23. Stuck In The Moment

20 2 0
                                    


BAB DUA PULUH TIGA

Aku mulai merasa ada yang aneh dengan jantungku. Saat aku diam menatapmu, jantungku serasa melompat-lompat seperti tengah berlari. Dan aku tidak ingin mengakui ini. Tapi, mungkinkah aku mulai menyukaimu?

-Azeral Gilang Fahmi Prasetyo-


Gilang membiarkan Vanya diam di dalam mobil sambil mengamati rumah mungil di depannya. Ini hari Minggu dan mereka sepakat untuk melakukan belajar terakhir sebelum mengikuti olimpiade biologi besok Senin. Dan karena ambisi gadis itu untuk bisa memenangkan olimpiade -yang sebenarnya tidak menarik sama sekali menurut Gilang- hingga membuat Vanya kegirangan luar biasa saat mendapati kalau Aji, suami Arini yang seorang dokter itu bersedia untuk membantu belajar di rumahnya.

Saat Aji menyanggupi akan membantu mereka belajar tempo hari, Gilang hanya bisa menghela napas melihat betapa senangnya Vanya bisa belajar dengan kakak iparnya itu. Dan tentu saja, di sinilah mereka sekarang, di depan rumah sang kakak yang kata orang-orang punya wajah super imut dan baby face itu.

Gilang masih sabar menanti gadis yang duduk di samping kemudi ketika akhirnya gadis itu bersuara, "Kita pernah datang ke sini sekali kan?"

"Hmm."

"Yang waktu itu kita kehujanan itu kan?" Vanya kembali bertanya.

"Hmm." Sejak kapan cewek ceroboh itu kena amnesia?

"Aku baru sadar kalau tidak hanya pemiliknya saja yang punya wajah imut. Ternyata rumahnya juga sama imutnya. Jadi kita beneran akan belajar di sini?"

Kali ini Gilang menghembuskan napas kasar, "Lo sendiri kemarin yang ngotot banget pengen belajar bareng mas Aji kalo lo lupa."

Vanya meringis mendengar jawaban ketus Gilang, "Jadi kita masuk sekarang?"

Gilang hanya diam lalu segera keluar mobil diikuti Vanya. Cowok itu memencet bel sebanyak tiga kali, tapi belum juga ada yang keluar untuk membukakan pintu. Karena tidak sabaran, akhirnya Gilang mengayunkan gagang pintu dan tentu saja pintu itu langsung terbuka. Itu artinya sang kakak ada di dalam rumah.

Dengan langkah santai Gilang memasuki rumah imut itu diikuti Vanya di belakang.

"Kak Aji orangnya ramah kan? Dia nggak galak kan?"

"Dia baik kok. Ramah juga." jawab Gilang masih terus melangkah memasuki rumah lebih dalam.

"Eh kita mau kemana? Kok langsung masuk aja sih, Lang? Kita nggak belajar di ruang tamu aja?"

"Udah deh diem aja. Jangan berisik-" dan langkah kaki Gilang langsung terhenti saat cowok itu melihat pemandangan di depannya.

Di sana, di sebelah kulkas di dalam dapur ia melihat Arini dan Aji sedang berciuman. Kalian dengar? Berciuman! Mereka berciuman di depannya! Pantas saja tidak ada yang dengar saat ia memencet bel berkali-kali!

Detik selanjutnya Gilang merasa punggungnya ditabrak seseorang.
"Aduh! Lo kalo mau berhenti bilang dong. Sakit tau-" Vanya langsung memekik saat melihat pemandangan itu.

Dengan cepat Gilang membalik tubuh Vanya lalu menutup mata gadis itu dengan tangannya. Tak lupa dengan tangan yang lain cowok itu menjatuhkan kursi makan lalu segera menarik Vanya keluar dari tempat panas itu. Kalau kakaknya mengerti, itu adalah sebuah kode untuk Arini dan Aji supaya segera menghentikan kegiatan mereka.

Dua remaja itu duduk pada sofa ruang tamu dengan suasana canggung yang sangat terasa. Dengan mengumpulkan keberanian, dilihatnya Vanya tampak gelisah dan itu membuat Gilang tersenyum kecil.

Glass BeadWo Geschichten leben. Entdecke jetzt