K&Q S.3 - 6

Mulai dari awal
                                    

"Siapa namanya?" tanya lelaki itu dingin.

"Queenza." Myria tersenyum. "Tapi kami sering memanggilnya Ratu."

Selama beberapa detik yang mendebarkan, lelaki bermata cokelat madu di hadapan Myria tak memberi tanggapan. Myria mulai waswas lelaki itu menyadari kebohongannya.

"Dia sedang tidak ada di rumah." Tiba-tiba lelaki itu berkata, membuat Myria merasakan perasaan lega memenuhi dadanya.

"Kapan dia kembali?"

"Aku tidak tahu. Mungkin beberapa bulan lagi. Jadi sebaiknya kau kembali tahun depan."

Refleks bibir Myria mengerucut kesal. "Aku jauh-jauh ke sini karena merindukan teman lamaku. Kau siapa? Enak saja menyuruhku datang lagi tahun depan."

"Aku yang menempati rumah Queenza sampai dia kembali. Jadi berhenti datang dan mengawasi rumah ini seperti pencuri." Lelaki itu menyembunyikan nada kesal. Lalu tanpa menunggu tanggapan, dia berniat melewati Myria kembali ke dalam rumah.

"Tunggu dulu! Sebenarnya Queenza di mana? Bisakah kau berikan aku alamat barunya saja?"

Kesabaran Kenzie mulai habis. Suasana hatinya sudah sangat buruk sejak Queenza menikah. Dia sama sekali tidak butuh gangguan kecil semacam ini.

Dengan menahan rasa kesalnya, dia menolehkan kepala menatap wanita berambut panjang itu. "Dia ada di tempat yang sangat 'jauh' sekarang. Tempat yang tidak mungkin kau capai. Jadi sebaiknya pulanglah dan ikuti saranku."

Dengan sifat keras kepalanya, Myria melipat kedua tangan di depan dada. "Kalau begitu berikan aku nomor ponsel Queenza saja."

"Dia tidak punya ponsel."

Myria menipiskan bibir. Andai dia tidak sedang menyamar menjadi manusia, pasti menyenangkan menggunakan salah satu mantranya pada lelaki sombong itu. "Kalau begitu nomor ponselmu saja. Jadi aku bisa menghubungimu menanyakan kapan Queenza pulang."

Kenzie berbalik sepenuhnya menghadap wanita yang menurutnya keras kepala itu. "Aku tidak memberikan nomorku pada orang asing."

Myria menghembuskan napas keras menahan kesal. "Kalau begitu aku yang akan memberikan nomorku padamu."

"Aku tidak tertarik menerimanya." Lalu tanpa menunggu tanggapan lagi, Kenzie berbalik lalu berjalan meninggalkan Myria yang ternganga di belakangnya.

"Dasar sombong!" umpat Myria kesal sambil mengentakkan kaki. Tapi dia buru-buru berhenti seraya memegang kepalanya yang mendadak pening.

Sejujurnya Myria belum sembuh benar. Tapi dia sudah bisa menggunakan kekuatan penyamarannya dengan maksimal. Karena itu Myria tak membuang waktu untuk segera beraksi.

Namun lagi-lagi dia harus kembali dengan tangan kosong. Beruntung selama beberapa hari ke depan dia tak harus kembali ke kastil dan bertemu sang Ayah. Thane memberinya kesempatan untuk memilih tempat tinggal tak jauh dari rumah Queenza. Jadi dia tak perlu memberi laporan tak berguna yang hanya akan memancing kemarahan Thane.

***

Queenza memasuki ruang kerja Kingsley tanpa mengetuk pintu. Senyum di bibirnya tersungging melihat Kingsley tampak sangat sibuk dengan tumpukan kertas di mejanya.

"Selamat siang, Yang Mulia," sapa Queenza dengan senyum geli.

Kingsley juga menahan senyum geli namun tak mengangkat kepala dari laporan yang tengah dia baca. "Tolong jangan menggangguku, Ratu. Masih banyak yang belum kuselesaikan."

Akhirnya tawa kecil Queenza lepas. Mengabaikan ucapan Kingsley, dia duduk di lengan kursi yang Kingsley tempati lalu kedua lengannya melingkari leher lelaki itu. "Kau tahu? Melihatmu seperti ini lebih seperti pemilik perusahaan besar dan bukannya seorang kaisar."

Kingsley menyeringai lalu mendongak seraya mencuri satu kecupan di bibir Queenza sebelum berucap, "Kalau-kalau kau lupa, Ratu. Dulu aku juga membaca banyak sekali dokumen yang sebagian besar isinya keluhan rakyatku atau laporan dari para menteri."

"Hmm... begitukah?"

Kingsley berdecak lalu kembali menunduk memilah dokumen mana yang hendak diperiksanya lebih dahulu. "Sepertinya dulu kau kurang memperhatikan suamimu."

Kembali Queenza tertawa kecil. "Itu terdengar seperti gerutuan."

"Memang." Kingsley menunduk. Kali ini melabuhkan satu kecupan di lengan Queenza yang masih melingkari lehernya. "Aku akan selesaikan ini dulu. Nanti aku akan menemanimu."

"Istirahat sekarang. Sudah waktunya makan siang." Lalu Queenza terdiam dengan pandangan menilai ke arah Kingsley.

"Sebentar lagi." Kingsley menoleh saat menyadari tatapan Queenza. "Apa?"

"Hmm, sepertinya kau semakin dewasa."

Salah satu alis Kingsley terangkat. "Apa sebelumnya aku masih anak-anak?"

"Ya. Tubuh orang dewasa tapi pikiran bocah. Sudah berapa lama kau tidak main game atau nonton film?"

Mendadak raut wajah Kingsley berubah sedih. "Tolong jangan ingatkan aku. Aku harus mati-matian menahan diri."

Tawa Queenza pecah. "Pasti itu sangat berat."

"Ayolah. Masih banyak yang harus kubaca. Terutama surat keluhan ini. Rencanaku melakukan pembangunan di Immorland mendapat banyak tentangan.

Kali ini Queenza yang mencium bibir Kingsley gemas. "Itu sebabnya Anda harus istirahat makan siang, Yang Mulia. Untuk menjernihkan kembali pikiran Anda. Agar Anda bisa bijak dalam menanggapi keluhan rakyat."

Akhirnya Kingsley mendesah. "Sudah kuduga kau tidak akan berhenti hingga aku menurut."

"Aku tidak akan berhenti karena ini demi kebaikanmu. Walau kau tidak akan mati kelaparan, tapi kau juga tetap butuh istirahat sejenak dari pekerjaan."

Kingsley menahan senyum geli, teringat bahwa wanita di hadapannya sama sekali tak berubah meski raganya sudah tercampur aroma manusia yang pekat. Dia masih tetap Queenza yang sama. Wanita yang Kingsley cintai. Di kehidupan lalu maupun yang sekarang.

"Oke. Kau mendapatkanku."

Queenza menyeringai lalu menegakkan tubuh seraya melepas pelukannya. "Kalau begitu aku tunggu di ruang makan. Tidak boleh lebih dari lima menit."

Kingsley mengangguk. Begitu Queenza keluar dari ruang kerjanya, Kingsley berdiri lalu membereskan dokumen-dokumen yang terbuka. Tapi mendadak gerakannya terhenti saat setetes cairan merah pekat jatuh ke atas mejanya.

Kingsley tertegun masih dalam posisi menunduk. Menatap bingung cairan merah pekat itu. Lalu tiba-tiba tetes merah itu diikuti tetes yang lain. Dan lebih banyak. Hingga akhirnya dengan ragu Kingsley menyentuhkan jemarinya ke bawah hidungnya sendiri lalu melihat jemarinya yang terasa lengket dan basah.

DEG.

Itu darah. Dari hidungnya.

Sebenarnya apa yang terjadi?

------------------------

Tabungan partku makin menipis. Jadi g bisa update tiap hari lagi 🤧

~~>> Aya Emily <<~~

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang