7. Behind My Back

927 286 75
                                    

Aku menemui Bapak di markas sekuriti.
Kuceritakan semua kejadian aneh hari ini.
Mungkin aku perlu diterapi lagi
kali ini untuk kegilaan mendadak.
Tapi tolong bantu temukan Hiresa.


Bapak mendengarkan tanpa menyela,
ekspresi awalnya heran,
lambat laun cemas.
"Hiresa ke sini kemarin sore," ujarnya.
"Melamarmu. Bapak marahin dia."


Perlu waktu mencerna kata-katanya.
Melamarku untuk menikah?
Memarahi seperti kalau aku berbuat salah?


"Ya." Bapak berdiri.
"Kita bicarakan itu nanti.
Bapak ke hotelnya dulu.
Mungkin dia hanya jetlag dan bermimpi.
Kalau perlu, Bapak langsung ke kantor polisi.
Tidak, kamu istirahat saja di sini.
Pasti tidak mau disuruh pulang.
Belum makan juga?
Makanlah bekal Bapak.
Jangan membantah.
Cukup kita khawatirkan Esa,
jangan sampai kamu sakit pula."


Sepeninggal Bapak,
baru kurasakan lemas sekujur tubuh.
Makan dan berbaring, tidak membantu.
Otak dan perasaanku terlalu berkecamuk.


Hiresa melamarku.
Itu fakta.
Pengantin di hutan kota,
halusinasi, bukan?
Tapi keduanya berkaitan.
Lalu Bapak spesifik bilang,
Hiresa mungkin bermimpi.
Apa maksudnya?


Kunyalakan komputer di meja.
Kadang kupakai untuk tugas sekolah.
Tak pernah ingin tahu urusan Bapak.
Tapi sekarang kubuka emailnya.


Kalau benar,
Dokter Anna diminta Hiresa
kontak keluargaku,
pastilah dengan Bapak.


Ya, terekam komunikasi mereka.
Tidak sering, tapi teratur.

Bapak melaporkan perkembanganku
setiap aku berulang tahun,
meraih prestasi sekecil apa pun,
bahkan saat sakit,
panas tinggi yang tidak jelas penyebabnya.
Lengkap dengan foto-foto.

Dokter Anna menceritakan,
perkembangan Hiresa
sejak SMA hingga menjadi deaf linguist.
Lengkap dengan foto-foto.


Semua email bersubjek sama,
kecuali thread "Pinangan", kutemukan tak sengaja.
Dimulai lima tahun lalu, diperbarui setiap tahun,
Dokter Anna memintaku untuk putranya.
Tunggu sampai Aranza cukup umur, kata Bapak selalu.

Kenapa Bapak tidak melibatkan aku?
Kenapa Hiresa tidak pernah kontak aku sendiri?
Kenapa Bapak marah kepadanya kemarin?
Karena aku belum cukup umur?
Tidakkah Bapak lihat, aku bukan anak kecil lagi?

Di atas segala rasa dan gemuruh jantung,
aku ingin bertemu Hiresa,
in flesh.

PudarWhere stories live. Discover now