16. Definisi Suka

27 2 0
                                    

BAB ENAM BELAS

Katanya, Satu + satu = Dua
Kataku, Aku + kamu = Kita

Boleh nggak sih, aku bikin teori kayak gitu? Karena sepertinya aku sudah mulai lelah dengan deretan rumus matematika.

-Zhevanya Anastasya Bimantara-


Gilang melirik kesal Andre yang dengan tidak tau dirinya asyik bermain PSP di atas ranjang sambil makan keripik singkong hingga membuat ranjangnya kotor dan berantakan akibat ulah teman ajaibnya itu.

“Lang, ambilin minum dong. Lo gimana sih, masa ada tamu nggak diperlakuin dengan baik dan benar. Es sirup rasa melon ya, Lang. Es batunya agak banyakan. Panas tenggorokan gue nih.” Perintahnya tanpa mengalihkan tatapannya pada layar PSP.

Gilang mendengus lalu melepas kemeja sekolahnya dan ia lemparkan ke kepala Andre, membuat cowok itu memekik kaget.

“Sialan lo, tuh kan mati kan gue. Ck.” Sewot Andre sambil membuang kemeja Gilang ke lantai. “Kalo nggak mau ngambilin ngomong dong. Gue ambil sendiri elah.”

Andre beranjak turun dari ranjang, “Lo mau gue ambilin sekalian nggak, Lang? Eh nggak usah ding. Emang gue pembantu?” ia akhirnya benar-benar melangkah pergi meninggalkan kamar Gilang sambil berteriak, “Bundaaaaaaaa…  Gilang jahat, Bun! Masak aku main ke rumah nggak dikasih minum?” dan suara itu akhirnya hilang teredam jarak.

Gilang mengabaikan suara berisik temannya. Cowok itu kembali mendengus saat melihat bentuk kamarnya yang super berantakan karena ulah Andre yang sudah mirip anak TK tersebut. Tatapannya lantas beralih pada meja kecil di samping ranjang yang di atasnya terdapat dua gelas jus mangga, sepiring gorengan dan satu stoples  wafer rasa pandan. Gilang menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ini yang dia bilang tidak memperlakukan tamu dengan baik?

Cowok itu menuju lemari baju kemudian mengambil kaus warna biru elektrik dari sana. Ketika berbalik ia terlonjak melihat Andre sudah berdiri tepat di depannya.

“Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?”

Bukannya menjawab, Andre malah mendekat sambil memelototi perut Gilang yang sedang telanjang dada. “Satu, dua, tiga, empat, lima, en-“

“Woi, gila lo. Jangan pegang-pegang! Dasar otak mesum lo.” Teriak Gilang saat jari telunjuk Andre dengan tanpa dosanya menyusuri dan menghitung kotak-kotak yang tercetak di perutnya.

Gilang lantas memakai kausnya dengan cepat bersamaan melangkah menjauh dari manusia aneh di depannya ini.

“Gue heran, lo kan masih SMA tapi udah punya kotak-kotak gitu di perut. Ada enam juga. Iri gue. Padahal gue juga sering olahraga, tapi cuma punya dua kotak.” Gumamnya sambil mengusap dagu.

Mengabaikan kata-kata tidak penting Andre, Gilang duduk di kursi sambil menyisir asal rambutnya. Ia baru selesai mengantar Arini pulang dari kampus dan sudah mendapati Andre berada di dalam kamarnya sambil asyik bermain PSP miliknya.

Meskipun Gilang tau kalau sahabatnya itu akan datang ke rumahnya untuk mengajak keluar membeli pakaian yang akan dikenakan Andre pada pesta ulang tahun Shilla besok. Cowok itu memang sudah mengatakan pada Gilang akan datang. Tapi tanpa tau jam berapa Andre akan bertamu, saat sampai rumah, Gilang malah sudah  mendapati manusia ajaib itu tengah tiduran di atas ranjang.

“Lo nggak mandi dulu, Lang?”

“Nggak usah, males mandi gue. Lagian keluarnya juga sama lo.”

“Yaelah, sakit hati gue. Mentang-mentang keluarnya sama gue lo nggak mandi. Coba aja kalo jalannya sama si Vanya, gue yakin bisa habis itu parfum satu botol.” Andre merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. “Lagian kenapa lo nggak ngaku aja sih kalo pacaran sama Vanya? Nggak bakalan gue ledekin kok, beneran.”

Glass BeadWhere stories live. Discover now