bab 10 - Naura; GUE NGGA GALAU

70 8 0
                                    

Teman itu tau, kapan dia harus ada untukmu saat senang dan kapan dia harus menemani masa-masa sulitmu di waktu tertentu. Tapi kalau cinta itu beda, dia bakal selalu ada di saat kamu seneng, sedih, bahagia, hancur, bahkan rapuh sekalipun tanpa kenal waktu.

(a/n: gw juga ngga tau barusan gue nulis apaan🤣)

~COME ON~

[Naura Hildania Ayeesha]

Gue mengunci rapat pintu kamar dan juga jendela. Dinyalakannya layar laptop yang menampilkan video dance blackpink yang mengalun dengan full volume.

Pandangan gue menatap lurus ke layar laptop. Tapi pikiran gue melayang tinggi entah kemana. Tangan kanan gue sibuk memasukkan Snack Cheetos ke mulut. Sedangkan tangan kiri gue memegang tissu untuk mengelap air mata yang sedari tadi meluncur deras membasahi pipi.

Gue juga ngga tau, gue ini lagi kenapa. Padahal lagu blackpink yang mengalun tuh genre nya ngebeat, eh gue sendiri yang nonton malah jadi melow.

Ponsel gue sengaja dimatikan, lalu gue taruh di dalam laci. Rasanya malas untuk sekedar mengaktifkannya.

Sedari jam setengah enam, saat Nander mengirim sesuatu di grup. Sejak saat itu, atmosfer di kamar gue mendadak berubah begitu saja.

Sejak gue yang tak sengaja melihat snap instagram Mas Bill, bayangan seorang wanita cantik yang belakangan ini menjadi alasan kenapa Mas Bill jarang ada waktu buat anak-anak Seni Musik pun juga mengusik ketenangan gue.

Ah anjir, masa' si gue galauin om om kayak Mas Bill?

Gue pun segera menggelengkan kepala dengan cepat. Beberapa kali mengerjap mencoba kembali ke alam sadar. Lalu segera mematikan laptop dan beranjak dari tempat tidur.

Gue keluar dari kamar, "Ah kebetulan Mineh! Bersihin kamar gue sekalian yaa" ucap gue pada Minah yang kebetulan lewat depan kamar gue sambil memegang sapu

"Oke, Em.. Neng Hilda abis nangis ya?" tanya Minah

"A- gue.. gue.. Abis nonton drakor" jawab gue mencoba biasa saja, tapi gagal

Sebelum mendengar pertanyaan-pertanyaan aneh yang keluar dari mulut Minah, gue lebih duluan beranjak ke kamar sebelah-- kamarnya Naufal.

"Gue mau ikut mabar dong!" ucap gue

Membuat Naufal dan Andre-- yang malam itu ada di kamar Naufal-- jadi menoleh ke arah gue sekilas.

"Kenapa lo? Tumben" ujar Naufal tanpa mengalihkan pandangannya pada layar komputer

"Pen main aja" jawab gue singkat

Gue mendengus kesal, komputer di kamar Naufal cuma ada dua. Dan keduanya lagi dipakai buat ngegame semua. Padahal gue lagi pengen ngegame malem ini.

"Gantian dong Bang..." ucap gue sambil duduk lesehan di sebelah Naufal, menggerak-gerakan lengan Naufal tapi tetap saja cowok itu tak beraksi apapun

"Bangg...."

"Hmm" jawab Naufal hanya berdehem singkat

"Abangg gantiannn" kali ini gue bicara di telinga cowok itu persis

Membuat Naufal mengusap telinganya dengan kasar. Lalu menyerahkan mousenya ke gue. Dan bertukar posisi duduk dengan gue.

Membuat gue tersenyum bahagia dan segera melanjutkan permainan dengan fokus.

Sebenarnya bukan sekali dua kali gue bermain game begini-- apalagi mabar sama Naufal kalau ngga Andre-- dan gue lebih jago main lagi saat keadaan hati sedang hancur-hancurnya. Kayak sekarang, istilahnya game tuh pelarian terbaik bagi gue.

ELDER [Complited] ✅Where stories live. Discover now