27. Sakit

34 4 0
                                    

BAB DUA PULUH TUJUH

Saat aku membencimu, kamu mendekatiku. Saat aku mulai menyukaimu, kamu perhatian padaku. Dan saat aku bergantung padamu, kamu membuatku jatuh.

-Zhevanya Anastasya Bimantara-


Kesesokan harinya, Gilang tidak menemukan Vanya ada di rumahnya ketika ingin mengajaknya berangkat sekolah. Bi Minah bilang kalau Vanya sudah berangkat lebih dulu. Sesampainya di sekolah, Gilang harus menelan kekecewaan bahwa ternyata gadis ceroboh itu bolos sekolah. Belasan pesan yang ia kirimkan semalam juga tidak ada yang direspon. Membuat cowok itu cemas luar biasa.

"Lo kenapa sih? Dari tadi gerak-gerak mulu kayak cacing kepanasan?" Andre akhirnya bertanya juga karena jengah melihat tingkah sahabatnya yang tidak bisa diam sedari tadi.

"Lo tau nggak kira-kira si Vanya nggak masuk sekolah kenapa?" Gilang balas bertanya.

"Lo waras nanya gitu ke gue? Kan lo yang pacarnya. Harusnya lo tau dong kemana si Vanya kabur? Gimana sih? Aneh lo!" Andre menyandarkan punggungnya di kursi seraya melirik sekilas guru matematika yang menerangkan di depan kelas. "Lagian gue masih kepo, lo punya utang penjelasan ke gue terkait insiden perkelahian kemarin di SMA Garuda. Gila aja lo! Nyerang di kandang lawan. Nggak habis pikir gue. Emang ada apaan sih sampe lo jagi kayak babi liar gitu? Nggak terkendali seperti biasanya? Apa karena Vanya?" Andre menebak.

Gilang hanya diam.

"Oke, gue anggep diamnya lo itu artinya 'iya'. Sebenarnya ada masalah apa sih diantara kalian bertiga?"

"Gue nggak bisa jelasin sekarang. Nanti kalau waktunya udah tepat, gue bakal cerita ke lo."

Andre menghembuskan napasnya, kesal tentu saja. Tapi ia masih bisa memaklumi. Yang sedang ia hadapi adalah Gilang, cowok cakep yang baru pertama kali suka sama cewek. Lihat aja sekarang, betapa bucinnya pentolan SMA Pancasila itu.

Hingga pulang sekolah, Gilang masih belum bisa menghubungi Vanya. Ia juga tidak tau dimana keberadaan gadis itu. Ia bahkan nekat bertanya kepada wali kelas mengenai alasan Vanya tidak masuk hari ini. Dan info yang ia dapat dari wali kelas adalah bahwa Vanya absen sekolah karena sakit! Vanya sakit? Tapi kenapa tadi kata Bi Minah Vanya sudah berangkat sekolah?

Akhirnya Gilang memutuskan untuk kembali ke rumah Vanya setelah selesai menuntaskan tugas hukumannya membersihkan aula.

"Mbak Zheva sebenarnya memang nggak masuk sekolah, mas Gilang." Bi Minah menjawab sambil menunduk, merasa bersalah.

"Berarti seharian ini dia ada di rumah, Bi?"

Bi Minah mengangguk.

"Saya boleh ketemu sama Vanya, Bi?"

"Jangan!" Bi Minah menjawab cepat. Kemudian kembali menunduk. "Mbak Zheva nggak mau ketemu sama Mas Gilang katanya. Bibi rasa sebaiknya Mas Gilang datang lain kali aja. Mbak Zheva memang begitu anaknya. Suka keras kepala. Jadi nggak bisa dipaksa, Mas." Bi Minah menjelaskan.

Gilang mengacak rambutnya frustasi. "Tapi dia baik-baik aja kan, Bi? Dia mau makan kan?"

Bi Minah menggeleng sedih, "Dari kemarin Mbak Vanya nggak mau makan, Mas. Semalem nangis terus. Habis itu ngurung diri di kamar. Bibi juga sudah berusaha supaya mbak Vanya mau makan. Tapi sampai sekarang belum berhasil."

"Yaudah kalau gitu biar saya saja yang bujuk." Gilang sudah akan melangkah masuk rumah tapi kembali dicegah oleh sang pembantu.

"Serius, Mas. Jangan! Mbak Vanya kalau memang nggak mau ketemu sama orang, beneran nggak mau. Mending Mas Gilang kesini lagi saja besok. Bibi juga akan bujukin Mbak Vanya biar mau makan malam ini."

Glass BeadDonde viven las historias. Descúbrelo ahora