih?" ujar Vano santai. Cowok itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Buka CCTV gudang aja gimana, Bu? Biar jelas." ujar Vano semakin berujar. Cowok itu bisa mengendalikan suasana. Kadang bersikap sesuai apa yang dia inginkan.

Aletta dan beberapa siswi lainnya kalap. Dia menoleh ke arah Vano dengan tatapan tajam. "B-Bu, nggak bisa gini d-dong. Di gudang emang ada CCTV? Kan udah rusak ya gak?"

"Iya, Bu. Saya kira CCTV gudang rusak deh."

"Iya betul, please ..., Bu jangan ...," ujar salah satu dari mereka.

"CCTV nya nyala." Vano kini menoleh ke arah Bu Hayyan. Wanita paruh baya itu mengangguk.

Bu Hayyan tampak menghela napasnya. Dia berjalan ke arah ruang CCTV diikuti beberapa siswi yang terjerat kasus itu. Bu Hayyan meminta salah satu operator ruang CCTV untuk membuka rekaman yang ada di ruangan itu.

Dia agak tergelak akan rekaman video berdurasi beberapa menit. Benar-benar kasus pembullyan.

"Dengan alasan apa kamu melakukan itu?" ujar Bu Hayyan tampak menatap tajam ke arah Aletta. Dia menelan salivanya dalam-dalam.

"Saya-" ucapannya sedikit menggantung.

"Korban dimana?"

"Keysa di UKS, Bu." ujar Vano.

"Anak baru itu?"

Vano terdiam datar seraya mengangguk.

"Kalian sama melakukan hal itu juga kan?" ujarnya ke arah lima siswi yang lain.

"Kita-kita disuruh sama Aletta, Bu."

Aletta yang mendengar itu mendelik. Cewek itu menoleh ke arah teman-temannya. "Heh! Kok gue?!"

"Ya kan lo yang minta buat siksa dia!"

"Iya bener! Lo yang minta kita jadi kebawa-bawa."

"Sialan lo pada!"

"Lo yang sialan, Let! Kita jadi kebawa-bawa anjir!"

"Sumpah! Gue nggak mau orangtua gue dipanggil. Mampus gue."

"Lo pada arghhhh-"

Aletta tampak menjambak salah satu siswi yang beradu argumen dengannya. Cewek itu tampak kesal hingga beberapa temannya ikut adu jambak. Vano yang melihat itu membungkamkan diri seraya tersenyum sekilas.

"Akh! Sakit anjing! Lepas!"

"Nggak akan gue lepasin!" ujar Aletta kesal.

"Lepas, Let!"

"Letta lepas!" Teman-temannya mulai bersahut-sahutan.

"Aletta!" ujar Bu Hayyan lantang. Seketika beberapa temannya dengan kelu terdiam. Menoleh ke arah Bu Hayyan tanpa terkecuali Aletta. Cewek itu mendesahkan napas panjang dengan rambut yang awut-awutan.

"Kalian ibu skors untuk kasus pembullyan. Masih untung saya kasih skors daripada memberitahu orangtua kalian! Apabila kalian mengulanginya lagi, Ibu akan mengundang orangtua kalian untuk hadir kesini."

"Maaf, Bu." Salah satu teman Aletta berujar.

"Anak baru itu anak pemilik sekolah ini, jadi jangan bersikap semena-mena." Aletta yang mendengar itu melongo. Tangannya sedikit mengepal.

Huh, kali ini lo menang. Tapi besoknya lo ga bakal bisa menang dari gue.

Aletta tersenyum sinis.

"Aletta!"

"Ah iya, Bu?"

"Kalian juga Ibu hukum membersihkan toilet sekolah."

"What?" ujar Aletta kaget, lalu menoleh ke arah teman-temannya yang mendesahkan napas panjang.

"Nggak bisa gitu dong, Bu."

"Iya, Bu. Nggak bisa gitu!"

"Lakukan perintah Ibu, atau orangtua kalian Ibu panggil?"

"Please jangan, Bu."

"Iya, Bu."

"Laksanakan dari sekarang atau tambah lagi hukuman untuk kalian? Dan jangan lupa setelah pelajaran terakhir selesai kumpul di ruang BK untuk permintaan maaf," ujar Bu Hayyan membuat yang lain terkaget lantas mengangguk. Mereka mulai berlari kecil pergi ke toilet untuk melakukan perintah Bu Hayyan.

"Devano? Boleh pergi," ujar Bu Hayyan lantas mendengar itu Vano menganggukkan kepalanya.

"Permisi." Vano berjalan pergi dari ruangan itu. Dia mendesahkan napasnya. Vano tahu, Aletta pasti menyukainya sampai sekarang. Sikap obsesi? Atau apa entahlah, Aletta selalu ingin memilikinya sejak dia menginjak bangku SMP.

Vano memasuki ruang UKS. Cowok itu menatap Keysa yang tengah terlelap dengan wajah penuh lebam. Tatapan Vano sedikit menajam. Bayang-bayang Vanya kembali berkalut dalam pikirannya ketika melihat Keysa yang tampak memprihatinkan.

Gue bakal terus jagain lo, kapanpun gue mau.

Nya? Ini lo kan? Lo masih hidupkan?

Vano menggelengkan kepalanya. Dia mendesahkan napas panjang.

"Dia Keysa bukan Vanya, Van."

"Inget, dia bukan Vanya, adik lo. Dia cuma sekedar punya kemiripan. Nggak lebih dari itu, Van!" ujar Vano memukul-mukul kepalanya yang berpikiran aneh.


•••

TBC

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

M

as Devano yang cakep, kapan jadi suamiku?


Jangan lupa vote and comment ya!
Next!


KEYVANO [Selesai] On viuen les histories. Descobreix ara