bab 24 - Manar; FOURPLAY IN YOUR AREA

8 3 0
                                    

Suka atau tidak, kamu harus mengakui bahwa perasaanmu telah jatuh padanya.

~HAPPY READING~

Now Playing : Labirin - Tulus

[Manar Fuadi Rafsanjani]

Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya. Hari-hari gue berlalu dengan akhir yang masih sama, terjebak labirin yang entah ada dimana ujungnya. Sekeras apa pun gue mencoba mengulik kebenaran, yang ada hanya gue yang semakin tersesat terlalu dalam.

Hari ini adalah hari ke tujuh sejak awal menghilangnya Naura. Dan hari ini juga tepatnya festival band diadakan. Meskipun kemungkinannya satu banding seribu, gue berharap Naura menerima tiket pemberian gue dan bisa liat gue tampil nantinya.

"Sekarang Manar jadi sad boy yaa, sedih banget gue liatnya" sindir Nander

"Berisik lo"

"Ck, siap-siap njir, abis ini kita" ucap Xavier yang baru saja melongok keadaan luar dari balik backstage

Membuat gue dan yang lain segera bersiap-siap untuk naik keatas panggung. Gue meraih botol minum di dekat Liana, mencoba menenangkan diri karena sedari tadi gue cukup gugup. Ini adalah penampilan pertama gue di acara besar seperti ini, biasanya mah gue cuma tampil pas pensi sekolah aja.

Suara pembawa acara yang meneriakkan nama Fourplay membuat gue dan yang lain segera mengerubung membentuk lingkaran kecil. Pak Bill memberikan kata-kata semangat dan motivasi sebelum kami bertos ria bersama serta saling memberikan semangat.

Setelah itu gue dan yang lain segera menuju ke atas panggung. Riuh sorakan dari penonton didepan panggung sebelah kanan adalah yang paling mendominasi. Sebagian besar anak SFS berkumpul dan menyoraki nama Fourplay berkali-kali secara kompak disana.

Gue dan yang lain mulai memposisikan dirinya masing-masing di atas panggung. Liana mulai mengambil alih mikrofon dan menyapa para penonton sembari menunggu gue dan yang lain siap.

Nander yang sudah siap dengan gitar dan stand miknya menoleh kearah gue yang hanya gue balas dengan acungan jempol saja. Lalu Xavier yang sudah duduk dan merapikan drumnya hanya menganggukkan kepalanya singkat, pertanda dia sudah bersiap. Kemudian Nander berdeham pada Liana, memberikan kode untuk segera memulai.

Musik telah dimainkan, suara merdu Liana pun mampu membuat riuh penonton makin bersemangat saat mendengar lagu familiar yang tengah dinyanyikan.

"Selalu ada cerita.. tersimpan dihatiku..."

"Tentang kau dan hujan, tentang cinta kita yang mengalir... Seperti air..."

Siang ini langit tampak sedikit mendung, tapi sama sekali tidak membuat semangat yang lain jadi mereda. Mereka justru semakin menggila sambil bersenandung riang mengikuti suara Liana yang menyanyikan lagu Hujan dari Utopia.

Setelah lagu pertama selesai, lalu dilanjutkan lagu kedua yang akan gue dan yang lain tampilkan.

Di lagu kedua ini peran Raka dan Keano mulai terlibat. Raka yang sudah bersiap dengan cajonnya, serta Keano dengan pianonya. Lalu Xavier maju kedepan, mengambil alih stand mic yang ada di depan Nander.

Alunan musik kembali dimainkan. Kali ini lagu yang dibawakan adalah Panah Asmara dari Afgan. Dengan Liana dan Xavier yang berdiri paling depan sebagai pengisi vokal utama.

"Berdebar rasa di dada setiap kau tatap mataku.."

"Apakah arti pandangan itu menunjukkan hasratmu.."

Gue yang memetik bass kini mengarahkan pandangan pada semua penonton di depan panggung. Iris mata gue berhenti pada seorang gadis yang berdiri tegak di barisan paling belakang yang cenderung memisahkan diri dari kerumunan penonton, dia berdiri dengan tenang tanpa rusuh atau sekedar ikut beramai-ramai dengan yang lain.

Tangan kanannya menyangga payung berwarna bening, pakaiannya hitam polos secara keseluruhan, tatanan rambutnya telah berbeda sejak terakhir gue lihat, kini lebih anggun dengan rambut pendeknya yang dicatok dan terurai rapi.

"Sungguh aku telah tergoda saat kau dekat denganku.."

"Hanya kau yang membuatku begini..."

"Melepas panah asmara..."

Gue tersenyum tanpa sadar saat melihat gadis itu juga tengah tersenyum ke arah gue. Senyum yang seminggu terakhir ini amat sangat gue rindukan. Naura, adalah gadis yang membuat detak jantung gue berdetak melebihi batas normal bahkan ketika gue hanya bisa menatapnya dari kejauhan.

**

"Dengan Manar dari Fourplay, benar? Di luar ada fans yang mau foto bareng, anaknya maksa, apa anda bisa menemuinya sebentar?" tanya salah satu panitia yang menghampiri gue

"Nantian deh Mbak, gue cape, lagi ngga mood foto" ujar gue

Lalu panitia itu pergi keluar backstage untuk mengurus fans gue tadi. Palingan juga anak-anak SFS yang mau foto sama gue, kalo gitu mah bisa lain kali disekolah, kali ini gue bener-bener cape dan males buat diajak foto.

"Kak, temenin gue ke mobil Xavier dong, tas make up gue ketinggalan di--"

"Hey, elo vokalis Fourplay yang tadi kan?"

Ucapan Liana terhenti di tengah kalimat saat seorang pemuda tiba-tiba menghampiri dengan senyum diwajahnya.

"Gue Gallen, gitaris Aerosmith, boleh ngobrol berdua aja ngga?" tanyanya

Liana melirik sekilas kearah gue, hanya gue balas dengan kerlingan menggoda. Lalu keduanya pergi keluar dari backstage entah pergi kemana.

"Lo pacarnya cewek yang tadi ya?"

Mendengar itu gue segera membalikkan badan, dilihatnya seorang cowok yang entah sejak kapan sudah berdiri di bekakang gue.

"Lo siapa?"

"Gue tanya, lo pacarnya cewek yang tadi bukan?"

"Apa urusannya sama lo?"

"Ck, kan gue cuma nanya, jadi iya bukan? Tinggal jawab aja susah amat"

"Bukan"

"Ooohh bagus kalo gitu, temen gue yang tadi itu, dia suka sama temen lo. Gue Faris, lo?"

"Manar"

"Selama gue ada event bareng Fourplay, baru kali ini gue liat lo.."

"Hm, ini perform perdana gue"

"Ooo okee. Tenang aja, temen gue yang tadi baik kok, ganteng, kaya lagi, kalo gue jadi cewek mah mau-mau aja digebet sama tu bocah. Walaupun otaknya rada dikit, kan bisa beli otak yang baru"

"Lo maho?"

"Dih, yakali. Gini-gini gue masih nafsu sama cewek kali.."

"Oiya? Tapi gue ngga percaya"

"Anjir nantang, anak mana lo? Kelas berapa? Absen berapa? Nih gue kasih tau-- ADUHH"

Sebuah botol terlempar hingga mengenai kepala cowok yang ngakunya bernama Faris yang berdiri di depan gue sekarang. Faris mengumpat tanpa suara sambil mengusap-usap kepalanya yang masih sakit.

"Apaan si Rev?" tanya Faris galak

Cowok yang dipanggil Rev itu berjalan mendekat, "Sorry ya, temen gue yang ini otaknya ketinggalan di rumah. Gue Revo, lo?"

"Gue Manar, mending lo kandangin aja nih temen lo yang aneh ini" ucap gue seraya menepuk pelan bahu Revo dan segera melenggang meninggalkan keduanya begitu saja

**

a

:

Haii haii everyone!!!

Yuhuuu penampilan perdana Manar di Fourplay akhirnya selesai jugaa...

Masih ada satu lagi penampilannya bareng Fourplay waktu SFAIR nanti okee, jadi ditunggu sajaa...

Btw ini Fourplay ketemu sama Aerosmith loh!!! Ada yang kenal Aerosmith gak nih???

Cus vote & komen! See u~

ELDER [Complited] ✅Where stories live. Discover now