19. Belated

727 218 32
                                    

Untuk pertama kalinya,
Hiresa bersikeras.
Ia ingin menyelidik dulu ke kamar mayat,
alih-alih kembali ke tubuhnya.
"Apa yang kuingat
tidak sepenuhnya betul,
dan lelaki itu adalah korban seperti aku."

"Aku tidak peduli lelaki itu!
Tubuh Kak Esa lebih penting!"
kataku.

"Tapi aku tidak berdaya dalam tubuh sakitku," katanya nyaris merengek.
"Orang itu perlu ditolong."

Aku mengentakkan kaki.
"Gara-gara dia, aku nyaris kehilangan Kak Esa."
Kutarik ia ke ruang ICU.
"Lihat! Apakah ini akan jadi pertemuan yang terlambat?"

Hiresa memandangi tubuhnya dan tubuhku, bersisian,
bergandengan.
Dokter Susi dan keluargaku menunggui.
Baru 10 menit aku pergi, ternyata.
Tapi itu sudah cukup lama.
Kakek cahaya muncul
berpendar lemah.
Hiresa menyadarinya.

"Bagaimana mungkin Kak Esa lebih memikirkan begal itu?" kataku,
masih kesal.

"Dia bukan perampok atau begal," bantahnya.

"Baiklah, aku yang akan menolongnya,
setelah bangun nanti.
Setelah Kak Esa kembali ke tubuh.
Sekarang!"

"Kamu sudah bisa mengaturku."
Hiresa bersungut-sungut.
"Nasibku, dapat calon istri keras kepala dan galak.
Lagian, pertemuan kita tak pernah terlambat."
Tapi ia patuh,
naik ke ranjang.

Mesin-mesin menyala
berdengung lembut,
saat tanda-tanda vitalnya
mulai terbaca.

Ruang ICU seketika hidup,
dokter dan perawat
melanjutkan tindakan terhadapnya.

Tusukan di perut,
benturan di kepala,
patah kaki,
kehilangan banyak darah,
separuh badan terendam  di sungai.
Semoga fisiknya kuat menanggung.
Berjuanglah, Kak Esa.
Aku tunggu.

Kembali ke tubuh fisikku,
kuminta,
Kak Fatah menjelaskan,
pengakuan Darlina
dan orangtuanya.

"Hiresa berada di tempat dan waktu yang salah.
Darlina diperlakukan kasar oleh pacarnya, Rudy,
Hiresa melerai
menjadi sasaran kemarahan lelaki itu.
Darlina memanggil ayahnya,
tapi terlambat,
Hiresa sudah tergeletak,
Rudy sedang mengambili barang-barangnya,
Pak Mulya memukulnya roboh,
ternyata fatal.
Karena ketakutan,
Pak Mulya membuang tubuh mereka, 
mengira Hiresa sudah tewas juga.
Belakangan, istrinya mengaku
memaksa suaminya
melakukan itu,
alih-alih melapor ke polisi."
Kak Fatah menggeleng.
"Banyak kejanggalan, Aran.
Polisi masih menyelidik."

Kamar Mayat, pikirku,
kuncinya ada di sana.

Kamar Mayat, pikirku,kuncinya ada di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






PudarWhere stories live. Discover now