15. The First and To Die For

780 243 36
                                    

Hiresa bergantung padaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hiresa bergantung padaku.
Aku jadi ingat,
apa yang harus kutanyakan.
"Kak Esa, di mana tubuhmu?"

Hiresa menatapku sedih.
"Coconut, kukira kamu sudah memilih,
tinggal di sini bersamaku
seperti ini,
bahagia."

"Kak Esa!" tukasku.
"Kita harus kembali ke tubuh fisik.
Ingat, kata kakek itu, Kak Esa,
aku akan menyelamatkanmu.
Jadi, itu yang harus kulakukan."

"Tapi aku ingin bersamamu...."

"Ya, di dunia fisik.
Aku harus tahu
di mana tubuhmu!"
Suaraku bergetar.
Mulai resah
Hiresa tidak segera menjawab.

"Kamu cinta pertamaku, Aranza."
Ia seperti mengigau.
"Cintaku selamanya."

Kukeraskan hati agar tidak menangis.
"Kak Esa, dengar!
Aku akan membawamu pulang
dalam keadaan hidup.
Kalau benar aku cintamu
bantu aku menemukanmu."

Hiresa mendesah,
menunjuk ke seberang sungai.
Tempat kegelapan berkuasa.

Aku terkesiap.
Siluet cahaya
seorang kakek duduk bersila
tertangkap mata.

Karenanya aku dapat melihat
tubuh Hiresa tergeletak di sisinya,
dengan posisi kaki
tertekuk tak wajar.

"Itu Kakek yang menuntunku kepadamu."
Hiresa menjelaskan, takzim.
"Tapi lihat, cahayanya meredup.
Jika ia lenyap, berarti tubuhku tak berguna lagi."

"Kalau begitu cepat kembali, Kak Esa!"
Kutarik tangannya, berlari ke jembatan.

Hiresa menahanku.
"Tunggu, Aranza!
Lihat di sisi lain tubuhku!"

Mataku memicing.
Kegelapan pekat itu
adalah sosok membungkuk,
menoleh ke arahku.
Wajah kekasih Darlina
menatapku sengit.

Aku menjerit.
"Aku kenal dia.
Kenapa dia menungguimu juga?"

Air mata Hiresa menetes.
"Dia menjadi arwah tersesat,
masih bertekad
menghabisi aku,
kalau aku kembali ke tubuhku.
Lebih baik aku di sini.
Bersamamu.
Jangan tinggalkan aku, Aranza."

Kusambut tangan Hiresa.
Meyakinkannya.
"Kenapa kakek itu diam saja?
Kenapa tidak mengusirnya?
Dia menjaga tubuhmu, kan?"

Hiresa tersenyum, menggeleng.
"Kakek itu indikasi Takdir, Aranza.
Hadir saat aku lahir,
Menunjukkan jodoh,
dan pudar pada waktunya."

"Apa  yang terjadi padamu
malam itu?"
Aku kembali ke awal.

"Lelaki itu merampokku.
Aku melawan,
dia memukulku.
Akan terus memukulku,
kalau seseorang tidak merobohkannya.

Aku tidak tahu siapa penolongku.
Kami dibawa dengan bus.
Dan di sinilah kami."

Darlina dan ayahnya....

Darlina dan ayahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


PudarWhere stories live. Discover now